BAB 4

6 0 0
                                    

motor Hatta membelah jalan raya malam itu, terlihat beberapa orang masih sibuk dengan aktivitas mereka di malam hari, beberapa terlihat ramai memenuhi stan jajanan pinggir kota, tak sedikit juga duduk berbincang menunggu makanan disajikan. hatta yang tak begitu menghiraukan tetap menggendarai motornya dengan kekuatan standar.

Hingga ia memasukki garasi rumahnya, hatta yang datang langsung disambut hangat, dengan penjaga rumahnya, senyum hangat dan tatapan ramah  dari seorang pria paruh baya yang tak lain adalah pak toha.

"selamat malam den hatta" sapanya ramah, tersenyum dan sedikit menunduk tanda penggabdiannya pada keluarga hatta, yang telah lama memperkerjakannya.

"malam pak, kok belum istirahat kan sudah malam pak? "

"sholeh sakit den, jadi saya mengantikannya malam ini, itu sikutnya kenapa den kok di perban?" tanyanya menunjuk siku hatta yang tertutup perban

"biasa pak anak muda, ya sudah pak saya masuk dulu mau mandi"

"iya den,  mari.... "

Hatta yang merasa lelah, menaiki tangga dan masuk kekamarnya, merebahkan badannya di sebuah sofa disudut kamarnya.  Membuang nafas keras sambil mulai memejamkan matanya. Setelah merasa tenang hatta melihat meja di sampingnya dan menggambil bingkai foto yang menampakkan keluarga bahagia,  hatta tersenyum dan menatapnya nanar.

Masa itu kembali terlintas di benaknya, masa-masa dimana mamanya memeluk dengan penuh kasih dan papanya menggandeng tangan munggil hatta. Hingga suara ketukan pintu membuat lamunan hatta berhenti dan bergegas membuka pintu kamarnya. Wanita elegan dan menawan meski beberapa kerutan nampak di wajahnya, berdiri tepat di depan pintu dengan tatapan kesal.

"hatta buka pintunya mama mau bicara hatta,hatta...!!" suara wanita yang tak lain adalah mama hatta

"tumben di jam segini dirumah?!" suara hatta terdengar begitu dingin

"yang sopan ya kamu sama mama"

"kenapa? Ada yang salah?"

"jam berapa ini?, kenapa kamu baru pulang dan ada apa sama tangan kamu itu?" tanya mamanya menunjuk perban di tangan hatta

"apa pedulinya siapa anda menanyakan jam dan ada apa dengan tangan saya?" jawab hatta sinis dan pergi masuk kembali ke kamarnya

"hatta mama belum selesai bicara hatta!! Hatta !!"

Suara mamanya hilang di balik pintu, selalu terjadi kejadian itu. Mamanya yang tulus selalu sakit hati dengan kata dan jawaban pedas dari hatta, salah siapa membuat anak adam terluka hingga membeku dan membekas.

Hatta yang kembali merebahkan badanya di kasur empuk, memejamkan matanya perlahan dan tertidur lelap tanpa merasa bersalah. Baginya berbicara seperti itu tidak salah, atas perbutan mamanya dan papanya yang tidak pernah peduli ataupun merasa salah.

Seakan langit juga turut tenang bintang dan bulan terlihat begitu terang dan indah, malam udara dingin tidak membuat hatta terbangun dari tidur lelapnya.

Jangan lupa beri bintang dan tinggalkan komentar




HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang