12.

6.7K 573 27
                                    

"Mami!"

"Papi!"

"Mami! Papi! Buka pintunya. Aku mau tidur ini!"

Suara teriakan dan gedoran di depan pintu kamar Raka dan Ivana terdengar brutal di iringi teriakan super membahana Prilly Pitaloka di jam malam seperti ini.

"Mami, ih! Aku ngantuk mau tidur," teriak Prilly lagi semakin besar.

"Ya Allah anak tuyul. Kalau mau tidur ya tidur di kamar kamu sendiri dan jangan ganggu papi sama mami tidur!" tidak Ivana kesal dari dalam kamar tidur. Sementara sang suami masih tetap terlelap tanpa terusik sedikitpun oleh suara berisik dari putrinya.

"Aku mau tidur sama mami dan papi! Buka pintunya atau aku dobrak, Mi!" ancam Prilly tidak main-main.

"Dobrak saja kalau bisa!" sahut Ivana acuh. Wanita paruh baya itu masih sangat mengantuk karena jam sudah menunjukkan pukul 12 malam dan anaknya masih mengganggu tidur cantiknya.

Ivana tahu Prilly baru pulang dari acara ulang tahun temannya dan justru melenceng ke area balap. Ivana tentu tahu akan hal itu karena Prilly sendiri yang mengakuinya.

Tak berselang lama suara pintu di dobrak membuat Ivana segera terduduk dengan posisi siaga. Kemudian matanya melotot melihat Prilly, putri satu-satunya dan tiada duanya berdiri di ambang pintu kamar dengan ringisan.

"Anak konda! Kamu apakan pintu kamar mami?" jerit Ivana terdengar membahana di kamar besarnya. Namun, anehnya suara Ivana tidak membantumu Raka sama sekali dan membuat Prilly cengengesan tak jelas.

"Aku dobrak, Mi. 'Kan mami sudah setuju," jawab Prilly dengan ekspresi polos.

Ivana mengusap kasar wajahnya mendengar jawaban putrinya ini. Ivana bingung sebenarnya terbuat dari apa tubuh Prilly hingga bisa mendobrak pintu kamarnya yang kuat seperti ini? Raka, sang suami saja mungkin perlu usaha keras untuk mendobrak pintu tapi putrinya? Hanya perlu hitungan detik saja.

"Terserah. Kamu mau tidur, tidur saja," ujar Ivana malas. Wanita paruh baya itu kembali merebahkan tubuhnya ke kasur dan mulai memejamkan matanya kembali.

Sementara Prilly yang mendapat izin sang mami tersenyum lebar dan mulai menutup pintu yang sudah rusak itu dengan suara keras membuat Ivana menghela napas berat untuk kesekian kalinya.

"Ya Allah mengapa engkau memberikan hamba anak yang seperti ini? Kenapa tidak kirim yang lemah lembut saja?" gumam Ivana yang masih terdengar oleh telinga Prilly.

Gadis cantik dengan piyama Teddy bear warna biru itu merengut mendengar ucapan maminya. Prilly yang sudah berada di tengah-tengah Ivana dan Raka memeluk pinggang ramping Ivana.

"Jangan begitu, Mi. Begini-begini aku ini anak mami yang paling cantik dan menggemaskan," seloroh Prilly di sambut dengkusan Ivana.

"Ya iyalah paling cantik. Iya kali kamu ganteng? Orang kamu anak mami dan papi sebiji doang."

"Ya Allah, Mami. Sebiji? Dikira aku ini buah apa?"

"Terserah. Sekarang tidur dan jangan ganggu mami," gumam Ivana malas.

Ivana mulai memejamkan matanya dan terlarut dalam mimpi membuat Prilly yang berada di tengah tersenyum lega. Kemudian Prilly mulai mengeluarkan lipstik merah menyala milik sang mami yang sudah ia kantongi sedari awal masuk ke dalam kamar.

Beruntung lipstik tersebut ia temukan di ruang keluarga tadi sore sehingga ia simpan dan akan ia gunakan sekarang.

Prilly memulai aksinya dengan melukis di atas wajah papinya yang masih terlihat tampan di usia yang tidak muda lagi.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang