Udah di obatin nih hehe
💭💭💭
Alan, Elen dan Alea keluar dari ruangan dokter tersebut.
"Kak gue enggak mau pakai gips" ucap Alan tiba-tiba.
Elen menggeleng. "Ingat kata dokter, kalo mau sembuh" ucapnya.
"Gue udah bilang gapapa—"
"Al, sembuhin ya?" ucap Alea lalu tersenyum.
***
Sudah memakan waktu satu jam menunggu Alan diluar ruangan. Alea lebih memilih untuk menunggu diluar ruangan sambil duduk dibangku yang telah disediakan, cemas tidak ada hanya saja sebuah kekhawatiran yang entah datangnya darimana. Selama ini Alea tidak pernah mengkhawatirkan sesuatu.
Kecuali sang papa.
"Papa, lagi apa sekarang?" tanya Alea.
Pintu ruangan terbuka. Alea mendapati Elen yang langsung duduk disampingnya sambil memberi senyuman pada Alea.
"Makasih ya alea, berkat kamu alan mau sembuh" ucap Elen.
"Sama sama kak, aku ikhlas kok" ucap Alea.
"Tadi malam, dia enggak bisa tidur karena ngerasain tangannya yang kesakitan. Aku tahu karena aku enggak sengaja masuk tanpa izin ke dalam kamarnya" akui Elen.
Alea mengernyit lebih tepatnya kaget. "Terus? Gimana? tangannya berdarah?" tanyanya.
"Bengkak yang aku lihat, dia enggak nangis, tapi aku tau kalo dia ngerasain sakit dan perih ditangannya. Aku juga tau sebab tangannya begitu" ucap Elen lalu tersenyum menatap Alea seakan lekat.
"Maksud kak elen?" tanya Alea.
"Dia gak mau liat orang lain sakit" ucap Elen.
"Kak Elen tau kalo—"
"Kata Alan, bukan kamu penyebabnya. Tapi tangannya, aneh ya?" ucap Elen lalu tertawa agak pelan. Sementara Alea dibuat bingung oleh kata kata yang Alan ucapkan pada kakak perempuan satu satunya itu.
Alea terdiam, takut, jika mama Alan sangat marah padanya.
"Aku sama Alan udah janji, enggak akan bilang mama. Kita saudaraan cuma berdua, dari kecil aku selalu ancam dia aku bakal enggak anggap dia sebagai adik aku lagi kalo dia bocorin masalah aku ke mama papa, begitu sebaliknya" ucap Elen sambil memegang kedua pundak Alea.
"Makasih kak, aku minta maaf" ucap Alea sambil menunduk karena sangat merasa bersalah. Elen tidak menyalahkan siapapun atas kecelakaan tangan adik laki-lakinya. Menurut Elen, Alan dan Alea mempunyai keunikan satu sama lain dan bisa saja keduanya saling terikat satu sama lainnya, itu harapan Elen.
Karena Elen tidak mau lagi melihat adiknya kecewa karena seorang cewek yang disukai.
"Kamu enggak salah, ingat itu al dan yang terpenting kamu harus kenal alan lebih dekat lagi. Aku enggak paksa sampai dimana, kalian berteman baik ya" ucap Elen. Alea tersenyum lalu mengangguk.
Pintu ruang dokter terbuka.
"Saudari elen?" tanya dokter itu.
"Saya dok? Ada apa" ucap Elen lalu berdiri.
Dokter yang memegang sebuah dokumen itu menatap Elen. "Silahkan masuk ke ruangan sekarang" ucapnya.
Elen masuk ke dalam ruangan dengan sebelumnya memberikan senyuman pada Alea, lalu Alea membalas dengan anggukan kecil. Sepertinya keadaan membaik akan segera datang. Alea harap.
Beberapa menit kemudian, Elen dan Alan keluar dari ruangan. Alea memperhatikan tangan kiri Alan yang sudah dibalut dengan gips berwarna biru tua.
Lagi lagi, Alea merasa bersalah dalam hatinya. Hal itu diketahui Alan, ketika Elen pergi ke administrasi untuk membayar semuanya, Alan berdiri di hadapan Alea.
"Al"
Keduanya saling memanggil nama mereka.
"Kenapa?" tanya Alan duluan.
"Gue, gue minta maaf, maaf karena gue tangan lo jadi—"
Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir Alea untuk memotong pembicaraan. Sontak Alea kaget atas respon tersebut. Alea yang tingginya se-Leher Alan menatap kedua mata cowok itu dengan tatapan diam.
"Enggak ada yang salah, itu yang mau gue omongin" ucap Alan.
Alan menurunkan tangannya sedangkan Alea masih tetap diam.
"Makasih udah maafin gue" ucap Alea.
Tanpa canggung, Alea memberikan senyuman tulusnya yang jarang sekali orang lihat, Alea mempunyai banyak arti senyuman. Maka dari itu, cewek tomboi ini sangat unik.
Alan sempat terdiam beberapa saat sampai akhirnya mendengar suara Elen yang memanggilnya.
***
"Al, sebentar" ucap Alea pada Alan.
Mereka berhadapan di depan pagar sebelum Alea pulang ke rumah, Elen sudah masuk ke dalam rumahnya.
"Kenapa?" tanya Alan.
"Hari senin berangkat bareng gue ya? Soalnya lo enggak mungkin bisa bawa motor" ucap Alea. "Anggap aja ini tanggung jawab gue" sambungnya.
Alan mengangguk. Alea tersenyum karena merasa bisa bertanggung jawab. Alea mundur dan berbalik badan melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah. Semoga saja tidak ada kejadian buruk selanjutnya, semoga.
"Alea!" ucap Alan sedikit teriak.
"Ya ada apa?" tanya Alea masih ditempatnya.
"Makasih" ucap Alan.
Alan tersenyum.
Senyumannya ada lagi, setelah hilang selama dua tahun karena beberapa hal yang membuatnya kecewa. Senyuman pertama setelah dua tahun hilang, dia berikan pada gadis tomboi bernama Alea.
Alea terdiam.
Hanya mengangguk, lalu kembali jalan menuju rumahnya.
Inipertama kalinya dia senyum. batin Alea.
-From Alea-
hai semua, akhirnya bisa update setelah 1 bulan lamanya. Semoga suka:)
Silahkan vote dan kasih saran atau kritik
Terimakasih #keepread
- Jakarta, 12 september 2018
YOU ARE READING
from Alea
Teen FictionAlea Aubre- cewek tomboi, dan ditakuti ini tidak jauh dari kata masalah di SMA Matahari. banyak sekali masalah yang dialami dalam hidupnya. Mulai dari bolak balik masuk ruang kepala sekolah karena bertengkar, nyogok satpam, hobinya yang cabut jam pe...