Chapter 4

3.8K 803 150
                                    

Do Kyungsoo sangat cinta akan ketenangan.

Disaat kau sendiri, itulah yang dinamakan ketenangan yang sesungguhnya. Seperti itulah moto Do Kyungsoo.

Intinya Kyungsoo suka menyendiri karena ia ingin mencari ketenangan.

Namun apa harapankan terkadang hanyalah sebuah omong kosong jika kenyataan yang ada malah berkata sebaliknya.

Kyungsoo sudah lelah dengan rumahnya yang seperti panggung pentas seni, di lantai bawah ibunya sangat suka senam berirama dengan mengajak beberapa tetangga untuk ikut sehingga di ruang tamu menggema suara dvd instruktur senam, sangat amat berisik dan juga jangan lupakan adik kembarnya yang suka mengusik.

Kamar Kyungsoo bersebelahan dengan kamar sang adik yang sangat gemar menyetel tv animasi dengan suara memekakkan telinga backsound lagu Pororo dan Robocar Poli yang baru hits di kalangan anak seusia mereka.

Jika animasi itu habis, kedua cecunguk itu langsung mendobrak kamar Kyungsoo dan seenaknya menyuruh Kyungsoo menyanyikan lagu Pororo.

Pertunjukan Pororo live!

Seperti itulah perkataan mereka yang selalu membuat Kyungsoo jengkel, terlebih ibunya selalu membela si brandalan cilik itu.

Jika di sekolah tatapan Kyungsoo bagai harimau mengincar mangsa, tapi kalau di rumah sama sekali itu tidaklah mempan. Berkebalikan dari itu, keluarga Kyungsoo hanya menganggap tatapan sang putra sulung itu seperti penguin tersesat.

Rumah bagi Kyungsoo adalah tempat yang bertentangan dengan kata 'tenang'.

Saat masuk SMP Kyungsoo berharap menemukan secercah ketenangan. Sayangnya setelah ia memberikan starwberry kepada si cengeng, semua harapannya kandas.

Si cengeng yang bernama Byun Baekhyun itu ternyata pintar menyembunyikan sifat cerewetnya di minggu pertama sekolah. Setelah Baekhyun beradaptasi, dia bagaikan bebek yang sedang mencari makan.

Bukannya Kyungsoo tak suka, tapi Baekhyun itu super duper rewel dengan mengomentari hal-hal yang tak penting sekalipun dan ditambah selama tiga tahun di SMP mereka selalu sekelas.

Pencarian ketenangan selama SMP pun pupus.

Entah Kyungsoo harus bersedih atau bersyukur saat masuk SMA, ia dan Baekhyun berlainan kelas.

Kyungsoo di kelas A dan Baekhyun di kelas E.

Bukankah jarak di kelasnya lumayan jauh?

Penentuan kelas bukan berdasarkan tingkat kejeniusan. Pihak SMA hanya mengacak siswa-siswa terbagi secara rata agar semua bisa bersosialisasi.

Hati kecil Kyungsoo berdoa semoga Baekhyun tidak berulah di kelas barunya. Meski tekesan cuek, sebenarnya Kyungsoo sangat perhatian dengan si cengeng. Karena jika bukan karena Baekhyun, Kyungsoo pasti sangat dikucilkan.

Kyungsoo menyadari wajahnya tak secantik Baekhyun apalagi dengan mata bulatnya secara tak sengaja malah membuat orang lain takut.

Percayalah jika Kyungsoo itu sangat ramah, ia tidak akan mengeluarkan taring jika kau baik padanya.

Disisi lain Kyungsoo menganggap Baekhyun sebagai adiknya karena teman sebayanya itu sangat tak bisa menjaga diri. Kyungsoo bahkan beranggapan jika adiknya itu lebih dewasa dari pada Baekhyun. Jika bisa, sebenarnya Kyungsoo ingin menukar adiknya dengan Baekhyun saja. Adik kembarnya itu licik dan Baekhyun terlalu polos.

Baekhyun terlalu polos dan baik hati,

Hanya Baekhyun yang menganggap mata bulatnya itu imut dan malah memuji jika mata bulat tak perlu operasi plastik seperti yang lain. Di Korea, mata bulat itu anugrah. Meskipun mendapat respon positif tetap saja Kyungsoo kurang mempunyai kepercayaan diri melimpah tentang dirinya, hanya nilai akademik saja yang menjadi pegangan.

( 'ᆺ' )/ BAEKSOO ARE FRIENDS \(●♡●)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang