Chapter 3

4.2K 222 0
                                    

Aku terus berjalan sambil merangkul lengan Vlad dan menatap lurus ke depan dengan penuh percaya diri. Meskipun ini pertama kalinya aku menghadiri pesta sebesar dan semegah ini, aku tak boleh terlihat seperti seorang amatiran. Jujur aku gugup. Tapi bukan gugup karena pesta ini. Melainkan karena pria disampingku. Ya, Vlad yang membuatku gugup. Aku baru sehari mengenalnya, tapi kami sudah berada sedekat ini. Yah, meskipun aku cukup sering berada dekat dengan orang asing. Tapi mereka adalah para pembunuh bayaran yang ingin membunuhku. Bukan seseorang yang tak sengaja lewat dan membantuku.

Vlad mengajakku ke tengah-tengah lantai dansa, dimana orang lain sedang berdansa dengan pasangan mereka masing-masing mengikuti alunan musik. "Bukankah kita datang kemari untuk membunuh seseorang?" ucapku pelan.

"Itu benar. Tapi itu bukan berarti kita tak boleh bersenang-senang dulu bukan? Lagipula aku tak bisa menyia-nyiakan kesempatan bersama dengan gadis cantik."

Aku mendengus. "Sudah kuduga. Alasanmu tidak membiarkanku untuk menunggumu di rumah bukan karena kau takut aku memanggil 911." Vlad tertawa.

"Baiklah baiklah. Ayo nikmati waktu kita bersama tanpa ada gangguan." Vlad melingkarkan salah satu tangannya di pinggangku. Ia pun menarikku lebih dekat padanya hingga tubuhku menempel di tubuhnya, menimbulkan rasa nyeri pada luka di perutku. Tatapan Vlad tak teralihkan dariku. Ia menatap lurus tepat ke mataku. "Malam ini, kau menjadi kekasihku," bisiknya lalu kami mulai berdansa dengan menautkan jari-jari kami.

Entah mengapa posisi ini membuatku sangat gugup. Bahkan rasa gugupku itu mengalahkan rasa sakit ketika aku bergerak. Vlad masih menatapku. Tapi aku tak berani menatapnya, apalagi dalam jarak sedekat ini. Aku bahkan bisa merasakan deru nafas hangat Vlad yang menerpa wajahku.

"Kau sangat cantik malam ini," bisik Vlad pelan. Namun aku masih bisa mendengarnya di sela-sela alunan musik yang bergema.

"Kau sudah mengatakannya tadi," balasku sama pelannya, masih tanpa menatapnya. Oh Tuhan! Apa yang terjadi padaku? Kenapa jantungku berdegup begitu kencang?

"Aku tahu. Aku hanya ingin menegaskan bahwa kau sangat cantik," ujar Vlad lagi dengan suara serak yang membuatku merinding. Kini ia menempelkan dahinya pada dahiku, membuatku semakin tak berani menatapnya.

"Kau hanya melebih-lebihkan-"

"Tidak," sela Vlad cepat. "Aku tidak melebih-lebihkan. Lihat saja. Para pria itu iri melihatku bersamamu." Vlad semakin mendekati wajahku. Hidungnya sudah menyentuh hidungku. Aku sangat gugup. Aku sangat ingin mendorongnya. Entah aku yang salah atau otakku yang memang lamban untuk menyuruh tanganku mendorong Vlad hingga aku tetap membiarkannya tetap bertahan diposisinya.

"Vlad...."

"Hmm?" gumamnya. Aku menegang mendengarnya. Cih! Apa-apaan itu?! Baiklah, aku tak boleh kalah begitu saja.

"Dasar penggoda," gumamku yang membuat Vlad berhenti mendekatiku dan menjauh. Aku pun menatap Vlad yang tengah menaikkan sebelah alisnya. "Kubilang, dasar penggoda." Vlad pun menarik salah satu ujung bibirnya.

"Kau sadar apa yang kau katakan? Kau menggodaku. Jadi aku tergoda padamu." Dahiku mengerut mendengarnya.

"Aku tidak menggodamu."

"Kau tak perlu menggoda untuk membuat orang lain tergoda. Karena itu kau tidak menyadarinya."

Aku menahan tawaku yang nyaris meledak ketika mendengarnya. "Itu karena pikiranmu itu yang terlampaui mesum," timpalku. "Apa kau tak menyadarinya?"

"Aku seorang pria. Apa boleh buat?" Vlad tersenyum lembut padaku. Ia pun kembali menempelkan dahinya di dahiku. "Kau tahu? Aku berkali-kali mendapatkan tawaran untuk membunuhmu." Itu tak membuatku terkejut. "Aku heran kenapa mereka ingin membunuhmu. Tapi tak apa. Apa pun alasannya, aku tak akan berubah."

The Dark PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang