Ratna memasuki sebuah rumah dengan sedikit ragu-ragu. saking sudah sering datang, si satpam penjaga rumah pun sudah hafal dan langsung menyuruhnya masuk ke dalam. Ratna langsung menuju ke lantai dua rumah tersebut. menaiki tangga nya dengan mempersiapkan hati. sesampainya di depan sebuah pintu berwarna putih dengan sticker bertuliskan "do not enter!" berwarna kuning. Ratna memegangi kenop pintu dan menggenggamnya hingga buku jarinya memutih, semakin enggan untuk memutarnya agar terbuka. Ratna menghela nafas dalam dan tenang, perlahan membuka pintu tersebut.
Dari mulut pintu Ratna melihat devon duduk di tepi kasur dan mendongak sedikit menatap ratna yang masih berdiri tanpa berniat menghampiri. keduanya hanya bertatap dan mencoba meraba perasaan masing-masing melalui tatapan sebelum berbicara.
"sini na, duduk" devon menepuk-nepuk sisi kosong di sebelahnya mempersilahkan Ratna masuk.
Ratna merasa otaknya blank dan hanya menuruti apapun yang devon suruh untuk duduk di sampingnya. melangkah dengan pikiran berkecamuk dan hati yang tak menentu, perlahan ia duduk disebelah devon.
"aku minta maaf,na" devon berkata sembari menunduk dengan suara yang lemah.
"seharusnya aku yang minta maaf sama kamu" ratna menghapus air mata yang mengalir di pipinya dan mencoba tenang.
"kalo kamu minta aku stay disini sama kamu...i'll cancel the flight" devon menggenggam tangan ratna dan menatapnya dengan tatapan memohon.
"aku ga akan lakuin itu,von. sorry. aku udah kehilangan kamu setahun yang lalu dan itu karena keputusanku tapi aku juga yang bikin hubungan kita jadi abu-abu gini. aku ga mungkin nahan kamu lagi..aku ga akan bikin kamu ragu-ragu lagi." ratna berusaha untuk tidak meneteskan air mata sambil menatap devon dengan sungguh-sungguh.
"aku sayang kamu,na. ga akan berubah" devon mengucapkan dengan mata berkaca-kaca.
"von, aku sayang kamu. selamanya aku sayang kamu. ga akan ada yang bisa gantiin kamu. kamu berjasa banget buat kehidupan aku,buat perubahan aku jadi kaya gini sekarang. aku sayang kamu."
devon hanya bisa terdiam dan menundukkan kepalanya. ia merasa ini akhir hubungannya dengan ratna setelah sekian lama.
"aku minta maaf buat segalanya,von. maaf aku ga pernah perjuangin kamu. maaf karena aku terlalu egois buat milikin kamu. maaf aku ga pernah sedikit pun bilang perasaan aku ke kamu selama ini. aku minta maaf,von"
"kamu cukup minta aku buat stay dan ninggalin saski. aku akan lakuin itu." devon masih menunduk mencoba memohon kepada ratna.
ratna menghela napas dalam,menghilangkan pikiran jelek itu dan mencoba meneguhkan keputusannya. "saski lebih sayang dan cinta sama kamu. dia yang mau berjuang demi kamu apapun kondisinya--"
"so did you,na. kamu juga gitu ke aku. aku ga akan kaya gini tanpa kamu" devon menatap ratna putus asa, berusaha mencari celah harapan untuk hubungan ini.
"aku udah cukup jahat buat nyakitin kamu, buat bikin kamu bingung. udah cukup aku nyakitin kamu. saski bisa kasih apa yang ga pernah aku kasih ke kamu. kamu layak dapetin yang lebih baik dan kamu pantas buat di perjuangin,von tapi bukan sama aku. sama saski."
"saski baik banget,von. dia mau berjuang buat kamu,mempertahankan kamu, cinta sama kamu dalam keadaan apapun. itu yang kamu dapetin di saski dan di aku engga. mungkin aku cinta banget sama kamu,aku sayang banget sama kamu tapi aku sadar aku egois. terlalu mencintai diriku sendiri,berusaha buat lindungin diri sendiri biar ga disakitin siapapun tapi aku nyakitin kamu. aku rasa udah cukup penderitaan kamu,von..kamu layak bahagia dan saski bisa kasih itu ke kamu karena dia cinta kamu melebihi dirinya sendiri." ratna berlutut di hadapan devon menatap matanya yang masih terus menunduk menyembunyikan air matanya.

YOU ARE READING
Hanging Wall
RomanceRatna jiwani dewi : mahasiswi teknik geologi, 22 tahun, cuek , flirty,ekstrovert achmad faisal hadi : anak minyak idaman wanita, 26 tahun, mapan, ramah, introvert rasa suka ratna terhadap faisal hanya sebatas mengagumi dan faisal yang masih memilik...