Hahhh......Rae In hanya menghela napas berat sambil membersihkan sampah yang ada di lokernya.
Lagi.
Bahkan setiap hari dia pasti mengalami hal seperti ini.
Tidak apa-apa....
Itu yang selalu ia katakan pada dirinya. Mensugestikan diri bahwa ia akan baik-baik saja.
Suara tawa mengalihkannya dari aktivitas membuang sampah.
Di ujung sana terdapat beberapa siswa laki-laki yang sedang tertawa. Di antaranya ialah Park Chanyeol. Cucu pemilik sekolah dan juga dalang dari semua peristiwa pem-bully-an yg terjadi padanya. Ia dan teman-teman nya. Bukan! Hanya teman-temannya. Chanyeol sendiri kelihatannya lebih asyik dengan game online d handponenya.
"Kau harusnya juga membuang dirimu bersama sampah itu ke tempat sampah"
"Sampah seperti dia berani sekali menyukai prince kita, Park Chanyeol. "
"Kenapa tidak kau keluarkan saja sampah itu dari sekolah ini Chanyeol? "
Berbagai kalimat terlontar dari mulut-mulut jahanam itu, menghina Rae In yang sedang menekan dirinya agar tidak menangis lagi.
Apakah menyukai seseorang itu perbuatan yang salah? Melanggar hukum? Kalau iya kenapa hukumannya harus seperti ini? Di bully setiap hari setiap ada kesempatan. Kenapa tidak penjarakan saja dia kalau dia salah.... Kalau dia melanggar hukum.
Semua ini bermula dari beberapa minggu yang lalu. Rae In kehilangan diary-nya. Dan buku itu di temukan oleh Byun Baekhyun sahabat Chanyeol dan namja paling cerewet sedunia..... Plus bermulut ember.
Tentu saja pria itu memberitahu kawan-kawannya karena menurut nya ini merupakan berita HOT! Seorang yeoja nerd menyukai Park Chanyeol most wanted di sekolah mereka!
Dan saat namja itu mengetahuinya, yang dilakukannya adalah menolak Rae in dan mengata-ngatai Rae in dengan kalimat pesasnyab di depan umum.
Dan beginilah nasib Kang Rae In setelah rahasianya di ketahui seluruh sekolah.
***
Rae In menengadahkan kepalanya, melihat ke langit. Ia mendesah pelan lalu mengecek kembali ponselnya. Tadi ia menelpon oppa-nya Kang Daniel untuk menjemputnya tapi sepertinya ponsel oppa-nya itu tidak aktif.
Ia kembali melihat ke langit, menatap awan gelap di atas sana. Yang telah memuntahkan airnya. Tidak deras tapi cukup membuat bajunya basah.
Kemudian ia melihat kearah gerbang sekolah. Jarak gerbang sekolah dengan tempatnya berdiri di teras gedung utama sekolahnya cukup jauh.
Ingin meminta bantuan tapi pada siapa? Sekolah telah sepi karena sebagian besar sudah pulang. Memang masih ada sebagian yang di sekolah, tapi apa mereka mau membantu?
Ia sudah cukup lelah, ia tidak ingin menambah masalah lagi dengan meminta bantuan pada mereka yang selalu menghinanya. Ia ingin pulang.
Meong....meong....
Sebuah suara menginstrupsinya dari kegiatan mengkhayal tempat tidur empuknya.
Rae in menengok kesana kemari mencari asal suara itu.
Meong.... Meong...
Suaranya berasal dari taman di samping gedung yang juga dekat dengan gedung sebelah. Rae In melangkahkan kakinya ke arah suara, menelisik satu persatu tanaman di sana dan mendapati seekor kucing kecil berwarna putih dan sedikit corak abu-abu yang terlihat lemah dan basah kuyup di antara rimbunan bunga yang entah apa namanya.