3

944 121 0
                                    

(Well, tampaknya ini cukup panjang)

Jeongin pantang dengan kata menyerah. Sekolah Changbin adalah sekolah elit dimana untuk menembus prasyaratnya saja susahnya minta ampun. Tapi demi Changbin, Jeongin mati matian belajar bahkan kadang lupa makan. Pokoknya, harus satu sekolah dengan Changbin.

Padahal rumah mereka sudah cukup dekat namun rasanya selalu saja kurang.

Dan kala Changbin mengencani seorang pemuda Aussie bernama Lee Felix, Jeongin mengurung diri selama 2 hari dikamar. Membolos sekolah, mogok makan, dan membiarkan dirinya dilingkupi gelap kamar -lampu tak dinyalakan pun jendela yang sama sekali tidak dibuka gordennya.

Jeonghoon -si bungsu sampai kesal dan menendang kamar Jeongin. Berteriak marah pada kakaknya yang merajuk. Jeongun menghela napas, lelah sudah menghadapi kelakuan 2 adiknya.

Nyonya Yang sempat berbincang dengan Nyonya Seo. Changbin turut serta dalam obrolan. "Kurasa kau butuh berbincang dengan Jeongin, Bin-ah." celetuk Nyonya Seo selepas perbincangan.

Changbin datang malam harinya, langsung masuk ke kamar Jeongin lewat jendela -uh bocah itu selalu ceroboh dengan tidak mengunci jendela kamarnya. Untung yang masuk Changbin, bagaimana jika itu maling?

"Berhentilah bertingkah, semua mengkhawatirkanmu."

Jeongin diam.

"Jika aku ada salah, katakan saja. Aku juga tidak suka kau begini, kau bisa sakit jika tidak makan."

Ada senampan makan malam yang mendingin dimeja makan. Meski begitu, nampak menggoda dengan kuah kental beraroma keju yang nikmat.

Changbin tergoda, begitu saja melewati Jeongin yang masih terpuruk lucu dan mulai mencicipi makan malam yang seharusnya milik Jeongin. Melihat itu, si empu mulai merengek. Ya tuhan, perutnya keroncongan dan sebenarnya ia berharap Changbin memberikan lebih banyak kekhawatirannya.

Malam itu berakhir dengan semua isi hati Jeongin yang tercurah dan Changbin yang mendengus geli dengan tingkah Jeongin.

Hesitate (Jeongbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang