Hi! Hi! I'm come back! Siapa yang kangen akuuuu????? Mana tangannyaaaaa??? Hihihi..
Enjoy reading, luv!
•••
Aku terkejut saat tiba-tiba Tommy menepuk pundakku.
"Melamun?"
Aku hanya terkekeh dan menggeser tubuhku agar dia bisa mengambil tempat duduk di sampingku.
Pria ini. Mandi parfum atau bagaimana. Wangi sekali.
"Kenapa melihatku seperti itu?"
Aku terkesiap. "Hah? Ah, tidak."
"Kau mengagumi ketampananku. Tidak diragukan lagi."
"Astaga Tom. Kau harus menurunkan kadar kepercayaan dirimu sedikit." ujar Sidney yang sudah ada di depan kami.
Gadis cantik itu mengeluarkan lipatan kain dari dalam tas ransel mahalnya dan menghamparkannya di atas rumput. Setelah meletakkan tas dan bukunya, dia ikut mendudukkan tubuhnya di atas kain itu. Ian yang mengikuti Sidney dari belakang mengambil duduk membelakangi kami, menghadap kolam ikan yang ada di tengah taman kampus, tidak jauh dari tempat kami duduk sekarang. Aku dan Tommy pun ikut duduk di atas kain dan mulai mengeluarkan laptop.
Kali ini, kami akan mengerjakan tugas bersama dengan suasana berbeda. Sidney agak bosan dengan cafe dan ingin mencoba belajar di taman kampus yang baru saja direnovasi ini.
Tommy mengamati sekeliling dan menganggukkan kepalanya pelan. "Tidak terlalu buruk juga."
Sidney terkekeh. "Hiruplah udara segar di sini sebelum kau kembali ke kelas dan menghirup bau badan Mr. Hutabarat lagi."
Aku hampir tersedak ludahku sendiri mendengar ucapan Sidney. "Ya Tuhan. Hampir saja aku pikir aku yang bau."
Tanpa diduga, Tommy refleks mendekat dan mengendus rambutku. Ya Tuhan pria ini! Jantungku terasa hendak copot.
"Kau bau? Tidak. Kau wangi." ucap Tommy dengan polosnya lalu merebut sekaleng Coca Cola dari tangan Sidney. Sedangkan, Sidney mematung dengan ekspresi jijik melihat kelakuan bodoh sahabatnya itu.
Aku hanya berdeham canggung dan mengalihkan pandangan ke arah Ian. Dan kudapati, Ian tidak lagi menghadap ke arah kolam, tapi sedang duduk menyila dan menatapku tajam. Oke. Wajahnya terlihat agak mengerikan. Bukan salahku kalau tiba-tiba Tommy mencium rambutku. Aku tidak menggodanya.
"Tapi, serius Le. Rambutmu memang wangi."
Aku tersenyum mendengar pujian Sidney. "Thankyou."
"Kau harus membagikan rahasianya padaku. Aku juga ingin rambutku wangi."
"Astaga Sidney." ucapku sambil tertawa. "Tapi, rambutmu juga wangi."
Sidney terkekeh. "Aku ingin tahu supaya aku bisa mencuci rambutku dengan shampoo yang sesuai dengan moodku saat itu. Aku akan memberimu rekomendasiku dan kau harus memberi rekomendasimu. Deal?"
"Deal." Ujarku menyambut uluran tangannya. "Shampoo ini dari Bath & Body Works."
"Oke. Sepertinya aku belum pernah mencoba shampoo mereka." Sidney berhenti sejenak dan kemudian menunjukkan sesuatu dari ponselnya. "Kau harus mencoba merk ini. Koleksi mereka selalu yang terbaik! Dan ini yang paling favoritku. Aku sudah menghabiskan 3 botol ukuran besar! Aromanya calm Fruity yang seketika bisa membuat mood mu naik dan ceria. Aku sangat suka sekali yang satu ini."
Aku tertawa mendengar penjelasan Sidney yang sudah mirip seperti brand ambassador merk itu. 3 botol ukuran besar dengan review meyakinkan, kurasa memang ia layak dilirik merk tersebut. Aku saja sudah mulai tergoda untuk membelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello. I'm Coraline.
Mystery / Thriller"Kau punya cukup nyali untuk seorang wanita, Coraline." Coraline tersenyum sinis. "Tentu saja, aku bukan pengecut sepertimu." "Aku bahkan tidak yakin kau dapat menembakku dengan senjata kecilmu itu." "Benarkah?" Coraline mengedikkan bahunya santai...