Awalan

22.4K 1.1K 80
                                    

Pemuda itu memaku dengan kedua tangan mengepal erat. Pandangannya terkunci pada beku tanah yang masih basah, serta nisan yang berdiri tanpa goyah. Mengeja nama di sana membuat ngilu yang coba ia redam kembali menyeruak. Nama yang pernah menjadi alasan untuknya mengenal perjuangan. Nama yang pernah membuatnya hancur menjadi kepingan. Nama ... yang sekali lagi menjatuhkannya ke dasar dari sebuah kesakitan.

"Maaf ... gue belum bisa kasih apa yang seharusnya gue kasih ke lo. Maaf belum bisa bahagiain lo. Maaf, karena selama ini, gue belum bisa nepatin janji gue buat bahagia."

Pemuda itu menarik napas panjang kemudian memejam. Getar hebat dalam penggalan kalimatnya cukup menunjukkan adanya siksa yang coba ia tahan. Sudah bertahun-tahun, tapi luka kehilangan itu masih begitu basah dan menyakitkan.

Dia kembali diam dan membiarkan batinnya merapalkan doa untuk jiwa yang telah tertidur tenang. Beberapa saat, sampai dia kembali membuka matanya lalu bangkit dengan perlahan.

Iris pilunya menatap nisan itu sekali lagi, kemudian berbalik dan mulai melangkah pergi. Membiarkan luka itu tertinggal di sana bersama kilasan memori yang akan tetap abadi. Sampai nanti ... ketika waktu mempertemukan mereka kembali.

 ketika waktu mempertemukan mereka kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tentang KeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang