Last Desire | 2

27 4 0
                                    

"My Ara, aku sangat mencintaimu"
*
*
*

"Siapa yang mau bertemu gue malam-malam gini? Duh, sekolah kok jadi seram ya."

"Ara." suara berat nan dingin itu memanggil namanya

Ara lansung menoleh ke samping kanannya, "Danny!" seru Ara, dia begitu senang bisa melihat Danny lagi.

"Kita masih pacaran."

Mendengar perkataan Danny, Ara lansung membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia kaget mendengar hal yang mustahil itu, terakhir kali dia bertemu Danny, Danny memintanya menjauh tapi apa maksud Danny sekarang?

Danny hanya tertawa pelan, dia mencubit pelan pipi Ara lalu mengelus nya lembut. "Ayo kita pulang, sayang."

"Ha? A-ayyoo." cicit Ara

**

"Gue senang banget jadian sama Danny." pekik Ara begitu berdiri dihadapan sahabatnya.

"Lo jadian sama Danny? Danny mana?" tanya Tama

"Ih, kok lo gak kenal sih. Danny Indrawinata, anak kelas sebelah itu. Gue mau ke kekelas sebelah dulu, mau ketemu pacar." Kekeh Ara seraya beranjak keluar kelas

"Lah, si bego. Danny culun kok di pacarin, Ara, Ara, cantik cantik kok pilih yang begituan." Kekeh Tama seraya menatap punggung Ara yang semakin menjauh

**

Ara mendengus melihat tangannya yang ditarik oleh gadis kuncir satu. Dia, Kezia Zefanya. Gadis yang kemarin berteriak ketakutan keluar kelas ketika dia bertanya keberadaan Danny dimana.

"Maksud lo apa narik-narik tangan gue? Kenapa lo bawa gue ke ruang UKS!" dengus Ara kesal melihat tingkah Kezia, ketika dia masuk ke kelas Danny, Kezia lansung menarik tangannya keluar kelas.

Kezia menoleh ke kiri dan kanan, dia memastikan bahwa tidak ada yang mengikuti mereka berdua. "Dengar perkataan gue, jangan potong sedikitpun."

"Hmm." gumam Ara malas seraya membaringkan tubuhnya di ranjang UKS.

"Lo harus waspada, lo berada dalam bahaya PARAMITA ESTININGTYAS." ujar Kezia dengan ekspresi serius, dia menekan ucapannya saat menyebut nama lengkap Ara.

"Hahaha, apaan sih! Udah ah, gue mau nyari Danny dulu."

"Ra! Ara! Ingat kata gue!" Teriak Kezia

**

Danny membasuh wajahnya di kamar mandi sekolah, dia berteriak ketika melihat sosok lain di cermin. "Lo ngak bisa manfaatin gue! Lo bukan bagian dari diri gue. Lo ngak boleh gangguin hidup Ara lagi!"

"Gue minta bantuan terakhir, cuma lo yang bisa bantu gue." desis sosok hitam dalam cermin itu

"Gak! Gue gak mau! Arghhhh!"

***

"Danny!" seru Ara ketika melihat punggung Danny yang berjalan keluar gerbang sekolah.

Sosok yang dipanggil Danny tidak berhenti, dia tetap berjalan kedepan. Ara berlari mengejar Danny, dia mengabaikan teriakan satpam yang memarahi mereka karna keluar dari sekolah.

"Danny, lo mau kemana?" tanya Ara begitu sampai di hadapan Danny, dia berhasil mengejar Danny.

"Kamu jalannya cepat banget Dan! Untung kamu berhenti dipinggir jalan ini, kalau ngak mungkin aku..." ujar Ara dengan nafas lelah, sebelum ia menyelesaikan perkataannya, Danny mendorong tubuhnya dengan keras hingga tubuh Ara jatuh ke tengah jalan raya.

"Danny apa yang kamu lakukan!?" tanya Ara dengan raut wajah tak percaya atas tindakan kasar pacarnya

Titttttt

"Arghhhhh!" pekik Ara begitu melihat sebuah mobil melaju dengan cepat dan menabrak tubuhnya. Ara mengarahkan tatapannya pada Danny sebelum tubuhnya terhempas jauh.
"Maaf." ucap Danny tanpa suara

***

Ara menatap tangan kanannya yang dipegang oleh lelaki yang kini menjadi tunangannya "My Ara, aku sangat mencintaimu."

Semburat merah mewarnai pipi Ara, dia tak bisa menahan senyum bahagianya saat punggung tangannya dicium sang kekasih. "Van, Gak usah cium tangan deh! Fokus nyetir gih!"

Elvan terkekeh mendengar perkataan tunangannya, gadisnya semakin menggemaskan. Gadisnya? Ya tentu saja gadisnya, mereka baru saja melakukan acara pertunangan.

"Van, gak papa ya kalo kita udah tunangan? Kita kan masih sekolah."

"Gak papa sayang, lagian di acara tadi para guru juga hadir. Semua orang mendoakan kita bahagia sayang." jelas Elvan seraya mengelus kepala Ara. Dia menepikan mobilnya, Elvan memegang kedua tangan Ara. Dia menatap mata coklat caramel milik gadisnya itu.

"Kamu mau kan menjalani kehidupan ini bersama ku selamanya? Setelah lulus nanti, aku akan melamarmu sebagai wanita terakhirku."

"El-elvan. Kamu serius?" tanya Ara dengan air mata yang mulai menggenang di mata cantiknya.

"Aku serius sayang, kamu adalah segalanya bagiku. Mungkin aku sudah mati saat itu jika kau tidak menolongku. Kau penyemangat hidupku, Ara. Kau membuat aku sadar betapa indahnya hidup ini, jika kau tidak ada mungkin aku bisa mati karna obat itu. Aku bisa ma.."

Ara menaruh jarinya dibibir Elvan, "Sttt, jangan bicara begitu Elvan. Aku tak sanggup kehilangan kamu, kamu adalah laki-laki yang dikirim Tuhan untukku. aku akan selalu menjadi wanitamu, aku janji Van."

Elvan lansung memeluk erat tubuh Ara, dia terus mengucap kata terima kasih. "Terimakasih sayang. Terimakasih sudah hadir dihidupku. Terimakasih atas semuanya. Jadilah wanita terakhirku."

"Aku janji, Elvan. Menjadi wanitamu adalah keinginanku sedari dulu."

Tanpa Ara dan Elvan sadari, sebuah truk melaju cepat ke arah mereka. Mobil Elvan di tabrak hingga jatuh berguling ke jurang.

Ara membuka matanya perlahan, dia meringis memegang kepalanya. "El-el... van.." ujar Ara dengan suara tercekat. Dia melihat tunangannya berusaha membuka pintu mobil.

"Kamu harus hidup Ra, kamu harus hidup. Kamu harus hidup!" ucap Elvan seraya memecahkan kaca mobil, dia tak peduli dengan darah yang menetes dari kepalanya. Satu hal yang dipikirkan Elvan, Ara harus selamat.

Mobil Elvan terjebak di ujung jurang, jika mereka bergerak kebelakang maka mereka akan terjatuh di jurang yang mengerikan itu. "Ara jangan banyak bergerak, kamu harus keluar dari mobil ini."

Elvan berhasil memecahkan kaca depan mobilnya, dia membantu Ara melepaskan seatbeltnya. "Ara, merangkaklah kedepan. Lakukan dengan hati-hati."

Ara mulai merangkak kedepan, dia berhasil keluar dari mobil. "Elvan, ayo keluar van!" seru Ara seraya menahan rasa takutnya.

Ketika Elvan hampir berhasil keluar, mobil itu bergerak kebawah. "Elvan!" pekik Ara.
Mobilnya telah jatuh kejurang, Ara menggengam erat tangan Elvan.
"Ara, hei. Tenanglah, kita baik-baik saja."
"Elvan, hiks hikss." tangis Ara pecah, dia begitu takut melihat mobil Elvan yang meledek di jurang gelap itu.

Elvan memeluk erat tubuh Ara. "Tenanglah Ara. Ayo kita pergi dari sini."

Ara dan Elvan bergegas meninggalkan tempat itu. Mereka berjalan menuju jalan raya. "Kita akan pulang sayang, aku selalu disini berada disamping kamu." ujar Elvan seraya memeluk erat tubuh Ara.

Mereka berjalan tertatih seraya mengucap syukur karna selamat dari kecelakaan itu. Elvan melihat sebuah taksi yang tak jauh dari mereka. "Taksi!" serunya.
"Tolong kami, kami baru saja mengalami kecelakaan."

Ara dan Elvan segera menaiki taksi tersebut. Selang 2 menit perjalanan, Taksi itu lansung melaju dengan kecepatan penuh.
"Mati! Hahahhaha!" ujar supir yang mengendarai taksi itu.
"Maksudnya apa!"pekik Elvan
Supir itu lansung membuka pintu taksinya lalu melompat keluar, sebelum dia melompat keluar dia menembak tubuh Ara. Taksi itu melaju hilang kendali dan menabrak pohon besar.

*****

Last Desire #GAPersona (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang