Malam ini langit sedang mendung, tak ada satu bintangpun yang dapat kulihat untuk menjadi penenang saat resah. kos yang biasanya ramai dengan tamu laki-laki dari teman-temanku, kini hening seketika. Angin lembut yang menembus di cela-cela pintu, membuat diriku tak bisa lelap dalam tidur, dan karena semua itu, tak ada mimpi indah untuk malam ini.
“kemana dia, kenapa hari ini tak menghubungiku sama sekali, apa dia begitu sibuk hingga untuk mengirim kabar saja tak ada waktu?"
Ingin sekali rasanya aku bertanya, tapi keinginan itu lagi-lagi tertahankan oleh keegoisanku sendiri. Aku hanya bisa diam, dan sesekali menatap layar ponsel, berharap Artha akan segera menghubungiku.
Malam semakin larut, tapi hati dan pikiranku tak bisa tenang, bahkan meski aku sudah mencoba membaca berbagai buku yang ada. Anganku selalu menyelipkan kata, dimana, sedang apa, dan mengapa dia tidak menghubungiku. Entah mengapa, hati dan pikiranku sedang tak bisa di ajak berkompromi. Berulang kali aku terbangun, dan berulang kali pula kulihat Ponsel yang tak kunjung berdering.
“Perasaan macam apa ini, tak pernah aku merasakan gelisah yang semakin lama semakin menggerogoti logikaku. Haruskah aku menghubunginya lebih dulu, atau diam saja layaknya pengecut?”. Ucapku pada diri sendiri.
Dalam keadaan yang gelisah, aku mulai menonton beberapa episode drakor, yang berhasil kucopy dari leptop Elsa sore tadi. Entah sampai di episode berapa, aku mulai merasa lelah, kemudian menutup mataku.
----------
Esok paginya aku melanjutkan aktivitasku seperti biasa, kulihat ponselku berulan-ulang, tapi tak ada satu pesanpun darinya.Perlahan, kurebahkan diriku di atas kasur. "Apa ponselku rusak ya?" Ucapku sambil membolak balik dan sesekali mengecek pengaturannya "Ah... Ponselku baik-baik saja," Ucapku meyakinkan diri sendiri.
Sudah berulang kali kucek, tapi tetap saja tidak ada. Jangan memaksa, aku sudah mengeceknya berulang kali, tapi memang tidak ada, percayalah.
Entah karena terlalu penasaran atau terlalu rindu, aku memberanikan diri melihat aktivitasnya di instagram, kudapati dia baru saja online beberapa menit yang lalu.
“Huuuuhhhhh.... sibuk apa sih anak ini, hingga ia tak bisa menghubungiku, bahkan memberi kabar saja tidak.” Aku menggerutu sendiri di kamar siang itu.
Mungkin karena lelah menunggu Chat darinya, aku mencari aktivitas lain untuk mengisi waktu liburku hari ini, dan pilihanku jatuh pada menonton drakor. Meneruskan episode yang semalam sempat terhenti, karena aku tertidur.
Segera aku otak atik leptopku untuk mulai menonton episode demi episode dengan di temani secangkir teh hangat dan biskuit coklat, yang biasanya selalu setia menemaniku mengerjakan tugas hingga larut malam.
Tak terasa, senja datang begitu cepat saat kugunakan waktuku hanya untuk bermalas-malasan di dalam kamar, seraya menonton drakor sepanjang hari, karena cerita yang disuguhkan sangat romantis dan tentu saja itu mengingatkanku padanya. Tak perlu ku sebutkan lagi kan, karena kalian pasti sudah tau.
----------
Perlahan-lahan, cahaya jingga kulihat mulai menembus jendela kamarku. Tak lama setelah itu, kudengar langkah kaki mulai mendekat.“Dek... segera berkemas, sebentar lagi kita akan segera sholat berjamaah,” katanya dari balik pintu.
“Iya kak...” Akupun segera berkemas dan membersihkan diri untuk siap-siap melakukan sholat maghrib dengan teman-teman satu kosku.
----------
Sudah dua hari, Artha tidak memberi kabar padaku. Hatiku terus saja merasa gelisah, tapi aku juga tidak tahu harus bagaimana. Berulang kali aku hendak menghubunginya lebih dulu, tapi entah mengapa aku selalu menelan dalam-dalam niatku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilonova dalam Semesta
Romance"Aku benci jarak yang terbentang jauh memisahkan kita, aku benci waktu yang berputar sangat lamban saat kita berpisah. Aku benci perintah yang bisa merenggutmu dari pelukku, aku benci semesta yang kadang tak mau berkompromi dengan kita. Aku benci se...