Chapter 2

357 38 2
                                    

6 tahun kemudian...

Ketukan high heel terdengar berirama dengan suara tapak sepatu. Seiring berjalannya waktu, terlihat seorang wanita berambut jingga yang menjadi pelaku suara ketukan itu. Jalannya cepat, hampir berlari tetapi tetap anggun. Iris birunya memandang jalan yang dilaluinya dengan tatapan nanar.

"Miss,"

Langkah wanita itu berhenti, dia berbalik dan melihat seorang pria berambut hitam sedang memandangnya dengan tenang. Pria itu membetulkan letak kacamatanya dan berdeham.

"Anda ditunggu oleh Professor di ruang beliau."

"Aku akan segera ke sana."

Wanita itu kembali berjalan, namun kali ini dia berjalan menuju sebuah gedung bercat putih yang tampak terawat. Dia mengetuk sebuah pintu kayu berwarna coklat yang terlihat baru saja dibersihkan dan menunggu selama beberapa detik sebelum mendengar suara perintah.

"Masuk."

Si wanita membuka pintu dan memberi salam pada Professornya. "Siang, Prof. Saya mendengar dari Shinpachi-san bahwa anda menunggu saya."

"Ya, dia benar. Duduklah, Kagura-chan."

Kagura, wanita itu duduk di kursi yang berada di depan meja Sakata Gintoki, dosen sekaligus rektor universitas tempatnya menimba ilmu. Pria berusia 40 tahun itu menatap Kagura dengan pandangan ikan matinya. Gadis ini bisa dibilang memiliki kehidupan yang tragis. Keluarganya bangkrut, mereka hidup berpindah-pindah, ibunya sakit dan ayahnya cacat sedangkan kakak lelakinya kabur. Dia adalah tulang punggung keluarganya, Gintoki tahu pengorbanan gadis itu. Di saat semua orang beristirahat, dia bekerja demi menghidupi keluarganya. Sungguh malang.

Ditatapi seperti itu tidak membuat Kagura jengah, dia sudah terbiasa menerima tatapan menyelidik dan menghina dari orang. Sejak dia SMA kebanyakan orang akan melihatnya dengan berbagai tatapan, walaupun begitu Kagura paling benci dengan tatapan mengasihani. Dia tidak butuh rasa kasihan.

"Tujuanku memanggilmu ke sini adalah untuk menawarkanmu untuk mengikuti lomba debat Geografi. Jika berhasil sampai ke tahap antar kota, kau bisa mendapat uang sebesar 5.000 yen. Dan juga, kalau kau bisa membuat argumen yang baik, kau memiliki kemungkinan untuk mendapat tawaran beasiswa ke luar negeri."

Siapapun pasti akan tergiur dengan tawaran seperti itu, Kagura tidak terkecuali. Sejak dulu dia memang terkenal pintar, terutama dalam pelajaran-pelajaran Geografi dan Sosiologi. Tidak hanya itu, Kagura juga sering mengikuti lomba debat saat SMA. Dia sering memenangkan olimpiade Geografi. Namun kali ini Kagura hanya menatap Gintoki dan tersenyum pahit sambil menggelengkan kepalanya.

"Maaf Gin-chan, aku tidak bisa ikut."

Mendengar penolakan seperti itu, Gintoki mengerutkan keningnya. "Mengapa? Kagura, ini kesempatanmu untuk bersinar, membuktikan bahwa kau pintar. Membuang kesempatan ini berarti membuang kesempatan untuk dikenal dunia dan mendapat beasiswa."

"Maaf, tetapi aku benar-benar tidak bisa. Pertama, aku tidak mampu membayar biaya pendaftaran. Kedua, aku memiliki pekerjaan yang banyak, tidak mungkin bagiku untuk meminta izin lagi kepada manager untuk mengikuti lomba debat yang kemungkinan tidak kumenangkan."

"Omong kosong, namamu telah terkenal di dunia olimpiade Geografi sebagai pemegang gelar pemenang olimpiade selama 3 tahun berturut-turut! Kau juga hampir selalu memenangkan lomba debat, baik dalam Bahasa Jepang atau pun Bahasa Inggris. Kemungkinanmu untuk menang adalah 80%."

The CEO WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang