"Lo dateng juga hampir mau mulai Don, makanya kalo dateng jangan mepet waktu lah" Jawab Gue
"Lo sama siapa Den kesini?" Tanya Agus
"Sama Ibu tuh di depan" kata Gue sambil nujuk ke salah satu tempat di bagian depan gedung
"Ohh.. iya - iya" Jawab Agus
Setelah mengobrol ringan acara pun dimulai. Saat acara mulai gue sama temen gue pun cuma ngobrol tentang masa - masa SMP yang sudah kami lalui selama 3 tahun ini. 1 jam berlalu, masuk pada sesi untuk penyampaian salam dari perwakilan murid dan wali murid.
"Masuk Sesi selanjutnya yaitu sesi salam perpisahan kan kesan dari kelas 9" Kata MC yang sedang berdiri diatas panggung itu.
"Untuk saudari Carla Dewi Safitri silahkan naik ke atas panggung untuk meyampaikan salam perpisahan dan kesannya" lanjutnya
"Lah Lala jadi perwakilan kelas 9, kok gue kaga tau" batin gue
Carla langsung berjalan ke atas panggung setelah di panggil oleh MC acara itu. Pandangan gue nggak bisa lepas dari Lala, gue melihat sesuatu yang berbeda dari Lala waktu itu. Lala memakai Dress warna Biru dengan sepatu hak tinggi yang membuatnya terlihat sangat anggun saat itu. Jantung gue terpacu melihat pemandangan yang indah malam ini, melihat seorang wanita yang membuat hidup ini berwarna pada akhir - akhir masa SMP.
Tiba di atas panggung Lala pun langsung menyampaikan salam perpisahan dan kesan yang diiringi oleh tepuk tangan para peserta yang datang di acara itu. Disana gue terus memandang Lala yang membuat gue nggak bisa amelepaskan pandangan mata gue dari dia. Semakin lama gue melihat Lala, perasaan yang selama ini ada, yang membuat gue resah dan gelisah semakin kuat dan kuat. Memendam adalah hal yang bisa gue lakukan saat itu kepada perasaan ini. 2 jam setelah acara dimulai, dan waktunya penutupan untuk acara ini yang ditutup dengan do'a bersama yang dipimpin oleh salah satu guru agama di SMP gue.
Acara perpisahan pun selesai, gue langsung berdiri dan akan berjalan menuju Ibu gue yang duduk didepan.
"Mau kemana lo?" Tanya Agus ke gue
"Mau Nyamperin Ibu tuh di depan" jawab gue
"Kirain nyamperin Lala, waktu Lala maju kedepan gue liat lu bengong latin Lala. Lo suka ya sama Lala?" kata Agus
"Kayanya lo suka sama Lala Den, keliatan tuh dari kelakuan lu sama gerak gerik lu" lanjut Doni
"Cie....Denis, suka sama cewek juga ternyata...hahahaha" Kata Beni sambil ketawa
"Udahlah Den, cewek secantik Lala masak nggak bergerak hati lo" Kata Agus
"Lah gue normal kali Ben, Gue juga ada perasaan sama Lala tapi gue nggak yakin buat ngungkapinnya, ada beberapa hal yang gue pikirin setelah kita lulus" Jawab Gue dengan nada yang agak lesu
Gue langsung cerita soal Lala yang bakal pindah ke Jakarta setelah ini, gue menceritakan semuanya layaknya seorang pendongeng yang sedang menceritakan sebuah cerita kepada anak - anak. Kepindahan Lala ke Jakarta yang jadi pertimbangan gue untuk nembak Lala. Berat untuk lepas Lala ke Jakarta, gue terlanjur taruh perasaan ke Lala.
"Udah bilang aja lah Den" Kata Beni
"Gue nggak bisa Ben, cukup gue aja yang tau perasaan ini. Gue yakin kalau Lala jodoh gue nggak kemana" Jawab gue
"Lah gila lu Den, Lala lu sia-siain" Kata Doni
Beni sama Agus cuma geleng - geleng kepala liat jawaban gue.
"Udah lah gue mau ke tempat Ibu, udah nungguin gue tuh. Duluan ya" Kata gue langsung berjalan menuju tempat duduk Ibu
"Dari mana aja Den, kok Ibu nggak liat kamu?" Tanya Ibu
"Di Belakang Bu, nggak dapet jatah di depan tadi, udah penuh waktu balik kesini"
"Yo wis, sik lungguh kene (Ya sudah, bentar duduk sini) Den, Ibu masih mau ngobrol - ngobrol"
"Iya Bu" Jawab gue pelan
Gue duduk, dan kadang melihat - lihat sekitar sama cek - cek hp siapa tau ada yang sms. Saat gue sibuk liat hp, tiba - tiba ada yang nepuk pundak gue dari belakang.
"Denis" Kata seorang cewek yang suaranya nggak asing di telinga gue
"Eh iya - iya ada apa?" Jawab gue agak kaget, gue liat belakang dan ternyata cewek tadi adalah Lala, seketika jantung gue serasa mau berhenti liat Lala yang sedang senyum ke gue
"Lala, kok belum pulang?"
"Belum Den, mau ketemu kamu" Jawab Lala
"Ketemu gue?"
"Iya lah Den, emang mau ketemu siapa lagi kalau aku nyamperin kamu?"
"Bentar...sejak kapan Lala bicara sama gue pakai aku kamu gini?" batin gue sambil terus menatap bidadari yang ada di depan gue
"Den...." kata Lala
"Iya La?"
".........." Lala cuma diam sambil menatap gue, nggak lama setelah itu, Lala langsung narik gue keluar gedung dan berjalan ke arah samping taman gedung itu.
"La?"
"..........." Lala masih diem sambil menundukan kepalanya
Akhirnya gue beranikan diri untuk memulai pembicaraan dan memberikan kalung yang sudah gue pakai beberapa tahun ini.
"La gue mau kasih ini ke lo, gue nggak sempet beliin hadiah kenang - kenangan jadi cuma ini yang bisa gue kasih sekarang buat lu. Semoga lu suka sama ini" kata gue sambil lepas kalung yang gue pakai dan kasih kalung dengan gantungan huruf D ke Lala.
"Makasih Den, aku boleh minta sesuatu nggak?" kata Lala dengan nada pelan
"Boleh La"
"Tolong pakaiin kalungnya Den" kata Lala sambil ngasih kalungnya ke gue
"Iya La aku pakaiin" kata gue, gue berdiri di belakang Lala dan memasangkan kalung yang tadi ke lehernya
"Semoga kamu suka La sama kalungnya, maaf aku belum bisa ungkapin perasaan ini La" batin gue
Setelah gue pasang kalungnya ke Lala, Lala langsung balik badan kan memberikan ciumnya ke pipi gue dengan durasi yang lumayan lama. Gue cuma bisa diem, kaku seakan nggak percaya apa yang terjadi, badan gue mendadak agak panas dan jantung memompa darah lebih cepat.
"Makasih Denis" bisik Lala sambil berjalan masuk ke gedung
Dengar kata itu badan gue merinding bukan karena gue takut liat makhluk halus tapi dengar bisikan dari seorang perempuan yang membuat beberapa hari ini hidup gue sedikit lebih berwarna dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Indah (Find You)
RomanceSetiap orang pasti nanti akan menemukan pasangannya masing - masing. Cara mereka dipertemukan pun antara satu orang dengan yang lainnya pun berbeda. Ada yang mudah dan ada yang sulit. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Ada juga pasangan hidupnya ya...