Bagian 5

6 1 0
                                    

Pagi itu gue tersadar dari tidur, jam sudah menjunukan pukul 5 saat hp gue bergetar dan mengeluarkan suara alarm yang udah gue set sebelumnya. Gue beranjak dari tempat tidur, mencuci muka dan menuju dapur untuk mengambil bekal yang sudah disiapkan. Sejak SMP memang jarang untuk sekedar sarapan, biasanya saat istirahat pertama adalah waktu untuk sarapan bekal yang gue bawa. Setelah itu gue bergegas mandi dan mempersiapkan beberapa barang yang kemarin gue beli untuk kegiatan MOS hari itu.

Waktu sudah menunjukan pukul 6.15 saat melihat jam dinding di kamar. Suara motor pun sudah terdengar, tandanya pak Dali sudah sampai untuk mengantarkan gue ke sekolah, nggak banyak bawaan untuk hari ini hanya 4 barang yang harus dibawa hari ini.

Suasana di sekolah sudah lumayan ramai saat gue datang. Satu persatu siswa yang datang dicek kelengkapan dan barang harus dibawa oleh panitia mos. Sampai akhirnya tiba gue diperiksa, untuk semua kelengkapan yang menempel dalam tubuh memang lengkap tetapi barang yang gue bawa kurang satu.

"Dek barang yang satu mana?" Tanya salah satu panitia mos, seorang laki - laki yang badannya tinggi badan tegap dan tampang yang nggak nyeremin untungnya.

Panitia mos banyak dari OSIS dan ada beberapa dari guru, tetapi untuk masalah dilapangan semua guru menyerahkannya kepada panitia OSIS.

"Eh.. anu mas... itu...." entah kata apa yang terucap saat itu, karena keadaan yang gugup dan tegang tentunya.

"Tunggu sana dulu Dek sama yang lain, nanti di proses" jawab panitia itu dan menunjuk salah satu tempat di dekat pos satpam dengan sedikit senyuman, sebuah senyuman kecil dengan banyak arti.

Berat untuk melangkahkan kaki ke tempat itu, pastinya dengan beberapa pertanyaan di setiap langkah kaki .

"Hukuman kaya gimana yang harus gue terima nanti?" itu adalah beberapa pertanyaan yang sempat terlintas dalam pikiran.

Cukup lama gue menunggu di tempat itu, ternyata ada 2 orang lain yang tidak lengkap yaitu Nadine dan Diana. Nadine perempuan yang cantik tapi bawel, manja rambut sedikit bergelombang dengan panjang sebahu untuk seorang perempuan dia termasuk tinggi kira - kira 168cm dengar postur tubuh yang bisa di acungi dua jempol. Diana sifatnya berbeda 180 derajat dari Nadine, seorang yang pemalu tetapi sangat dewasa, tinggi sedikit di bawah Nadine kalau disuruh menilai dengan skala 10, Nadine gue kasih nilai 9 dan Diana 8,5.

Suara langkah kaki beberapa panitia pun terdengar menghampiri. Ada 4 panitia yang menuju kearah kami, Mbak Tiara, Mbak Citra, Mas Andi dan Mas Ferio adalah panitia bagian komdis.

"Sudah tau ya kenapa kalian disini!" Kata Mbak Citra dengan nada yang agak tingg.i

Kami bertiga cuma bisa diam, tegang dan sedikit kaget mendengar suara mbak Tiara "Buset dah, galak amat" batin gue

"Jawab WOI... malah diem aja!" Bentak Mas Andi

"Emangnya barusan Lo tanya?" Kata gue, sumpah itu gue reflek ngomongnya kadang nggak bisa di kontrol emang ini mulut kalau denger orang bentak - bentak.

"Lo bilang apa? Anak baru udah pinter ngomong ya. Baguss ya dek..." Kata Mas Ferio.

Dari keempat panitia Mas Feriolah yang tampangnya paling menjanjikan untuk jadi KomDis, kalau dilihat mukanya kaya preman pasar mau nagih upeti ke pedagang.

"Anu Mas...maaf mas kelepasan" Jawab gue.

"Alesan aja Lo! sini ikut gue!" Kata Mas andi yang seketika narik tangan gue untuk pisah dengan Nadine dan Diana, diikuti dengan Mas Ferio dan Mbak Tiara.

Sampainya di tempat yang agak sepi, disanalah mulai dengan beberapa kata yang gue sendiri males dengernya. Intinya gue dapat hukuman lari 10x lapangan upacara saat istirahat MOS jam 10.

Acara mos pun dimulai, siswa yang pun diarahkan ke sebuah aula sekolah untuk mendengarkan beberapa materi dari panitia. Gue mengambil tempat yang disamping dekat dengan jendela agar dapat udara yang lebih dari pada di tengah. Disamping ada Doni dan Agus kami bertiga pun sedikit memperhatikan arahan panitia yang di depan, mereka mempresentasikan untuk apa barang yang kami bawa hari itu.

"Kenapa Lo Den, muka lo nggak enak dipandang" Tanya Doni.

"Gue kena hukuman tuh sama KomDis, sialan" Jawab gue.

"Dihukum kenapa lo? Bukannya lo cuma nggak bawa itu?" Tanya Agus sambil menunjuk ke salah satu barang yang harus dibawa.

"Iya gue cuma nggak bawa itu, tapi tadi gue kelepasan gitu ngomong ke KomDis, tadi diseret ke tempat sepi terus lo taulah gue diapain. Ya akhirnya gue disuruh lari 10x lapangan upacara" Jawab Gue menjelaskan masalah tadi.

"Mantap lo Den, gue aja deg - degan waktu di cek sama panitia tadi" Kata Doni

"Ya udah sih, ngikut aja gue" Kata gue.

"Lo mah pasrah - pasrah aja Den" Kata Doni.

"Lah mau apa lagi gue? Mau jawab dikira nggak sopan nanti, situasi gue serba salah" Jawab Gue.

"Lo ikutin dulu, kalau ada apa - apa, lo panggil gue" Kata Agus.

"Lo dulu SMP kena bentak, kakak kelas waktu MOS aja langsung diam 1000 bahasa, sok - sokan lawan anak SMA" Kata gue.

"Itu masa lalu Boss..." Kata Agus.

"Ngomong - ngomong, cewek yang di hukum sama lo tadi cantik juga Den" Lanjutnya

"Yang mana dulu Gus?"

"Yang tinggi, siapa tuh namanya?"

"Nadine"

"Enak lo dihukup sama cewek cantik"

"Enak ndasmu, dihukum enaknya dimana Gue" Kata gue.

Agus hanya tertawa kecil mendengar jawaban gue. Gue, Doni dan Agus pun melanjutkan memperhatikan presentasi dari panitia MOS. Setelah selesai, acara selanjutnya pun di lanjutkan dengan pemberian materi dari salah satu guru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lebih Indah (Find You) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang