Chapter 9

463 62 32
                                    

"Bolehkah aku mencium mu?" Bisiknya di depan wajah terlelap itu.

Perlahan ia semakin mendekatkan wajahnya sampai ia bisa merasakan hembusan nafas pria di bawahnya, serta bau alkohol yang menyambutnya. Ia menyeringai kemudian memiringkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke arah telinga pria itu, ia gigit kecil daun telinga yang sedikit memerah itu.

Ia menjauhkan wajahnya, "Apa yang kau pikirkan Myungsoo" ia terkekeh geli kemudian mengusap wajahnya

Myungsoo menatap wajah itu lagi kemudian turun ke leher jenjang yang di basahi oleh air itu, sebelah tangannya terjulur untuk menyentuh leher putih itu.

"Kau hangat sekali" gumam Myungsoo, ia menelan ludah tangannya bergerak mengusap leher itu, "Sepertinya aku harus bersabar"

oOo


Seorang pria tinggi berbalut jas hitam melangkahkan kaki memasuki ruang kerjanya, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan ketika tidak mendapati seseorang di dalamnya. Ia mengecek arloji nya, seharusnya seseorang itu sudah datang atau terlambat?. Ia menghela napas, kemudian melangkahkan kaki menuju kursinya dan duduk di sana. Sebelah tangannya memegangi perut, ia sengaja berangkat kerja pagi-pagi sekali sampai melupakan sarapannya hanya untuk satu orang.

Menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki, sementara kepalanya menengadah ke atas menatap langit-langit ruangan.

"Kemana dia?" Gumamnya

Ia mengecek arlojinya lagi, berpikir mungkin seseorang yang ingin ia temui itu sedang dalam perjalanan. Ia memutar kursinya menyamping, tangan kanannya berada di atas meja dan mengetuk-ngetuk meja itu dengan jari-jarinya hingga menimbulkan nada sumbang yang menyakiti telinga. Ia mulai menghitung dari satu sampai seratus untuk menghilangkan rasa bosan yang mulai menyerangnya.

Lima belas menit berlalu, ia mulai tidak sabar langsung saja ia berdiri dan melangkahkan kakinya tergesa-gesa.

oOo

"Ugh ... " Lenguhan seorang pria yang baru terbangun dari tidurnya, sebelah tangannya memijat kepala merasakan denyutan di sana.

Ia masih berbaring dengan selimut yang membungkus tubuhnya, kepalanya masih terasa pusing hingga membuatnya enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Tiba-tiba saja ada sebuah pergerakan di sampingnya lalu sebuah tangan sudah berada di perutnya. Ia membulatkan kedua bola matanya, ia bisa merasakan hembusan napas menerpa wajahnya. Langsung saja ia menengok ke arah samping tepat di sebelah kirinya.

Betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang laki-laki terlelap di sampingnya, mulutnya terbuka sangking terkejutnya. "Waaaaaa!!!" Teriaknya histeris, kemudian mendudukkan dirinya.

Langsung saja ia menyingkirkan selimut untuk memastikan sesuatu, ia menghela napas lega karena ia masih menggunakan pakaiannya. Ia menengok ke arah laki-laki tadi yang tidak bergeming dari tempatnya walaupun ia berteriak kencang tadi. Dia Nam Woohyun memijat pelipisnya kemudian menepuk-nepuk pundak laki-laki yang tidak lain adalah si bartender club yang sering ia kunjungi, Myungsoo. Akan tetapi Myungsoo tetap saja tidak membuka matanya, membuatnya jadi sedikit kesal.

"Hey bangun! Kau kira ini tempat penampungan!" Seru Woohyun sembari mengguncang tubuh Myungsoo.

Myungsoo yang merasa tidurnya terganggu pun berdecak kesal, kemudian ia mengusap kedua matanya dan perlahan membukanya, ia melirik Woohyun sekilas. "Masih terlalu pagi" gumam Myungsoo dan kembali menutup mata.

"Apa?!" Woohyun melirik ke arah jam yang tergantung di dinding kamar, ia membelalakkan matanya waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. "YA TUHAN!" seru Woohyun panik.

A Person Like Me [gyuwoo]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang