Chapter 2

5K 893 169
                                    

"Hei popok!"

Satu panggilan itu terucap, siap-siap kau bertatap mata langsung dengan dewa kematian.

Memasuki hari dimana masa orientasi siswa baru selesai, seperti itulah gosip tersebar begitu cepat di seluruh penjuru sekolah.

Murid SMP itu rata-rata masih membawa sifat polos saat mereka melewati masa peralihan setelah lulus SD. Sekali mendengar suatu perkataan, mereka akan langsung mempercayainya begitu saja. Terlebih melihat tatapan Do Kyungsoo yang benar-benar menakutkan, tak ada yang berani mendekatinya apalagi berteman dengannya.

Bisa dibilang Do Kyungsoo dan Byun Baekhyun itu berlawanan dari segi sikap. Namun dari fisik bisa dibilang sejenis yaitu mereka sama-sama memiliki tinggi terpendek dikelas untuk ukuran laki-laki.

Seperti murid-murid yang lain, awalnya Baekhyun sangat takut kepada sosok Do Kyungsoo. Percayalah jika selain cengeng, Baekhyun adalah seorang penakut ulung. Sudah cengeng dan penakut, ditambah Baekhyun itu mudah sekali terkejut.

Untung saja dia cantik sehingga mendapat poin plus-plus membuat murid lain gemas padanya.

Ketika ia hampir terlambat ke sekolah karena sedikit perang dengan kakak perempuannya, tahu-tahu meja yang tersisa hanyalah meja yang berada di sanding Kyungsoo. Meja Kyungsoo terletak paling belakang ujung kiri tepat di samping jendela. Tak ada tempat duduk lain yang tersisa.

Baekhyun mencicit pelan bertanya pada yang lain apakah ada tempat duduk yang tersisa? Namun naasnya semua teman sekelasnya menggeleng. Mereka juga meminta maaf Baekhyun hanya dengan memasang ekspresi dan turut prihatin dengan keadaan si malang Baekhyun. Karena setelah hari orientasi selesai, tempat duduk adalah paten sampai naik kelas. Murid-murid lain juga tak lupa mendoakan keselamatan Baekhyun agar di berikan umur yang panjang.

Selama pelajaran pertama hingga ke-empat, Baekhyun duduk bagai patung hidup. Hawa panas dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Hanya bola matanya saja yang bergerak resah. Apalagi memulai percakapan.

Saat bel istirahat berbunyi, Baekhyun sigap memajukan kursi hingga dadanya menyentuh tepi meja. Mungkin saja Kyungsoo akan pergi ke kantin dan ia bisa lewat dibelakang lalu Baekhyun bisa makan bekal dengan tenang. Seperti itulah pikiran lugu Baekhyun.

Setelah menunggu tiga menit sampai Kyungsoo selesai menulis catatan di papan tulis, teman sebangkunya itu memasukkan semua barang diatas meja ke dalam laci.

Baekhyun siap-siap menunggu Kyungsoo lewat di belakang. Namun firasat Baekhyun salah, dan muncul firasat buruk mendominasi.

Kyungsoo mengeluarkan kotak makan dari dalam tas.

Bagaimana ini? Kyungsoo tidak pergi ke kantin? Apakah ia saja harus membawa bekalnya saja keluar dan makan di kantin?

Sepertinya itu bukan ide buruk. Baekhyun mengeluarkan bekalnya pelan, tak ingin menimbulkan perhatian. Namun kini malah perhatiannya yang terebut oleh isi bekal yang dibawa Kyungsoo. Air liur Baekhyun seakan banjir lalu ia menegaknya begitu saja.

Ada strawberry disana. Begitu besar, merah, dan menggiurkan. Pasti itu rasanya sangat enak. Mata Baekhyun seakan muncul sebuk serbuk bintang meluncur ke arah strawberry yang berada di sekat kiri bekal Kyungsoo tanpa menyadari si pemilik bekal meliriknya dengan ekor mata bulatnya.

"Kau mau?"

"Eh?" dengan dramatis mata Baekhyun melotot. Air mata mulai menggenang dan ia menggigit bibir bawahnya gemetar.

Bagaimana ini? Apa yang ia katakan tadi? Apakah dia mau memukulku? Apakah ia tadi dimarahi karena kurang ajar melirik bekalnya?

Pikiran Baekhyun terlanjur negatif karena ia tadi terlalu terfokus pada keindahan strawberry hingga tak mendengar apa yang Kyungsoo ucapkan. Terlebih Kyungsoo yang mengernyit terlihat marah dengan mata bulat melototnya semakin membuat Baekhyun ketakutan.

( 'ᆺ' )/ BAEKSOO ARE FRIENDS \(●♡●)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang