Sore ini langit sangat tak bersahabat, menangis hampir seharian lamanya. Sama sekali tidak memberikan kesempatan pada senja untuk menampakkan diri di ufuk barat sebelum malam datang menjemput. Ditambah lagi udara dingin yang menusuk tulang dan suasana sepi dalam gedung olahraga sekolah tempat diriku berteduh dari hujan sore ini, semakin membuat pikiranku kacau oleh karenanya. Iya, karenanya. Dia yang pernah menjadi hitam diatas putihku itulah yang selalu menjadi alasan diriku belum bisa membuka hati untuk cerita cinta yang baru. Siapa lagi kalau bukan Ray. Kakak kelas 1 tingkat diatasku yang bertubuh atletis dan tinggi semampai, anggota team basket garuda disekolah tempat kami menuntut ilmu itulah yang mampu membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya.
Sederhana dan sangat tak terduga memang cerita pertemuan kami. Namun dia cukup bisa meyakinkanku bahwa dirinya mampu membuat hari-hariku semakin berwarna waktu itu. Sifat dewasa dan apa adanya lah yang membuatku kembali mengagumi sosoknya. Jika kau tau, dahulu aku hanya bisa mengagumi sosoknya di layar ponselku lewat media sosial yang ku punya. Lucu memang, ketika waktu benar-benar memberiku kesempatan untuk mengenal sosoknya didunia nyata, walaupun waktu juga yang membuatku harus mengikhlaskan dirinya pergi, meninggalkan diriku yang belum bisa bangkit dari jatuh karna apa itu namanya cinta.
"krekkkk....." suara pintu terbuka dan dari kejauhan datanglah pak Abdi satpam sekolah, berjalan menghampiriku.
"Sedang apa kamu disini? Sudah jam 5 kok belum pulang?" tanyanya kepadaku.
Dengan rasa enggan untuk beranjak dari tempatku duduk, ku jawab saja
"Lagi nunggu temen kok pak, dia mau latihan basket sore ini dan aku sudah janji kalau mau nemenin dia latihan."
" Ya sudah saya mau lanjut keliling sekolah dulu." Timpalnya.
Sebenarnya tidak ada seorangpun yang kutunggu disini, aku hanya ingin mengenang tempat favorit dimana aku selalu menyaksikan pertandingan-pertandingan yang ia menangkan bersama dengan team basketnya sebelum dia harus lulus dan meninggalkan ku disini.
Tak lama setelah pak Abdi pergi, datanglah Nico. Cowok bertubuh tinggi dan berkulit putih teman seangkatan yang juga kapten team basket garuda sekolahku menggantikan Vincent, kapten basket garuda angkatan Ray. Dia adalah salah satu bintang disekolah, wajah tampan dan sifat cool yang dimilikinya membuat murid perempuan disekolahku tidak pernah melewatkan kesempatan untuk melemparkan senyum terbaik yang mereka miliki kepada Nico. Tapi sampai saat ini dirinya pun masih jomblo. Ku rasa disekolah ini tidak ada perempuan yang sesuai dengan tipe nya.
"Hai Kez. Ngapain lo disini? Pake ngalamun lagi." tanyanya kepadaku yang membuat jantungku berdetak kencang karena cukup kaget dengan kedatangannya.
"Ngagetin aja sih lo Nic, ngga lagi ngapa-ngapain sih, nunggu hujan agak reda aja."
"Sorry Kez, ngga maksud buat lo kaget kok. Boleh gua duduk disini?"
"Duduk aja kali Nic, tinggal duduk apa susahnya." Candaku.
Nico pun sibuk dengan dirinya, mempersiapkan kebutuhan latihan basket sore ini karena akan ada pertandingan dengan sekolah luar kota minggu depan.
Tiba-tiba bunyi dari ponselku menunjukan notif dari ibuku, yang mencariku karna belum kembali dari sekolah, seketika itu juga menghancurkan suasana hening antara diriku dengan Nico.
"Dari siapa Kez?" tanya Nico padaku.
"Dari nyokap nih,nyariin gua."
" Ya iyalah dicariin Kez, orang lo ngga pulang-pulang, udah sana cepet pulang. Mau malem juga."
YOU ARE READING
Harap Yang Tak Terdekap
Cerita PendekRay. Kapten basket sekolah Garuda yang sedang jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Kezia. Ia terus berjuang demi perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Menemukan bahagianya meski fakta yang ada tidak sejalan dengan apa yang ia pikirkan.