"Bu, ini tadi Aina belikan mie ayam. Ini buat ibu dan dek Kiki" ucap Aina pada ibu tirinya yang sedang tiduran di kamar, tanpa membuka kamarnya.
"Hmm" terdengar suara deheman dari dalam kamar. Tak ada tanda jawaban atau langkah kaki untuk menyambut.
Ya, kali ini Aina sengaja membeli mie ayam untuk makan malam karena meja makan terlihat kosong.
Ia sungguh ingin makan bersama-sama sebagai seorang keluarga. Tapi apa mau dinyana, setengah jam berlalu dan kini perutnya tak lagi mampu menahan lapar. Dan belum ada tanda seorangpun yang mau keluar untuk makan bersamanya.
Dan akhirnya Aina menikmati sendiri mie ayam yg sudah tak berkuah lagi itu.
Yah, dengan helaan nafas panjang agar hatinya tak mulai bergemuruh, merasa - rasa yang pada akhirnya akan membuatnya menjadi orang yang sangat perasa.
Bukan kali ini saja, sehingga banyak sekali tanya yg berada di benak Aina, apakah mereka tidak lapar, kog tidak makan. Dan akhirnya sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandai menyimpan bangkai pasti akan ketahuan juga.
Yah, mereka makan di dalam kamar. Entahlah apa maksudnya. Ah, atau mungkin karena aku yang tengah baperan tingkat tinggi.
YOU ARE READING
Buah Bibir
General FictionSudah menjadi kebiasaan masyarakat era modern untuk bergosip, bincang-bincang basa basi yang kadang membawa pada membicarakan orang lain. Dan itu menyakitkan untuk siapapun yang dibicarakan. Dan begitupun Nia yang kini tengah jengah, karena ia yang...