Kudengar cinta yang tak terbalas itu menyenangkan, tapi itu bohong. Itu sangat menyakitkan, yang kudapat hanyalah airmata. Tapi saat aku sadar kalau aku suka padamu,aku merasa senang.
****
"Aku suka padamu."
Aku memperhatikan ekspresinya, dan yang kudapat ialah ekspresi terkejut darinya. Suasana mendadak hening dan canggung, aku meremas rokku dan terus menunduk menghindari tatapannya.
'Min Ri Pabho-ya harusnya tidak kau katakan!!!'
"BBagaimana menurutmu? Apa sudah terlihat bagus?" ia mengangkat alisnya bingung. Aku saja bingung pada apa yang sudah kukatakan apalagi dia!!!!
"It..Ituaku.sedang berlatih menyatakan perasaan!!!" Potong saja lidahku ini, potong saja!!
"Eh? Latihan?" tanyanya.
"Iya. Ada seseorang yang kusukai jadi aku ingin menyatakan perasaanku padanya. Tapi aku terlalu takut karena itu aku berlatih denganmu" ucapku cepat.
'Bohong! Apa yang kukatakan adalah kebohongan. Aku hanya terlalu takut mendengar jawabanmu,percayalah.'
Ia menunduk dengan tatapan mata kosong, itu adalah kebiasaannya ketika sedang berpikir sebelum jawaban keluar dari bibirnya.
"Baiklah. Tapi kau harus mentraktirku makan nanti."
Aku tersenyum lebar. Tidak apa-apa untuk sekarang ini cukup seperti ini dulu. Aku harus berlatih menguatkan hati dan tekad untuk pernyataan selanjutnya. Dan saat waktu itu tiba, aku sudah siap!
****
Aku Jang Minri,siswi salah satu SHC di Seoul yang sekarang menepati tahun kedua disekolah. Aku memiliki sahabat dari kecil bernama Do Kyungsoo, Namja tampan, berkarisma dan sedikit dingin dengan mata bulat besar dan bibir berbentuk love saat dia tersenyum atau tertawa.
Aku bangga karena menjadi orang yang paling dekat dengannya, teman masa kecilnya. Namun aku cemburu dan kesal saat dia dekat atau tertawa dan tersenyum karena perempuan lain.
Benar, aku menyukai sahabatku sendiri, Do Kyungsoo.
Aku menyandar malas pada kursiku dengan kepala menengadah. Mengingat kembali kejadian kemarin sore.
"Jadi bagaimana kemarin? Kau berhasil mengatakannya?" mataku sontak terbuka lebar mendengar pertanyaan sialan itu. Benar benar tidak sadar kondisi, rutukku.
Aku menatap tajam orang yang bertanya itu, namun sang tersangka hanya kembali menatapku dengan tatapan sok polosnya. Aku mengalihkan pandangan dan menghela nafas kasar.
"Gagal." Sekarang satu yang duduk didepanku ikutan nimbrung.
"Bisa tidak sih mengatakannya dalam hati saja???!!"
"kau benar-benar gagal mengatakannya? Cih.kau tidak seberani ucapanmu kemarin." Ejek nya.
"Aku mengatakannya, tapi....." Kulihat keduanya penasaran akan kelanjutan ucapanku.
"Tapi?" Nara sahabatku yang duduk didepanku mendesak.
"Tapi aku mengatakan hal bodoh kemarin." Keduanya kembali menatapku penasaran.
"Aku mengatakan...kalau aku hanya latihan." Setelah mengatakan kalimat itu keduanya berteriak kaget. Lalu mengataiku Yeoja yang besar mulut saja. Akhirnya aku didesak keduanya untuk bercerita yang sebenarnya, maka meluncurlah cerita kemarin dari mulutku.
"Begitu, kau menyerang tapi langsung menyerah?" ucap Nara dengan terkekeh.
"Tidak, ini hanya taktik. Aku hanya mundur sementara!" ucapku dengan semangat membuat keduanya menggeleng.