LIMA
Kelvin, Ali, Mario, dan Cristall baru saja keluar dari ruang rapat osis yang baru selesai setelah 2 jam berlalu.
Ke empat remaja itu melangkah santai menyusuri koridor menuju ruangan pribadi mereka yang berada di sekolah.
Ruangan yang hanya di tempati dan di isi oleh mereka --Antariksa-- dan tidak ada yang berani masuk ke dalam ruangan tersebut selain mereka.
"Jadi, kita akan buat konsep apa nih, untuk ulang tahun sekolah tahun ini?" Cristall menatap ketiga sahabatnya dengan pandangan bertanya. Sementara tubuhnya ia sandarkan pada sofa empuk di belakangnya.
Kelvin terlihat tengah berpikir serius dan itu terlihat dari kerutan di dahinya. Sementara Mario, laki-laki itu tetap dengan posisi tenang sembari memerhatikan layar tab di tangannya yang tengah menampilkan pergerakan saham.
Sedangkan Ali, laki-laki itu juga tengah serius mencari bahan yang baik dan bagus untuk konsep ulang tahun sekolah yang akan di adakan 2 bulan lagi.
"Menurut pendapat gue, sih, kalau yang semalem gue boncengin itu bukan manusia. Tapi … mirip demit," gumam Kelvin pelan, membuat ketiga remaja yang berada di dekatnya segera menoleh ke arah Kelvin.
"Vin, woy! Kita ini lagi bahas soal konsep buat ulang tahun sekolah." Ali menyahut sebal. "Lo kalau mau pacaran sama demit, sih, enggak apa-apa. Yang penting konsep kita sudah bersusun rapi," ocehnya lagi panjang lebar.
Kelvin mendengkus mendengar ocehan Ali. Laki-laki itu kemudian memangku kedua tangannya kembali pada pikiran semula yang sempat diganggu oleh Ali.
"Guys!" teriak Kelvin lagi ketika ketiga sahabatnya kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.
"Apa lagi?" Suara Cristall terdengar menyalak dengan keras membuat Kelvin menggaruk telinganya yang tak gatal.
"Kenapa lagi, Vin?"
Mario yang terlihat paling tenang diantara ketiga sahabatnya bertanya pada Kelvin.
"Gue mau curhat," ujar Kelvin meringis malu.
Cristall memutar bola matanya malas, "mau curhat aja ganggu orang banget."
"Ini kita lagi mikirin konsep buat acar ulang tahun sekolah, Vin," sahut Ali ikut menimpali. "Dan sempat-sempatnya lo justru mau curhat?" decak Ali tak percaya.
"Gue serius," tekan Kelvin. "Gue tadi malam waktu pulang dari tempat nongkrong, gue ketemu sama cewek yang loncat naik ke motor gue." Kelvin mulai menceritakan apa yang terjadi padanya tadi malam.
"Lo tahu 'kan waktu cewek itu lompat ke motor, posisi motor gue lagi jalan ngebut. Dan itu cewek minta bawa dia kabur dari …."
"Lo bawa kabur anak orang dari emak bapaknya, Vin?" sela Cristall terkejut, membuat Kelvin berdecak.
"Bukan itu maksud gue, Criss. Dia kabur dari kawanan preman yang mau mencelakai dia," sahut Kelvin gemas karena ucapannya terpotong oleh Cristall.
"Terus?" tanya Mario datar, seperti biasanya.
"Dan gue curiga kalau dia itu demit, bukan manusia. Habisnya tempat cewek itu waktu naik motor gue di jalanan gelap dan kelihatan angker." Kelvin bergidik ngeri mengingat kejadian tadi malam. Sementara para sahabatnya saling menatap dengan pandangan mereka sendiri yang mengerti maksudnya.
"Terus, itu perempuan lo tinggal di TPU mana?" tanya Ali penasaran. Kini laptop miliknya sudah tergeletak di atas meja dan merangkak naik agar ia bisa duduk di samping Kelvin.
Kening Kelvin mengerut memandang Ali dengan bertanya, "TPU, apaan?"
"Tempat lo kalau lo udah enggak bernapas lagi, Kelvin pintar," sahut Cristall yang duduk di sebelah Mario gemas. "Tempat pemakaman umum," tekan Cristall pada setiap kosa kata yang ia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
FanfictionCover by @Brownsloth Tiga gadis dengan kepribadian hampir sama. yakni, sama-sama suka mencari masalah dan sama-sama suka berkelahi. jika Prilly Pitaloka si gadis dengan kepercayaan diri tingkat akut jago berkelahi dan sering membuat onar. lain haln...