SATU

216K 4.1K 61
                                    

Banyak orang bertanya, what is your purpose in life? What is your biggest dream? Aku selalu punya permasalahan dalam menentukan jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan itu. Sama halnya ketika pertanyaan itu muncul sebagai tema pembuatan esai sebagai syarat untuk mendapatkan beasiswa. Aku membutuhkan waktu berjam-jam untuk menentukan jawaban apa yang paling tepat dan nantinya akan menarik perhatian para penilai.

Hasilnya aku gagal dalam mendapatkan beasiswa. Entah karena esaiku kurang menggambarkan keinginan dalam hidup, entah karena jawabanku dalam wawancara kurang memuaskan. Entahlah. Hasilnya aku membiayai kuliahku sendiri.

Kembali ke pertanyaan di awal, bukan berarti aku tidak tahu apa tujuan hidupku atau apa mimpi terbesarku. Aku ingin hidup dengan bahagia, bisa bermanfaat untuk keluarga, bangsa, dan negara. Terlalu sederhana? Itulah. Makanya aku bingung mendefinisikan apa tujuan hidupku. Mimpi terbesarku adalah jadi seorang direktur di perusahaan perbankan. Kalau yang ini terlalu sederhana kah? Semoga tidak. Hal yang mengganggu aku kemudian adalah bahwa tujuan hidupku tidak terlalu spesifik atau memiliki kekuatan atau malah mimpi terbesarku terasa begitu jauh dan sulit dicapai.

Lihat saja sekarang ini. Aku belum masuk ke industri perbankan seperti yang aku inginkan. Aku bekerja di perusahaan multinasional di bidang retail. Bukan berarti aku tidak menikmati pekerjaanku. Aku hanya perlu memikirkan strategi untuk meraih mimpi terbesarku itu.

Sembari memikirikan strategi untuk meraih mimpi itu, di sini, ditemani segelas es kopi murah meriah, aku memikirkan hal lain. Seseorang yang berdiri tidak jauh dariku. Tinggi dan tegap. Tangan kanannya memegang ponsel yang ditempelkan ke telinganya, tangan kirinya memegang gelas kopi mahal (berbeda jauh dengan yang kupunya). Lengan kemejanya dilipat hingga ke siku dan membuat aku bisa memandang tato besar di sepanjang lengan kirinya.

Aku menghela nafas dengan penuh rasa damba.

***

"Ikut?" Anja menyodorkan sebuah flyer ke hadapan wajahku.

"Kemana?" Aku mengambil flyer tersebut dan membacanya.

"Ladies night," Anja mengedikkan lehernya ke arah flyer itu.

Aku malah tertawa dan menyimpan flyer itu ke meja.

"Kok malah ketawa? Katanya lo pengen dugem. Ajep-ajep," Anja menggeleng.

"Ya kalau ladies night gak bisa sekalian cari cowok dong, mbak," aku mencibir.

"Eugh dasar HBL," Anja menjulurkan lidahnya.

"Eh maaf maaf aja nih," aku mengangkat tangan, menunjukkan ekspresi kesal. "Emang iya!"

Kami berdua tertawa-tawa. Jam makan siang memang sudah usai namun belum semua orang kembali ke tempatnya. Jadi aku dan Anja masih bisa leluasa tertawa terbahak-bahak di lantai yang masih cenderung kosong ini.

"Eh, Den," Anja memanggilku lagi.

"Hmm?" Aku kembali mendongak dari layar laptop yang menampilkan materi presentasi yang sedang kukerjakan.

"Lo beneran belom pernah dugem sama sekali?" Anja mengernyitkan dahi.

Aku menanggapi dengan tawa. "Belum pernah dugem, belum pernah ngerokok, belum pernah ML, belum pernah minum alkohol. Gue rasa gue paling suci diantara kalian semua."

Anja mengeluarkan sebuah umpatan dan aku tertawa lagi. "Itu makanya lo ngajak gue dugem?"

"Begitulah. I just want to know the vibes," aku mengangkat bahu.

"Tapi jangan nyesel sekalinya lo udah datang ya," Anja mengacungkan jarinya.

Aku memiringkan kepalaku menghadap Anja. Anja yang hafal semua tempat dugem di Jakarta, Anja yang minum alkohol dengan frekuensi sama seperti aku minum kopi, Anja yang merokok setiap kali ada kesempatan. Berbanding terbalik dengan aku yang belum pernah menyentuh itu semua. Kami berteman baik, sesuatu yang aneh menurut orang lain. Kesamaan kami adalah karena kami tidak peduli dengan urusan pribadi orang lain. We don't give a f**k with some others personal problems. Kami tidak peduli siapa pacaran dengan siapa. Siapa selingkuh dengan siapa. Siapa baru membeli barang apa. Siapa yang baru dimarahi oleh siapa. Karena itulah kami dekat.

I Could Get Used To You - END (CETAK & GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang