"Masuk geng?" Mata trio Triplets E berbinar-binar. "Boleh, boleh banget, jadi kalo nanti kita udah nikah, satu cowok di geng dapet dua cewek!" ujar Ezra bersemangat.
"Ih, ogah poligami, apalagi sama kamu!" Tika mendelik, Balqis mengangguk setuju, ia kemudian menatap Lavina. "Hai, Lavina!"
Lavina tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Lavina, gue Bella, dan si pirang ini Camelia!" Bella tersenyum lebar, begitupun Camelia yang berdiri di sampingnya. "Selamat datang di geng MIA yang udah ganti nama jadi KuliahSquad!"
"Eh, kami gak dikenalin?" Evan nampak kecewa, begitupun Ezra dan Enzi.
Tapi, para gadis itu tak mempedulikan apa yang mereka katakan.
Lavina menggerakan tangannya, Bella, Camelia, Tika dan Balqis memperhatikan dengan seksama dan kemudian manggut-manggut.
"Sama-sama!" kata mereka semua, memahami apa yang dikatakan Lavina melalui gerakan tangannya—bahasa isyarat.
Ia nampak terkejut dan menatap Latifah.
"Iya, kami semua bisa bahasa isyarat!" ujarnya. Ia menunjuk Balqis yang juga menggerakan tangannya, mendekatkan ke telinganya seakan berkata...
'Aku juga tuna rungu dan tuna wicara!'
Lavina tersenyum.
"Sambutan buat anggota baru, makan-makan di restoran papahku!" Camelia memekik bahagia.
"Alah, jones, kek mau PJ aja." Ezra memutar bola matanya.
"Bodo!" Camelia memeletkan lidah, ia kibas-kibas cantik dengan rambut pirangnya. "Kalo kalian gak mau, ya udah!"
"Eh, enak aja! Ezra yang enggak, aku sih yes!" Evan tak terima, Enzi hanya menghela nafas.
"Ya udah, yuk, guys!" Ajakan Camelia dihentikan Lavina, gadis itu menggerakan tangannya. "Oh, ya udah, kabarin aja ayah kamu dulu!"
Lavina mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik pesan, tidak butuh waktu lama menunggu balasan pun keluar. Ia tersenyum dan menggerakan tangannya lagi.
"Iya, kok, gak bakal lama, entar aku kasih tau alamatnya buat papah kamu jemput, oke?" Latifah memberitahu. Mereka bersembilan pun menaiki kendaraan masing-masing menuju ke restoran ayah Camelia.
Sementara beberapa waktu sebelum itu, Cakra nampak berjalan gontai di atas tanah yang lapang.
Rumput ilalang kekuningan ada di samping kiri dan kanannya, ayunan demi ayunan kaki ia ambil ke depan dengan wajah yang lesu. Sampai, ia berhenti di sebuah area berpagar bertuliskan 'TPU' di sana. Tanpa ada rasa takut, Cakra membuka pagar berkarat tersebut, mata cokelatnya yang tajam seakan hafal di mana letak tujuannya di antara hamparan rerumputan dan tanah bergundukan penuh arti itu hingga tak lama melangkah ia menjongkok di samping sebuah makam dengan nisan bertuliskan...
'Ta'siah Paryanto Binti Paryanto'
"Sayangn ...." Suara Cakra nampak serak, tangannya mengelus puncak makam istri tercintanya itu. "Mm ... asalamualaikum ...," sapanya.
Tangannya mengelus tanah makam yang bersih dari rerumputan liar.
"Maaf ...." Diambilnya buku kecil—surah yasin—dari kantung bajunya sebelum akhirnya membacanya. Sekitar beberapa menit, tuntaslah ia membacakan itu atas nama sang almarhumah istri tercintanya. "wa'alaikumus-salam, ya, sayang!"
Cakra bangkit berdiri, melangkah gontai menuju mobilnya yang terparkir cukup jauh dari area pemakaman. Masuk ke sana, ia mengusap kasar wajahnya. Dan tiba-tiba, ringtone ponselnya berdering, ada pesan dari seseorang dan nyatanya anak perempuannya.
'Pah, aku dapet temen baru, mereka ngajak aku jalan. Pah, mereka anak baik, kok! Dan aku gak nyangka mereka semua bisa bahasa isyarat jadi kami gampang akrab, namanya ada Latifah, Bella—'
"Latifah?" Dan tentu hanya satu orang Latifah yang ia ingat, tanpa menghabiskan membaca pesan ia pun membalas pesan putri pertamanya itu.
'Ya sudah, tapi jangan kemalaman, kirim Papah alamatnya biar Papah jemput kamu nanti!'
Pria dewasa itu tersenyum, entah mengapa mendengar atau melihat nama Latifah saja ada hal yang aneh yang ia rasakan. Seakan-akan istrinya ada di sana, di depan matanya. Walau kemudian senyumnya perlahan pudar.
Ia sadar diri, sekalipun istrinya berpesan ia berhak mencari pengganti, tapi untuk anak seumuran anaknya?
Cakra dilema...
Terlebih, ada pepatah yang mengatakan, 'cinta itu buta.'
Entahlah, tapi tunggu!
Kenapa Cakra yang terkenal protektif pada anak sulung perempuannya kini membiarkan putrinya itu jalan-jalan dengan seorang teman hanya karena dia Latifah?!
"Hadeh ...."
Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991
KAMU SEDANG MEMBACA
OM ... NIKAH YUK! [B.U. Series - C]
Romance18+ "Om ... nikah, yuk!" "Oke, kalau kamu mau jadi istri saya!" [BU Series C - Start: 25 Agustus 2018]