Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

3. You Only Live Once

20.6K 1.6K 42
                                    

Seperti pagi biasanya, selepas salat subuh, Naya bergegas membantu ibunya membersihkan rumah. Dimulai dari menyapu halaman rumah, merawat tumbuhan di halaman depan, hingga mencuci piring-piring kotor. Sebelumnya Naya memang seorang pemalas, ia bahkan jarang beranjak dari tempat tidurnya. Dunia Naya ada di dalam kamarnya. Namun, semenjak kuliah di luar kota dan tinggal di rumah kakek-neneknya, perlahan sikap Naya berubah. Neneknya yang disiplin tak akan pernah mengizinkan Naya istirahat jika pekerjaan rumah belum selesai, sekalipun disaat tugas Naya sedang menumpuk.

Naya menghela napas lega ketika telah menyelesaikan pekerjaannya di halaman depan rumahnya, ia pun segera membuang daun-daun yang ia sapu tadi ke tong sampah. Tubuh Naya membeku ketika matanya bertatapan dengan mata laki-laki yang baru ia temui semalam, Zafran. Meski mata mereka bertemu, tapi mereka sama sekali tidak menyapa atau bahkan tersenyum. Naya menatap punggung Zafran yang mulai menjauh, ia menghirup napas dalam-dalam ketika menyadari dirinya sedang menahan napas sedari tadi.

"Ya, subuh-subuh kok bengong sih?" tegur Arif yang baru saja tiba dari masjid. "Habis ini kamu beliin bubur kacang hijaunya Mas Herman buat sarapan ya," Arif merogoh saku baju kokonya. "Nih uangnya."

Naya mengangguk, ia segera masuk ke rumah untuk mengambil kunci motor dan helm. "Mau ke mana, Ya?" tanya Ratih saat melihat anak gadisnya siap pergi.

"Mau beli bubur kacang hijau, Bu," jawab Naya. "Ayah minta dibeliin bubur kacang hijau."

"Oh ya udah, ibu nitip beliin gula pasir di minimart ya, yang kecil aja," sahut Ratih sambil membuka dompet kecilnya untuk mengambil uang dan memberikannya kepada Naya. "Mau buatin teh buat ayah, nggak tahunya gula habis."

"Oke, Bu, aku pergi dulu ya. Assalamu'alaikum."

Setelah mendapat jawaban salam dari Ratih, Naya bergegas pergi dari rumah dengan sepeda motor matic-nya untuk membeli bubur kacang hijau pesanan ayahnya. Naya menghela napas pelan ketika melihat gerobak Herman, si penjual bubur kacang hijau, belum ramai.

"Pak, buburnya tiga ya."

Laki-laki berkumis tipis itu menatap Naya. "Yang satu, buat Mbak Naya, dibanyakin ketan hitamnnya kan?" Naya mengangguk dengan semangat. "Siap, Bos!"

"Pak, bubur kacang hijaunya tiga, dibungkus."

Naya sedikit melirik seseorang yang baru saja datang itu, tapi beberapa saat kemudian Naya benar-benar menoleh sepenuhnya saat menyadari siapa pembeli itu, Zafran. "Tunggu bentar ya, Mas." jawab Herman yang tidak menyadari kekakuan di antara Zafran dan Naya.

"Mbak Nay kapan balik ke Yogya?"

Naya tersadar dari lamunannya. "Eh, gimana, Pak?"

"Aduh ... pagi-pagi kok udah bengong sih, Mbak ...." sahut Herman jenaka. "Pagi-pagi itu enggak bagus buat bengong kan, Mas?"

"Setiap saat juga enggak bagus buat bengong, Pak," jawab Zafran yang diajak bicara. "Tapi mungkin Naya lagi banyak pikiran."

Herman menatap Zafran heran. "Masnya kenal sama Mbak Naya?"

Zafran mengangguk. "Kita tetanggaan, Pak, satu kompleks."

"Lah, kok dari tadi diem-dieman? Nyapa aja enggak?" tanya Herman heran, Naya menggaruk tangannya yang tidak gatal. "Orang kaya emang suka gitu ya?"

"Enggak semua kaya gitu, Pak," sahut Naya yang ikut angkat bicara. "Uangnya pas ya, Pak, makasih," Naya memberikan beberapa uang kertas pada laki-laki itu. "Duluan ya, Pak ..." Naya menatap Zafran sebentar. "Duluan ya, Zaf."

"Iya, hati-hati, Naya."

Naya bergegas meninggalkan tempat Herman berjualan, kenapa dengan dirinya? Naya bingung kenapa ia menjadi segugup ini saat bertemu Zafran? Mungkinkah...

Oh, My SugarmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang