3

348 12 2
                                    

Setelah membeli banyak cupcake dengan bentuk dan warna yang lucu-lucu untuk Kei, aku dan Davel memutuskan untuk langsung pulang. 

Sekarang waktu tepat menunjukan pukul dua siang.

Aku dan Davel baru saja menginjakan kaki di kediaman Tante Dinda saat tiba-tiba Kei yang mungil langsung memunculkan dirinya dari kamar dan langsung menghambur ke arah kami. Ia terlihat seperti habis bangun tidur dengan rambut sebahunya yang tidak tertata rapi. Tapi walau begitu juga, Kei tetap terlihat menggemaskan.

"Itu cupcake buat Kei, Kak?" tanya Kei dengan nada bicaranya yang lucu.

"Iya, ini buat Kei. Sana makan kue bareng Kak Kyla, ya," ujar Davel lembut sambil memberikan plastik besar berisi cupcake itu pada Kei.

"Ayo Kak Kyla, makan cupcake bareng Kei!"

"Kei makan duluan aja ya, sambil nonton Frozen. Nanti kakak nyusul, oke?"

"Oke!" ucap Kei. Lalu kini Kei yang mungil membawa dirinya beserta dengan cupcake-nya menuju ke ruang tengah.

"Udah gih sana, temenin Kei," kata Davel.

"Lo juga dong, ayok, temenin gue sama Kei."

"Iya nanti, gue mau ke kamar dulu. Sini buku-buku belanjaan lo gue aja yang naro ke kamar biar sekalian," kata Davel, tangannya mengambil belanjaan penuh buku-buku yang ada di tanganku.

"Oke, makasih."

"Tapi ini makanannya tolong bawa ke dapur, ya," suruh Davel sambil menunjuk bungkusan besar berisi makanan yang dibelinya tadi di restoran fast food. Aku melirik sebentar ke arah yang ditunjuk Davel tersebut, kemudian mengangguk.

"Oke, makasih juga," kata Davel kemudian.

Dan setelah itu, aku segera melakuakan apa yang disuruh Davel, kemudian menghampiri Kei yang sedang asyik dengan cupcake dan tontonannya.

"Enak ya cupcake-nya?"

"Enak banget! Nih kak, kakak juga harus cobain," tangan Kei menyodorkan sepotong cupcake imut berwarna biru kepadaku.

Aku tersenyum, lalu mengambilnya. "Makasih, ya."

Baru aku akan mendaratkan gigitan pertamaku pada cupcake biru super lembut itu, tapi apa daya jika cupcake tersebut malah mendarat di lambung orang lain. Ya, Davel dengan sesuka hatinya merebut cupcake yang sudah hampir termakan olehku itu.

"Davel astaga."

"Kak Davel kalo mau cupcake ambil aja nih, masih banyak, tapi jangan ngerebut punya Kak Kyla gitu dong," ucap Kei polos.

 "Tuh dengerin. Adeknya aja pinter, masa kakaknya enggak."

Dan yang aku dapat setelah melontarkan kalimat tersebut adalah sebuah cap merah akibat telapak tangan Davel yang menghantam persis di dahiku. Damn.

***

Hari minggu akan berakhir tak kurang dari sepuluh menit. 23:50. Angka-angka tersebut tertera di lockscreen ponsel yang masih setia di tanganku.

Harusnya aku sudah tidur dengan nyenyak setelah kegiatan makan cupcake bersama Davel dan Kei tadi siang. Sebab rasanya aku sudah merasa lelah sejak tadi.

Tapi ingatanku justru masih melayang kembali ke saat-saat aku bertemu dengan dia tadi. Pertanyaan 'kenapa' sering sekali hinggap, dan jawaban 'entahlah' juga sering kali menghampiri.

Kenapa bisa-bisanya semua kenangan yang pernah ada itu menyapaku lagi di saat aku sedang berusaha untuk menghindar?

Entahlah.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang