Growl (2)

1.1K 97 10
                                    

Maaf telat update

Jangan lupa di vote dan comment gaisss

Happy reading

Kini Park Woojin dan Park Jihoon saling berhadapan dengan badan yang saling berhimpitan diantara tembok gedung yang sering Jihoon datangi dengan napas yang terengah.

Mereka sedang bersembunyi dari kejaran preman-preman yang mengincar Woojin tadi.

Kalau dilihat tembok tersebut, tidak bisa dimasuki dua orang sekaligus, mungkin karna The Power Of Panik sehingga mereka bisa masuk berdua sekaligus yang mengakibatkan Woojin berkeringat dingin karena sekarang tubuh bagian depannya bersentuhan dengan tubuh bagian depan Jihoon. Park Woojin laki-laki cuyy

"Akkhh sial, kemana perginya bocah sialan itu"
Jihoon dan Woojin refleks menahan napas saat mendengar suara preman tersebut .

Saat tidak mendengar suara dari preman tersebut akhirnya Woojin dan Jihoonpun keluar dari tempat persembunyiannya.

"Hhuuhh,, untung gak ketauan" Jihoon menghela napas panjang

Jihoon melihat jam tangannya "ahh aku sudah terlambat, park Woojin aku duluan yah" Jihoon berlari meninggalkan Woojin.

Woojin masih mematung di tempatnya "Huhh, kenapa bisa seperti ini " Woojin menyentuh (?) bagian dadanya yang kini berdetak tak normal.
"Ahh pasti karna preman sialan itu" Woojin meyakinkan dirinya sendiri.

Di sisi lain Jihoon kini mengatur napasnya "sialan kenapa aku deg-degan seperti ini, kenapa juga harus bersembunyi di tempat sempit sialan itu" jihoon terus mengumpat akibat kejadian tadi.

Coba di pikirkan saja apa yang akan dilakukan Jihoon jika ketemu Woojin besok setelah kejadian di tempat sialan itu.

****

"Jihoon kau pulang lah, ini sudah jam 10 besok kau harus sekolah" ucap Yoon jisung

"Iyaa, ini tanggung "

"Ya sudah cepat selesaikan dan pulanglah"

"Siap bos"

Setelah menyelesaikan pekerjaannya Jihoonpun pulang ke rumah.

"Aku pulang" Jihoon berteriak sembari melepas sepatunya.

"Kau ini selalu saja mabuk, mana uang untuk bulan ini" itu suara ibu Jihoon yang tengah bertengkar dengan ayah Jihoon.

Jihoon menghembuskan napas kasar "jangan terlalu berisik, aku mau tidur" ucap Jihoon santai dan berlalu menuju kamarnya.

Jihoon sudah mulai terbiasa dengan suasana malam yang selalu berisi bertengkaran ayah dan ibunya.

Awalnya ia sempat menangis melihat ayah dan ibunya selalu bertengkar tapi lama-lama ia mulai terbiasa bahkan air matanya sudah enggan untuk keluar.

Jihoon membaringkan tubuhnya di kasur pink miliknya." ahh, aku masih punya banyak tugas " akhirnya Jihoon mendudukan tubuhnya kembali dan mengambil tas punggunya kemudian mengerjakan tugas yang akan di kumpulkan besok.

****

Lelaki itu tengah memandang keramaian kota lewat balkon apartementnya tapi pikirannya malah tertuju pada kejadian siang tadi dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.
"Kenapa ia imut sekali"

"Oke Park Woojin, sekarang tidur dan bertemu dia besok"

Saat sampai di kamarnya ia malah kembali mengingat kejadian siang tadi, bukan tentang Jihoon tapi tentang preman-preman yang mengejarnya tadi, kemudian Woojin mengambilan handphonenya yang berada di atas nakas
"Halloo, hyung"

Random Story BunssodanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang