Semuanya dimulai dari pagi yang sempurna. Sarapan yang lezat. Cuaca yang cerah. Perasaan gembira yang datang entah darimana. Semuanya benar-benar baik-baik saja. Sampai akhirnya, aku bertemu lagi dengan pria 'yang aku intip kemarin'. Tidak menyenangkan memang menyebutnya seperti itu. Tapi, itu memang kata-kata yang paling cocok sebelum aku mengetahui namanya.
Yang membuatku sedikit bingung adalah sikapnya yang seolah tidak mengenalku. Walaupun secara teknis memang kami tidak saling mengenal, namun setidaknya kami sudah pernah berada dalam situasi yang bisa membuat dua manusia menjadi saling kenal, kan? Pria ini memang benar-benar aneh. Tapi, untuk apa aku terlalu memikirkannya? Bukannya aku seharusnya malah senang dia bersikap acuh seperti itu? Aku tidak perlu terlalu khawatir dia akan membocorkan aib yang memalukan itu.
"Hey, do you want to come with us?"
Lamunanku buyar saat ada seorang gadis cantik berdiri di samping kursiku. Aku menoleh ke samping kanan, kiri dan belakang untuk memastikan bahwa yang ia ajak bicara itu benar-benar aku atau bukan.
Gadis itu tertawa. "There's no one else here. I'm asking you."
"I'm sorry I didn't realized it." Jawabku lalu terkekeh.
"I'm Sidney." Ujarnya sembari mengulurkan tangan. "And you. . ."
"Lea. Aleana Bowman." Kusambut uluran tangannya.
"Woah. British."
Aku menganggukkan kepala.
"So, are you hungry now? Cause I wan-"
"SIDNEY! KAU IKUT ATAU TIDAK?!"
Aku dan Sidney spontan berjengit mendengar suara bass milik seorang pria yang kini berjalan mendekat.
Sidney melototkan matanya dan memukul lengan pria itu dengan sangat kencang, membuat pria berambut cokelat gelap itu mengernyit menahan sakit. "Aku tidak tuli. Jadi berhentilah menggila."
Pria itu menatapku, Sidney lalu kembali lagi menatapku. "Jadi, dia yang membuatmu sangat lama?"
Sidney membuang nafas jengah.
"Kuharap gadis menarik ini tidak membuatmu kehilangan kenormalanmu, Sid. She's amazing. Not like Spiderman but amazing." Puji Tommy dengan mata berbinar-binar.
"His name is Tom. But you can call him Tommy." Potong Sidney dengan wajah ramah saat menatapku dan berubah garang saat menatap Tommy yang masih tersenyum jahil. "It's so hard to tell but he's one of my stupid friend."
Aku tertawa pelan mendengar kalimat Sidney.
"Yeah. Yeah. Whatever." Jawab Tommy cuek. "Are you hungry, Lea?"
"Yeah, you better hungry. Cause my stomach craving for foods now."
Aku mendengus geli lalu menjawab, "Yes. I'm hungry."
Tanpa basa-basi lagi, Sidney dan Tommy memasukkan semua barang-barangku dengan sembarangan ke dalam tas dengan kecepatan cahaya, yang hanya mampu aku lihat dengan tatapan horor saja. Sidney langsung menarik tanganku keluar kelas begitu selesai dengan barang-barangku, mengikuti Tommy yang telah berjalan lebih dulu.
"Kenapa lama sek-"
Aku menarik lepas tanganku dari genggaman Sidney dan spontan berhenti berjalan.
Bolehkah aku minta ukiran batu nisanku sekarang?
•••
Aku memandangi bebek betutuku dengan tidak berselera.
"You don't like it?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello. I'm Coraline.
Mystery / Thriller"Kau punya cukup nyali untuk seorang wanita, Coraline." Coraline tersenyum sinis. "Tentu saja, aku bukan pengecut sepertimu." "Aku bahkan tidak yakin kau dapat menembakku dengan senjata kecilmu itu." "Benarkah?" Coraline mengedikkan bahunya santai...