BAB 1

54 4 0
                                    

Disudut ruangan, disebuah kamar sederhana berwarna dove yang memiliki kesan elegan seorang gadis berparas cantik dan lembut duduk diatas kursi kayu berwarna coklat tua, dengan pena yang menari-nari diatas selembar kertas putih, menuliskan barisan syair-syair rindu untuk entahlah siapa disana.

Suara hentakan kaki terdenggar semakin kencang berjalan ke arah kamar tersebut. Angin yang turut serta menggejar sang pemilik kaki cantik yang berjalan kearah pintu putih disudut ruangan. Hingga terdenggar suara pintu terbuka dan terlihat sosok wanita paruh baya yang memperhatikan gadis cantik di meja kayunya.

" Dara, makan malam sudah siap, ayo turun kebawah ayah sudah menunggu di meja makan". Suara wanita paruh baya tersebut menggagetkan gadis berparas cantik bernama Dara yang berada disudut ruangan.

"Oh iya bunda, abis ini Dara turun". Dengan senyum tulus wanita paruh baya yang dipanggil Bunda, meninggalkan dara yang masih setia duduk dengan pena dan selembar kertasnya. Bunda pergi ke meja makan menyusul sang suami sekaligus kepala keluarga, yang sudah ada di meja makan dari lima menit yang lalu.

Sang suami yang binggung melihat istrinya datang tanpa putri semata wayangnya menanyakan keberadaan putrinya tersebut " loh bun, dara mana kok gak ikut turun makan, sama bunda?". Tanyanya heran melihat istrinya datang sendiri.

Belum sempat sang istri menjawab pertanyaan suaminya, Dara sudah duduk manis di sebelah kanan ayahnya. Suara sendok dan piring memenuhi ruang makan malam itu, tidak ada percakapan walau sepatah saja keluar dari bibir salah satu dari mereka. Hingga suara ayah memecahkan keheningan tersebut.

" Oh iya Dara, bukannya besok itu hari pertamamu masuk sekolah bukan?". Tanya sang ayah sebelum meneguk segelas air putih yang ada di depannya.

" iya yah, ayah gak lupa kan kalau besok ayah antar Dara ke sekolah?"

" tenang ayah gak lupa kok, tapi mulai lusa yang anter pak Sugi ya". Kata ayahnya sambil tersenyum tulus kepada putri kesayangannya itu. Hanya di jawab dengan anggukan kepala saja oleh Dara.

Malam itu di akhiri dengan obrolan-obrolan ringan di ruang keluarga. Sambil menonton tayangan televisi yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta, menambahkan keseruan dan keharmonisan keluarga Dara malam itu.

# # #

Rembulan tergantikan oleh sang surya yang cantik jelita, orang-orang dengan seragam putih abu-abu sudah memadati lapangan di tengah sekolah tenama ibukota. Dara yang sudah ada di lapangan turut baris rapi sesuai kelas yang ditentukan. Suara pembicara sekaligus kepala sekolahyang berdiri di podium bagaikan angin lalu lalang, tidak ada yang mendengarkan karena terkalahkan dengan terik sang surya. Hingga suara seseorang yang dari kejauhan berjalan mendekat, membuat semua siswa tertuju pada suara tersebut.

"ayo kamu cepat sedikit jalannya, anak baru masuk sekolah pertama, sudah datang terlambat". Kata seorang laki-laki paruh baya, yang di dada sebelah kanannya tertuliskan nama Triyono. "mau jadi apa kamu?, masuk sekolah hari pertama sudah terlambat".

"saya pak?". Tanya seorang laki-laki dengan seragam putih abu-abu yang acak-acakan. "oh kalau keinginan saya mau jadi suami sholeh buat wanita cantik pak". Katanya tanpa rasa bersalah, dengan nada santai,dingin dan datar.

Sontak membuat seluruh orang yang ada dilapangan tertawa dan saling berbisik satu sama lain, membuat keributan terjadi pada pagi hari itu. Dara yang berada dilapangan tidak terlalu memikirkan lingkungan sekitar yang berisik, melainkan ia hanya fokus pada laki-laki di depan yang membuat ribut seluruh penghuni lapangan.

Hingga suara pak Tri membuat hening seketika " siapa namamu?". Tanyanya dengan suara tegas dan keras.

"hatta pak, Hatta Syaputra Edyasa"

"baik Hatta, untuk hari ini karena kamu terlambat, maka kamu saya berikan hukuman, setelah upacara kamu harus berdiri dibawah tiang bendera hingga istirahat usai". Kata pak Triyono memberi perintah pada siswa laki-laki bernama Hatta. "Oh iya dan satu lagi baju kamu tolong dirapikan atau hukuman kamu saya tambahkan".

Upacara pagi telah usai semua murid telah bubar dan kembali ke kelasnya masing-masing. Namun tidak dengan Hatta ia harus tetap berada dilapangan dan berada tepat dibawah bendera, karena hukuman dari pak Triyono yang harus dijalaninya.

Pagi itulah awal dari semua perjalan masa SMA Dara, Sandara Afelika Unali. Dengan menggenal sosok laki-laki bernama Hatta, Hatta Syaputra Edyasa, seorang laki-laki dengan wajah tampan, rambut gaya mahogany warna hitam, dan baju yang gak ada rapi-rapinya sama sekali, bad boy itu yang terlintas di benak Dara saat pertama kali melihatnya.

# # #

Suara bel istirahat terdengar begitu nyaring,  semua siswa keluar dan pergi memenuhi kantin, namun tidak dengan Hatta yang harus berdiri di bawah tiang hingga istirahat usai.

Sedangkan Dara ia sudah dikantin bersama teman-temannya. "Ra lo mau makan apa nih, biar gue yang pesen lo jaga tempat duduk di sebeleh pojok sana". Kata gadis berambut gelombang diikat ekor kuda,sambil menunjuk bangku kosong di sebalah pojok kantin

"gue, makan siomay aja deh" jawab Dara pada temannya tersebut "eh, Adel jangan lupa pedes yaa"

"iya, iya gue pesenin yang pedes" jawab teman Dara yang di panggilnya Adel tersebut.

Adel, gadis berparas menggemaskan yang dikenal Dara sudah dari SMP, orang yang ceria dan pantang putus asa, apalagi dalam pakar hati. Awal bertemu adel waktu pertama kali Dara duduk di bangku kelas XI, dimana Adel adalah siswi pindahan dari luar kota.

"eh ra lo tau gak sih anak yang tadi pagi datang upacara telat?" suara gadis cantik berwajah campuran indo-austalia mengagetkan Dara yang sedang melamun.

"ampun deh, mitha lo tu yaa kebiasaan deh gak pernah namanya gak bikin kaget orang, lama-lama gue bisa mati kena serangan jantung kalau gini caranya". Jawab dara kesal dan menghiraukan pertanyaan gadis yang dipanggilnya Mitha tersebut. 

"yaa, maaf ra gue kan cuma mau tanya aja sama lo, mana gue tau kalau lo lagi ngelamun, emang lo ngelamunin apa sih?, kok serius amat"

"Dara, ini siomay lo, pedes kan? "

"loh punya gue mana del?, kok lo cuma bawain punya dara" tanya mitha dengan nada sedih

"lah lo aja gak pesen siomay"

Istirahat terjadi begitu saja, dengan canda tawa dan beberapa obrolan ringan yang mereka bahas dari upacara pagi yang panas sekali, sampai wali kelas mereka yang ternyata guru pelajaran matematika. Dan kebetulan kelas mereka bertiga itu sama XII IPA 1. Hingga tanpa sadar bel istirahat sudah berbunyi begitu kencang dan nyaring.

Dara dan teman-temannya kembali ke kelas, sehubung dengan kelas mereka ada di sebrang lapangan, maka mereka melihat Hatta yang sudah duduk di bawah tiang bendera sambil meluruskan kakinya, dara yang tidak peduli langsung saja masuk kelas tanpa ikut teman-temannya yang kagum atas ketampanan Hatta.

maaf ya kalau ceritanya kurang bagus maklum tulisan pertama ^^, jang lupa beri komen dan vote ya....

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang