c h a p O 3 .
-
t w o i n o n e .
_______________Pagi yang sempurna. dengan cuaca cerah dan tingkat debu halus yang rendah. Burung berkicauan juga semerbak cahaya lembut matahari pagi membuat aku ingin kembali bergelung di dalam selimut. Aku mengusap usap wajahku pelan sebelum benar-benar membuka mataku.
Hari ini memang pagi yang sangat indah, bahkan ada malaikat yang menemani aku tidur di sampingku. Ya hari ini memang indah, sampai aku sadar bahwa yang baru saja kubilang seorang malaikat dan ku kagum-kagumi wajahnya adalah sosok yang sedang mengincarku dengan ganas akhir-akhir ini. Pagi ini tidak lagi indah.
Siapa lagi kalau bukan si preman no. 1 di sekolah?
"Yaak! Kenapa dia bisa ada disini?!" Aku terjatuh dari ranjang setelah merasa terkejut sekaligus panik bahwa wajah yang berjarak tak kurang dari 30 cm dari wajahku benar-benar wajahnya park jihoon.
Mimpi buruk apa aku sampai bisa seranjang dengannya?! Aakh ini sih yang dinamakan masuk kandang singa!
Tubuhku sedikit bergemetar, aku mengerjap-ngerjapkan mataku, kemudian mengucek mataku sejenak, memastikan bahwa apa yang aku lihat adalah mimpi belaka.
Tapi tidak! Itu benar-benar park jihoon dan dia ada di atas kasurku!!
Entahlah aku benar-benar tidak mengerti. Padahal ada seseorang diranjangku yang paling aku hindari akhir-akhir ini, seorang singa buas yang bisa menghabisiku dalam kurun waktu kurang dari 10 menit. Tapi yang aku rasakan, tidurku malam ini adalah yang paling nyenyak setelah sekian lama aku tidak pernah bisa tidur nyenyak. Bahkan jika berusaha aku ingat, terakhir kali aku bisa tidur sehangat dan senyenyak itu adalah saat dimana aku terakhir kali tidur di pelukan ibuku beberapa tahun silam.
Aku termenung sejenak menatap jihoon yang terbungkus dengan selimutku. Napasnya sangat teratur dan wajahnya benar benar terlihat seperti malaikat. Damai, polos dan... manis?
Pipi gembilnya bersemu merah persis seperti bibir manisnya yang tengah mengeluarkan dengkuran halus. Ah kenapa aku baru menyadari kalau preman sekolahku ini memiliki wajah yang benar benar manis? Mungkin benar, semua orang terlalu takut untuk menatap wajah garang jihoon dimana pun ia berada.
Badan mungil itu menggeliat kecil lalu menduselkan wajahnya ke bantal seperti anak kucing. Terdengar lenguhan halus dari bibirnya.
"Ngg.. mamaa..." persis seperti anak bayi di pagi hari yang mencari ibunya dalam keadaan tidak sadar.
Hhh, kalau seperti ini kan aku jadi tidak tega untuk membangunkannya. Biarlah aku memberi waktu kepada preman itu untuk tidur sejenak. Toh sekarang masih jam setengah 6, masih terlalu pagi untuk bangun.
Bergegas pergi ke kamar mandi dengan langkah perlahan, aku kemudian melirik sekilas jelmaan bayi mungil di atas kasurku. Memastikan bahwa dirinya tidak terganggu oleh derap langkah kakiku.
• • •
Agak lama saat aku dan jihoon saling terdiam canggung di pinggir sungai han. Bahkan kepalaku masih belum bisa menerima bahwa makhluk manis di sampingku adalah orang yang sama dengan yang memukuliku hingga babak belur beberapa hari yang lalu.
Aku masih belum mempercayai bahwa lelaki dengan apple hair ini adalah park jihoon.
Park jihoon di sekolah selalu tampil berantakan, bajunya yang kusut dikeluarkan bahkan tidak dikancingkan, memperlihatkan kaos pendek yang ia pakai di balik seragamnya. Rambutnya berantakan dan selalu dihiasi keringat keringat sisa pertengkaran.
Tapi park jihoon di sampingku?! Tampil dengan strip tee oversized dibalut jumpsuit yang membuat penampilannya benar benar menggemaskan. Jangan lupakan rambutnya yang tertata rapih dihiasi sedikit dari bagian rambutnya yang dikuncir kecil dan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
dualism [panwink]
FanfictionGuanlin's pov. "Namanya park jihoon. Dan aku tidak pernah mengira bahwa wajahnya bisa semanis ini"