MEMORIZE

31 4 0
                                    

"kita mungkin belum saling kenal, tapi yakin, hatiku ini lebih bijak dalam memilih rumah singgah daripada siapapun yang pernah kamu temui"





Rahman

Asem bener. Gue malu abis, masa disuruh joget didepan umum sama Syifa.

Reaksi orang-orang yang liatin gue, sampe pada ketawa kenceng gitu, malah ada yang sampe pengen boker aja. Kalo bukan gara-gara sayang gue udah lempar aja dia ke empang.

Akhirnya selese juga acara hari ini, badan rasanya remuk semua.

Dari hujan-hujanan, naikin tangga tugu, nganterin syifa pulang, abis itu ngerjain tugas segunung yang udah gue kerjain 2 minggu tapi ga kelar-kelar.

Eh gue jadi kangen sama Syifa, baru beberapa jam gini pisah udah kangen aja.

Abis Syifa gitu sih, sukanya bikin gue kayak orang gila. Senyum-senyum sendiri, gue bayangin muka dia kalo lagi ngambek,jadi pengen nikahin aja, eh.

Hush, malah mikir yang aneh-aneh gue kan. Udah udah, bisa tambah gila gue malah. Yaudah, gue tidur aja semoga mimpi Syifa.

******

Bayangan kenangan itu seketika hilang.

Rasanya baru kemarin Rahman menjalani rutinitasnya bersama Syifa, tapi ternyata satu tahun telah berlalu, banyak sekali perubahan yang terjadi di antara Rahman dan Syifa.

Syifa yang kini sekolah di luar negeri, berpisah dengan Rahman. Orang yang dulu menjalani hari-hari bersama Syifa.

Mereka kini berjauhan, dengan Rahman yang terus memutar kenangan di kepalanya, entah Syifa disana.

Rupanya hujan telah reda. Melamunkan masa lalu yang indah, membuat Rahman lupa akan masa kini yang sedang dijalaninya.

Rahman melangkah menuju tangga menuruni bangunan kosong itu. Hampa, sepi, dingin........ kamu hilang. batinya dalam hati.

Sekarang yang Rahman tunggu hanya satu, satu yang berarti segalanya. Bertemu Syifa. Ya hanya itu sekarang yang dia tunggu.

Jalan raya begitu padat. Lalu lintas yang terhambat karena macet di sepanjang jalan.

Ramai pengedara mengumpat karena macet yang tidak ada habisnya. Bulan Dessember, musim pancaroba.

Setelah tadi turun hujan yang sangat deras, sekarang malah rasa panas yang sangat menyengat hati Rahman yang tadinya dingin terhimpit masa lalu, kini terasa panas membara diterpa terik matahari.

Samar – samar ia melihat perempuan yang tidak asing sedang berlari tergesa – gesa. Dibelakangnya terlihat sekelompok berandalan sedang mengejarnya.

Dia pasti dalam bahaya batin Rahman. Rahman turun dari mobil dengan segera, meninggalkan mobilnya terbengkalai ditengah padatnya jalanan.

Banyak pengemudi lainya bingung dengan apa yang dilakukan Rahman. Rahman dengan segera menelpon Azzam, teman dekatnya untuk segera mengambil alih mobilnya.

Setelah mengirim lokasi, dengan segera Rahman berlari menuju perempuan yang sedang dikejar oleh sekelompok berandalan tadi.

"Woy! minggir lo semua!!!" Teriak Rahman dengan lantang.

Orang yang badanya paling kekar dan bertato menoleh dan memicingkan mata melihat Rahman. Merasa terhina, dia melemparkan rokok yang sedari tadi ia hisap dan menginjaknya.

"saha anjeun teh? Wani wani tantangan urang? Berasa superhero?"

"ngomong apa si kalian?!!! Ga ngerti!! Yg jelas, kalo gue superhero berarti kalian badut – badutnya dong hahahah!!!!"

"kurang ajar eta eh!! Hajar cung!!"

Orang yang Rahman rasa ketua gengnya langsung mendorong temanya yang bernama cung tadi untuk menghajar Rahman.

Tapi Rahman lebih gesit, dengan cepat dia menangkis pukulan dari orang tersebut.

Serangan dating bertubi- tubi, tapi Rahman selalu bisa mengalahkan mereka.

Si boss tampaknya geram, diam –diam dia mengambil tongkat baseball di pojok gang dan memukulkan ke badan Rahman sekeras mungkin. Rahman lengah, dia jatuh terpental.

Tak henti – hentinya di boss itu memukuli Rahman. Darah bercucuran di mana- mana. Kepala Rahman bocor, dia sudah tak kuat berdiri lagi.

"Rasain!!! Makanya teh gausah berani nantang Dadang!!" kemudian rokok yang sedari tadi dikantonginya, dinyalakan dan ditempelkan ke pipi Rahman di bagian apinya hingga Rahman memekik kesakitan dan kulitnya mengelupas.

"Ayo eta cung, bor, kis balik. Biar dia rasakan!!! Kita cari mangsa lain aja"

Si boss kemudian menendang kepala Rahman dan pergi diikuti oleh ketiga anak buahnya.

******





thx jangan lupa vote dan komenya yaa

The Perfect QueenWhere stories live. Discover now