Kost Bapak Nomo

25 0 0
                                    

Pukul 11.30 WIB saya keluar hotel. Saya bersyukur semalam tidak terdengar suara gaduh khas hotel. Tidur saya nyenyak dan bangun dengan damai.

Memesan Taksi online. Taksi teraman sepanjang sejarah Indonesia berdiri menurut saya.

Sepanjang perjalanan, seperti semua supir taksi online,mereka bercerita panjang lebar tentang kota tempat mereka beroperasi. Bagaimana bersyukurnya mereka dengan penemuan orang-orang jenius yang menciptakan aplikasi taksi online ini.

"di Jogja dalam rangka kerjaan mas?" Tanya si supir taksi membuyarkan lamunanku

"tidak pak, saya mau kuliah disini."

Sang supir kaget, memandangi muka berkumisku.

"S2 ato S3 mas?" Tanya si supir mengambil kesimpulan.

"S2 pak."

"kuliah dimana mas?"

"UGM Pak."

Sang supir kaget lagi. Kembali memperhatikan wajah berkumisku.

Dia ragu.

Saya biasa aja. Udah maklum.

"kok kostan-nya jauh mas? dari Jl. Nakulo ke UGM itu kalo naik ojek sekitar 20 menit loh. Biaya ojeknya kan mahal tuh. Belom lagi melewati wilayah sekolahan, pasti macet tuh mas."

"iya pak, saya direkomendasikan teman disitu. Rencananya nanti saya pake motor selama disini, saya kirim dari Makassar. jadi ga masalah lah soal itu pak."

"hooo, baguslah mas. Kan ga enak tuh rasanya mas kalo kita sering telat masuk kuliah. Hehehe."

Ini si bapak tau aja saya sering telat.

"iya pak".

30 menit kemudian saya sampai di Kostan Pak Nomo dengan hanya membayar 60 ribu. Saat itu hari Jumat. Yang menyambut saya istrinya pak Nomo.

"Pak Nomo sedang sholat Jum'at. Mari saya antar ke kamarnya mas." Kata si ibu dengan sopan dari balik cadarnya.

Si ibu mengantarku ke lantai dua kostannya. Kamar nomor 11.

"silahkan istirahat dulu mas, sambil menunggu pak Nomo."

"baik bu, terima kasih."

Didalam kamar itu sudah tersedia sebuah kasur springbed dan sepasang meja kursi untuk belajar.

Saya berbaring, memandangi langit-langit kostan. Membayangkan wajah bocah kecilku yang minggu depan berulang tahun yang ke-2.

Satu jam kemudian. Bapak Nomo mengetuk pintu.

"selamat siang mas Arman, gimana kabarnya?"

"baik pak Nomo. Terima kasih kamarnya sudah disiapkan."

"iya mas. ngomong-ngomong mas mau pindah kamar nda? Di nomer 13. Disana kamarnya lebih luas. View-nya juga bagus." Kata Pak Nomo dengan senyuman mencurigakan.

Saya melihat keluar jendela kamar nomor 11, view-nya tembok.

"boleh deh pak."

Dan, kamar nomor 13 ternyata memang lebih luas.

"harganya sama kan pak?" Tanya ku

"iya mas, sama aja kok." Kata pak Nomo dengan senyumanyang semakin mencurigakan.

Lalu kami menyelesaikan ritual transaksi bapak kost dan anak kost.

Pak Nomo pamit meninggalkan saya dikamar yang masih bertanya-tanya tentang senyuman mencurigakan itu.

Saya membongkar koper, menata meja. Lalu membuka Gorden jendela.

Pak Nomo benar, view-nya memang bagus.

Terlihat jelas kamar mandi kostan perempuan diseberang kost-an Pak Nomo. Dengan jemuran BH dan celana dalam mereka.

Fix, kini saya adalah om-om berkumis mesum.

Hidup Di JogjaWhere stories live. Discover now