Am I Wrong

35 10 0
                                    

17:15 KST.

Yoongi menutup kembali ponselnya, ia hanya mengecek pukul berapa saat ini. Padahal dia sendiri memakai jam tangan. Namun, mengapa ia lebih senang melihat jam di handphonenya? Entahlah, setiap orang pasti memiliki gaya yang berbeda dalam hidupnya.

Seperti biasa saat memasuki pekarangan rumahnya, ia langsung berlalu menuju kamarnya, tanpa basa-basi apapun terhadap penghuni lain di rumah yang terbilang mewah ini. Hal yang paling tidak ia sukai adalah 'kembali ke rumah'. Apakah tempat ini masih layak disebut rumah? Yoongi merasa rumah ini lebih sepi dan hening dibandingkan pemakaman. Miris memang.

"Yoongi. Kamu sudah pulang?" ucap Eomma Yoongi. Sapa saja Yoona. (ibu)

"Meok ja, Appa sudah menunggu di bawah." (ayo makan)

Tidak ada sautan apapun dari dalam kamar Yoongi. Ia terlalu malas untuk menghadapi hidup yang selalu seperti ini. Dibutuhkan hanya saat jam makan malam, karena kehadiran seseorang yang mau tak mau harus Yoongi panggil 'Appa'.

Hidup itu memang layaknya Control C + Control V.

Dengan langkah gontai Yoongi membuka pintu. "Harus ya aku ikut makan bersama kalian? Biasanya juga enggak, tuh." Ceplos Yoongi malas.

"Apa yang kamu bicarakan? Kita kan memang selalu seperti ini," tegas Yoona.

"Iya, sampai-sampai aku hanya mengingat wajah kalian saat jam makan malam saja," Yoongi pun berlalu menuruni tangga meninggalkan Eomma-nya yang sedang mematung karena ucapannya.

"Goodnight my son," sapa Appa Yoongi. Sapa saja Min Yoon-Ju.

Yoongi hanya membalas dengan senyum tipisnya.

"Ayo makan," ucap Yoona.

Hening.

Itulah yang sedang melanda ruang makan yang begitu luas, cukup sunyi karena ruangan luas ini hanya di isi oleh tiga orang. Mereka tidak banyak berbicara satu sama lain jika tidak ada yang memberanikan diri untuk memulainya.

"Ekhmm," Yoona berdeham.

"Makan bertiga berasa makan sendiri," sindir Yoona seraya melirik Yoongi dan Appanya bergantian. Mungkin ia ada maksud mencairkan suasana yang sudah membeku ini.

"Hmm, Yoongi gimana latihan mu nak? Masih berlangsung 'kan?" ucap Appa memecahkan suasana yang sedikit awkward ini. Mereka memang keluarga, namun karena waktu yang dibilang hampir tak pernah menyatukan mereka, itu sebabnya suasana seperti ini yang tak pernah absen untuk menghampiri mereka.

"Apa? Basket?" jawab Yoongi tanpa memalingkan pandangannya dari makanan, yang sedari tadi hanya ia mainkan.

"Ahh ... Yoongi akhir-akhir ini menyukai basket, tapi dia masih sering kok berlatih keras untuk bisa menjadi idol," serbu Yoona seraya menyenggol kaki Yoongi.

"Oh, it's okay. Hwaiting Yoongi-yya! Appa harap cita-cita itu tergapai. Appa akan lakukan apapun demi kamu!" Appa memberi semangat L-A-G-I, yang disambut senyuman manis dari Yoona.

Bagaimana dengan Yoongi? Dia hanya tertawa miris akan hidupnya yang terasa seperti boneka Yoona. Bahkan untuk melangkah sedikit pun Yoongi kesulitan. Terkadang hidup tak selalu benar-benar menjadi milik kita.

Setelah makan malam yang singkat selesai, Yoongi kembali ke kamarnya. Ia bahkan lupa letak kamar kedua orangtuanya. Ia hanya keluar kamar saat ia akan pergi dari rumah saja. Jika tidak, Yoongi hanya mengurung dirinya di kamar.

"Yoongi," panggil Yoona saat berpapasan dengan putranya di dekat tangga.

Yoongi hanya menatap Yoona kosong. "Berhenti hidup sesukamu, lakukan apa yang kami harapkan. Ini untuk kebaikan mu sendiri! Eomma ataupun Appa selalu memberikan apapun yang kamu butuhkan dari waktu kamu masih kecil. Apa permintaan kami susah? Hanya ingin menjadikanmu sebagai idol."

Yoongi hanya tertawa mendengarnya, seolah semuanya lelucon. "Yoongi Eomma serius!"

"Ini hidupku, kenapa Eomma yang memegang kendalinya? Kenapa Eomma tidak membebaskan anak semata wayangmu ini untuk hidup bahagia? Wae?!" ia sudah tak tahan atas perlakuan ibunya sendiri yang selalu seperti itu, jadi emosinya tiba-tiba saja meluap. Memang seperti itu, semakin dibiarkan, semakin menjadi. (kenapa)

Yoona terdiam, begitupun Yoongi yang masih menatap tajam memancarkan emosinya di hadapan Yoona. Yoongi sedari tadi mengepal erat tangannya, ia terus bersabar menghadapi hal ini. Tanpa basa-basi lagi Yoongi berlalu meninggalkan Yoona yang masih terdiam.

"Yoongi-yya, kamu gak bisa hidup seperti apa yang kamu mau. Aku yang melahirkanmu, maka kamu adalah alatku," suara itu menyerbu otak Yoongi dengan cepat. Lalu senyum smirk dari ibunya pun terlukis.

—NOTES KAMI—

Hulla, maaf agak lama karena ada kesibukan dari author. Kami harap kalian menyukai cerita ini💜

FILOMELTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang