DUA PULUH ENAM

35.4K 3.3K 354
                                    

Haloha semuanya! Mana yang kemarin kena jebakan betmen?

Aahahaha.

Kemarin asalnya cuma mau iseng aja beneran, sekalian nambah followers di Instagram. Eh taunya ada yang manggil 'thor' dan aku jadi GAK MAU UPDATE. Kan udah diingetin ya di chapter sebelumnya bahwa kalau masih ada yang manggil begitu, gak akan aku update. Walaupun kelen pada penasaran. Ya gak apa-apa. Gak rugi di aku jugak :p

Untunglah komennya sudah dihapus. Kemudiaaan.. di Instagram kubuat sayembara mengenai siapa yang tahu nama asli 'Javas'. Ada yang berhasil nebak sebelum aku menyerah dan tutup warung. Mana ya orangnya?

Etapi jangan dibocorin di sini ya siapa nama aslinya 'Javas'. Bisa digeplak aku sama si Mas 'Javas'. Hahaha.

Nah ini aku udah update beneran chapter 26. Semoga kalian suka. Silakan tinggalkan komentarnya asalkan komentar tersebut:

1. Gak panggil 'thor'

2. Gak komenin typo

3. Gak kasar

4. Gak julid

5. Gak bikin keliatan bego (macam pertanyaan "Indah itu siapa?" ye kan udah disebutin sebelum-sebelumnya)

Selamat membaca!

***

           

Ini adalah waktu di mana aku merasa tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku bangun tidur di waktu yang sama seperti biasa. Masih mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin. Perbedaannya adalah lubang di hatiku yang terasa semakin besar. Sulit sekali rasanya bangun dari tempat tidur dengan mengetahui ada yang baru saja mengkhianati kepercayaan yang kita berikan. Apalagi ketika kepercayaan itu menyangkut seluruh hati dan jiwa.

Aku ingat bahwa Mama pernah bilang untuk jangan mencintai seorang laki-laki 100%. Total dalam berperasaan boleh, tapi jangan berikan seluruh hati untuknya. Akan sakit rasanya jika dia membuat kesalahan. Setidaknya beri ruang untuk dirimu bangkit kembali dan beri ruang untuk dirimu sendiri. Sepertinya aku melewatkan petuah Mama yang itu. Karena sekarang rasanya hatiku sakit sekali.

Perjalanan dari tempat tidur menuju kulkas saja rasanya sudah berat. Aku mengambil sebtol jus dari kulkas, meminumnya sambil merosot di pintu kulkas. Mataku tidak fokus dan aku hanya diam. Aku tidak menangis. Tidak pula mengumpat. Aku merasa kosong.

Kutundukkan kepalaku. Dingin yang terpancar dari botol jus membantuku untuk tetap sadar. Bahkan telingaku bisa mendengar suara ketukan yang jelas.

Tok tok tok.

Mungkin itu Javas. Mungkin itu petugas apartemen. Siapa pun itu aku tidak peduli. Saat ini aku hanya butuh waktu sendiri.

Aku masih diam memeluk lutut di lantai entah untuk berapa lama. Ketika aku melihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 10. Suara ketukan itu hilang. Dengan susah payah aku bangkit dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Sekali lagi mataku mengalirkan air mata. Setelah ini tidak ada lagi air mata.

***

"Boleh Bapak minta kamu dan Indah rujuk?"

"Pak," Indah berseru dengan terkejut tapi tidak bisa dipungkiri bahwa pipinya merona.

Javas memperhatikan ayah dan anak ini bergantian. Indah yang diam saja tapi bibirnya tersenyum. Bapak yang berbaring dengan wajah lemah dan penuh harapan.

"Kenapa, Pak? Saya dan Indah sudah lama sekali bercerai," kata Javas dengan hati-hati. Dia tidak bisa mengambil resiko bahwa Bapak akan sakit lagi jika dia secara lugas mengatakan tidak bisa rujuk.

I Could Get Used To You - END (CETAK & GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang