Bonus Chapter

3.7K 117 0
                                    

Sejenak, aku merasa bahwa aku masih berada di dalam mimpi. Mendapatkan kehidupan tenang dan temanku kembali, itu bagaikan sebuah mimpi. Menghabiskan lebih banyak waktu bersama Vlad, tak ada mimpi yang lebih indah dari itu. Namun saat aku membuka mata, sekali lagi aku diyakinkan bahwa semua hal itu bukanlah mimpi. Begitu pula kali ini.

Ketika aku membuka mata, aku kembali mendapati Vlad di hadapanku, tersenyum menatapku lembut. Hampir setiap hari aku mengawali hari-hariku seperti ini. Aku menyukainya tentu saja. Kecuali fakta bahwa Vlad masih tak membiarkanku bebas berkeliaran ke luar rumah sendirian. Memang benar bahaya di luar sana masih ada. Apalagi setelah berita pernikahan Vlad denganku menyebar dengan begitu cepat di kalangan musuh-musuh Vlad.

"Selamat pagi, Luv."

Aku mengangkat senyumku. Jika saja aku tak mengingat pembicaraan kami semalam, aku pasti akan mempertahankan senyumku. Tapi tidak kali ini.

"Kau pikir aku akan luluh dan mengizinkanmu pergi begitu saja hanya dengan senyum palsumu itu? Enyahlah." Aku segera berbalik, berbaring membelakangi Vlad. Persis seperti seorang istri yang sedang kesal pada suaminya.

Niatku ingin melanjutkan tidur, tak mempedulikan Vlad. Terserah apa yang ingin ia lakukan. Entah bagaimana bisa kami berdebat tentang hal yang sama terus menerus sejak dulu. Tentang Vlad yang terus menerus bepergian kesana kemari tanpa mempedulikan kondisi tubuhnya sendiri. Apakah salah jika aku mengkhawatirkan pria itu dan menginginkan agar dia menggunakan waktu seharian penuh untuk beristirahat?

Terdengar Vlad yang terkekeh. Ia menarik bahuku, mengharuskanku untuk menghadap pria itu lagi. "Asal kau tahu saja, hal-hal seperti inilah yang sering kurindukan ketika aku berada di luar."

Vlad bangkit, hendak menciumku. Tentu saja ia tak bisa melakukan hal itu dengan mudah. Telunjukku reflek mendorong dahi Vlad, membuat pria itu kembali terkekeh dengan mata terpejam. "Kau ingin mati, huh? Berani-beraninya kau berpikir bisa menciumku di saat-saat seperti ini." Sungguh, aku masih belum tahu cara berpikir Vlad.

Tak sesuai dugaanku, pria itu malah bangkit menindihku. Tentu saja itu menimbulkan protes dariku. Sayangnya Vlad lebih dulu berbicara. "Benarkah aku tak bisa?"

Aku mengerjap. Segera saja aku menutup mulut Vlad yang nyaris saja menyentuh bibirku. Pria itu mengangkat sebelah alis. Ugh, dia terlihat semakin tampan dengan ekspresi seperti itu.

"Kau ini. Apa sulitnya meminta maaf? Lagipula kau meminta maaf padaku, bukan pada orang lain-" Aku memekik terkejut sekaligus geli ketika Vlad malah menjilat telapak tanganku. Membuatku refleks melepas bekapanku. Vlad tersenyum puas sementara aku melotot pada pria itu.

"Ada apa, Luv? Perasaan kau tak panik seperti itu ketika aku menjilati tubuhmu."

Aku kehabisan kata-kata. Wajahku benar-benar terasa panas. Dari mana pria ini belajar berbicara sebenarnya? Pria itu terlalu blak-blakan. Jika saja ia berbicara seperti itu pada wanita lain, maka sudah kupastikan pria itu akan mendapat sebuah tamparan keras di pipi. Dan aku akan membunuhnya karena pria itu menyentuh wanita lain.

"Tutup mulutmu itu, Vlad. Kebiasaanmu yang itu belum hilang juga, ya? Dasar mesum."

Vlad terkekeh. Ia menumpukan salah satu siku di samping kepalaku agar bisa berada lebih dekat denganku. Vlad menatap tepat pada kedua mataku sementara tangannya yang lain membelai sisi wajahku. "Aku seperti itu hanya padamu. Jadi, bukan masalah, kan? Kau istriku. Semua hal yang ada pada dirimu adalah milikku."

Vlad mendekat. Bahkan hidung Vlad menyentuh pipiku ketika ia mencoba mengendus udara di sisi samping wajahku. Nafas Vlad menyapu sisi wajahku, mengirimkan gelenyar aneh ke seluruh tubuhku dalam sekejap. Suara Vlad berubah begitu rendah dan berat ketika ia berbisik tepat di telingaku, membuatku merinding seketika mendengar kalimat yang ia ucapkan.

The Dark PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang