Chapter 5

3.9K 766 53
                                    

Hidup menjadi putra tunggal sekaligus si bungsu dari empat bersaudara merupakan hal yang lumrah jika Baekhyun begitu dimanja oleh keluarganya.

Baekhyun memiliki tiga orang kakak perempuan dan seorang ayah yang menjadi tulang punggung selalu bekerja keras mencari nafkah sebagai karyawan kantoran. Sang ibu lebih dulu berpulang karena mengidap penyakit kronis saat Baekhyun menginjak usia empat tahun.

Meski Baekhyun hanya mengecap sedikit kehangatan sang ibu, sekalipun Baekhyun tak pernah kekurangan kasih sayang.

Byun Johyun, sebagai sosok putri sulung sikapnya sangat dewasa telah bekerja sebagai seorang staff konsultan hukum. Dia selalu membelikan semua keperluan yang Baekhyun butuhkan.

Byun Chaehyun, sebagai putri kedua sifatnya paling keibuan dari pada sang kakak sulungnya yang worka-holic. Ia yang selalu memasak dan menyiapkan bekal Baekhyun. Dirinya yang bekerja sebagai penerjemah, lebih sering dirumah daripada bekerja di kantor penerbitan yang memang disediakan untuknya. Chaehyun lebih suka mengurus rumah, mengganti peran ibunya yang telah tiada.

Byun Soohyun sebagai putri bungsu, ia sangatlah jahil terhadap Baekhyun. Namun tetaplah di balik itu, ia yang masih kuliah lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan Baekhyun sehingga Baekhyun tak pernah kesepian.

Tanpa kehadiran sosok ibu, keluarga Byun tetap menjadi sebuah keluarga hangat dan harmonis. Baekhyun tumbuh dengan limpahan kasih sayang dan keluarganya sengaja memanjakan si bungsu. Itulah penyebab jika Baekhyun menjadi cengeng dan penakut.

Memang itu bukan sifat baik, namun sifat itu juga tak buruk toh Baekhyun juga bukan tergolong anak yang nakal. Terlebih Baekhyun termasuk anak pintar yang selalu masuk ranking sepuluh besar.

Baekhyun hanya butuh waktu lebih lama untuk pendewasaan.

Di siang hari seperti saat ini, Baekhyun duduk diam di bangku perpustakaan memperhatikan teman-teman kelas yang sedang berdiskusi dengan yang lain tak seperti dirinya yang sendirian. Kelopak mata mengerjap, mengamati keadaan namun bibir yang berkerut kebawah enggan terbuka.

Baekhyun bukan tipe melakukan pendekatan terlebih dulu jika ia tidak benar-benar tertarik, namun ia dengan senang hati menerima uluran tangan perkenalan jika ada yang memulai.

Yang Baekhyun sadari setelah beberapa hari masuk SMA, untuk jenis pertemanan rata-rata suka menggerombol. Baekhyun tak suka itu. Mereka yang sering menggerombol sering berbicara di belakang dan suka menggosip hal yang tak jelas.

Mengapa aku tak mendapat kelas yang sama dengan Kyungsoo?

Gerutuan terus menari diatas kepalanya. Ujung pena tergores asal di atas selembar kertas A4 yang seharusnya berisikan rangkuman materi ekonomi, tugas dari guru yang sedang berhalangan tidak masuk. Dagu ia rebahkan pada meja kayu dan terkadang pipi gembilnya turut menempel bosan. Buku yang terbuka dibiarkan begitu saja, tak ada niat untuk lanjut membaca.

"Hei, kata Pak Guru kita bisa melanjutkan tugasnya dirumah. Kau tak kembali ke kelas?"

Tanpa menoleh ke arah sumber suara, Baekhyun yang masih setia menempelkan pipi pada meja menggeleng pelan. "Baekhyunnie ingin sekelas dengan Kyungsoo."

Si penanya berkerut. Sebagai ketua kelas X-E, ia mempunyai kewajiban penuh mengawasi temannya yang lain. Ia tak paham kemana arah jawaban Baekhyun terlebih lagi, siapa itu Kyungsoo?

Baekhyun mendongakkan kepalanya dan kini kembali duduk tegak dengan punggung bersandar pada kursi. Mata sipit bergulir menatap sang ketua kelas. "Kau siapa?"

Hanya bisa memberi senyum setengah niat, "Aku Kim Jongdae, ketua kelasmu." Bisa-bisanya dia tak mengenali Kim Jongdae sang ketua kelas. Sangat keterlaluan!

( 'ᆺ' )/ BAEKSOO ARE FRIENDS \(●♡●)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang