Airmata Para Pejuang

2 0 0
                                    

Suksesnya sebuah pengkaderan tidak akan terjadi tanpa perjuangan yang berat. Bukan hanya fisik dan keringat yang harus dikorbankan. Juga, perjuangan menghilangkan ego pribadi. Perjuangan ini menjadi rumit, terlebih perjuangan itu dilakukan tidak seorang diri, tetapi melibatkan kerja-kerja tim. Bahkan tak bisa dipungkiri bahwa perjuangan terkadang harus ditandai dengan mengorbankan darah dan airmata.

Di lingkaran dakwah inilah aku melihat secara jelas butiran bening bernama airmata itu mengalir dari kelopak mata laki-laki dan perempuan yang sama-sama berjuang di medan dakwah ikatan. Saat itu pula aku mulai memahami, bahwa airmata bukan hanya milik para perempuan saja. Laki-lakipun bisa meneteskan airmatanya. Itulah tanda bahwa laki-lakipun memiliki sisi kelembutan. Saat nurani seseorang bekerja, perasaannya akan terenyuh karena kerja keras yang telah dilakukannya dengan tulus demi kemaslahatan. Tak jarang kita saksikan hal demikian.

Airmata yang singgah dipelupuk Mata adalah bukti perjuangan yang tiada akhirnya. Airmata itu bukanlah airmata kesedihan. Airmata itu adalah airmata para pejuang yang muncul karena keikhlasan dan ketulusan. Airmata itu adalah airmata syukur dan kekaguman atas kuasa Sang Pencipta yang telah memberi kesempatan berbuat kebaikan.

Aku selalu teringat saat penutupan kegiatan pengkaderan usai dilaksanakan. Rasa haru seketika membludak sesakkan dada. Saat kami mulai berjabat tangan, berbelas kasih meminta maaf atas segala kekhilafan. Sambil berucap terima kasih atas segala pengorbanan yang telah dilakukan. Ada sedikit kepuasan, juga rasa cemas. Puas karena telah berhasil menjalankan tugas sampai akhir, Tetapi sedikit cemas Sambil berfikir akankah kesempatan tugas itu datang lagi, ataukah Tuhan akan menggantnya dengan orang lain.

Saat satu tugas selesai, bersiaplah untuk tugas baru akan segera menghampiri.

Pattallassang, 01 September 2018

ALLEGRETTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang