Kejutan

44 6 0
                                    

Pikiranku sungguh kacau. Tadinya aku sempat berterimakasih dengan tumpukan tugas yang ku kira bisa mengalihkan fokusku, tapi ternyata percuma. Bukannya membantu dengan melihat tumpukan huruf saja sudah membuatku pusing.

Ku pijit pangkal hidungku sebentar dan bergegas merapikan tumpukan buku yang berserakan diatas meja. Harusnya aku menerima ajakan Inayah menghadiri pesta pertunangan kakak sepupunya tadi, mungkin itu akan jauh lebih membantu dibanding sekarang, terjebak dengan ribuan huruf yang menambah pusing kepala saja, tapi sudahlah.

"Maaf, apa aku boleh duduk disini?" Suara berat itu tiba-tiba menghentikan kegiatanku. Kutatap sosok itu sebentar sebelum ku anggukkan kepalaku.

"Silahkan" balasku singkat dengan senyuman seadanya. Kulanjutkan kembali mengemasi buku bukuku. Ini perpustakaan, aneh jika ada orang yang minta izin duduk seperti pria dihadapanku ini.

"Udah mau pergi?" aku mengernyit bingung, ku lirik kembali pria itu sebentar lalu kuputar pandanganku kebelakang mencari sosok yang menjadi lawan bicaranya tapi nihil, aku tidak menemukan satupun manusia disekitarku.

"Aisyah kan?" ucapnya ramah dengan menampilkan lesung pipit sebelah kanannya. Aku tidak kenal dengan pria ini tapi anehnya dia tahu siapa namaku. Mengingat wajah sesorang adalah kelemahanku. Aku tidak tahu apakah pria ini salah satu korban dari sikap lupaku selama ini.

"Iya, saya Aisyah. Maaf tapi siapa ya?" aku bertanya dengan hati-hati agar tidak menyinggung pria itu. Aku tidak ingin dia menganggpku sombong, siapa tahu pria ini memang mengenalku dan aku malah melupakannya.

"Aku Asnan, yang pernah mengambil buku waktu itu sama ukhti" aku diam berusaha mengingat petunjuk yang dia berikan "...di perpustakaan ini juga" lanjutnya. Selang beberapa detik, berikutnya aku tersenyum kearahnya, aku ingat. Dia pria yang ku bilang mirip boyband waktu itu. Iya, jika tidak salah namanya Hasnan Habib.

"Aku ingat sekarang, Hasnan kan?" Tidak ada respon darinya, aku jadi cemas dengan tebakanku sendiri, takutnya nanti pria ini tersinggung karena menyebut nama yang salah. "Salah ya?" tanyku lagi dengan sedikit kikuk.

"Aku senang kamu tidak melupakanku" ujarnya seketika dengan senyum lima jari. Tanpa kusadari senyum tulusnya memberikan pengaruh positif untukku membuatku juga tersenyum dengan tingkahnya. Aku pikir pria ini sosok pria perwatakan dewasa, tapi ternyata aku keliru. Aku tidak tahu apakah ini hanya perasaanku saja, tapi akhir-akhir ini sepertinya spesies Hilal banyak berkeliaran disekitarku.

Kuhembuskan nafasku kasar, kenapa juga aku haru mengingat nama pria tengil itu.

Derrrrt....

Bunyi getaran dari atas meja, mengembalikan kesadaranku. Ah! ponselku. Kutatap ponsel yang tergeletak disudut meja. Tempat dimana aku meletakkan buku-buku tebalku beberapa waktu lalu. fiuh! hampir saja ketinggalan.

Kutatap layar ponselku, berikutnya dahiku mengernyit mendapati nomor tidak dikenal tertera di layar ponsel pintar ku.

"Hallo, assalamu'alai-"

"Aisyah apa-apaan lo nyuruh gua bareng si belagu itu. Najis, gua nggak mau. Titik!!"

Ku pijit pangkal hidungku mendengar semprotan Rangga. sungguh kekanakan. Harusnya dari tadi aku sudah bisa menebak sosok dibalik nomor baru itu.

"Ya Allah Rangga! Aku capek melihat sikap bocah kalian itu. Dengar ya! Jangan kalian pernah mencampur adukkan masalah pribadi kalian dengan tugas ini. Aku bisa saja menyelesaikannya sendiri tapi jangan harap nama kalian akan ada dalam laporan itu"

Take My HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang