O5

654 113 15
                                    

c h a p  O 5 .
-
s i k s a a n .
______________

Dengan keras dan terburu-buru, jihoon menarik lenganku kasar. Membawaku pergi menuju toilet di ujung lantai 2 yang sepi. Bel sekolah dengan nyaring terdengar, menandakan sudah mulainya waktu pembelajaran.

Memilih bilik, jihoon akhirnya membawaku masuk ke dalam bilik paling ujung di kamar mandi, tak lupa ia kunci pula pintu kamar mandi. Setelahnya aku dibanting kasar ke tembok kamar mandi.

Bukankah memang ini yang biasanya terjadi? Ini wilayah jihoon, sekarang ia berkuasa seperti biasanya. Bertindak sesuka hatinya untuk menyiksaku.

"Jawab pertanyaanku dengan sungguh sungguh dan jujurlah!" Iris dark cacao tajamnya menatapku seperti ingin membunuhku. Aku hanya bisa mengangguk sambil meneguk ludah kasar.

"Apa yang kau lakukan semalam?" Aku terdiam. Kenapa pertanyaan jihoon sangat random? Memangnya dia akan peduli aku melakukan apa saja?

"Hah?" Hanya itu yang keluar dari mulutku saat menanggapi pertanyaanya.

"Jawab saja bodoh!" Preman itu mendorong dahiku kasar dengan 2 jarinya. Matanya masih sibuk menatapku dengan intens.

"Hanya.. jalan-jalan biasa" mana mungkin aku mengatakan padanya bahwa aku pergi ke kelab lalu minum minum disana bukan? Itu rahasia kecilku.

"Lalu apa yang kulakukan semalam?" Rahangku jatuh mendengar pertanyaan preman itu. Kenapa dia bertanya padaku? Mana aku tau dia sedang apa semalam sampai bisa di kepung 3 preman lain di gang sempit. Dia yang menjalani hidupnya, lagi pula aku bukan ibunya.

"Kenapa kau bertanya padaku?!" Kedua lengan jihoon yang tadinya mencengkram bahuku kuat kini mengendur. Iris dark cacaonya bergerak gelisah menghindari tatapanku. Ada apa dengannya?

"Kenapa kau bisa tidak tau apa yang kau lakukan?"

"Kau ini lupa atau tidak sadar?"

"Jangan jangan kau mabuk semalam?" Rentetan pertanyaan keluar dari mulutku dengan lancar.

Dengan cepat jihoon menoleh dan menatapku kesal, tangannya pun bergerak menoyor kepalaku kasar hingga membentuk tembok dengan cukup keras.

"hei bodoh, aku ini masih dibawah umur! Bagaimana caranya aku bisa berkeliaran membeli alkohol sesuka hati hah? Kau kira aku ini kriminal?!" aku terdiam saat jihoon berteriak di hadapanku. Bukan karena teriakannya, tapi karena kata katanya yang menohok untukku.

Untuk anak dibawah umur, bahkan membeli alkohol di mini market pun akan di telusuri kebenaran kartu pengenalnya. Apa lagi masuk kelab bukan?

Ya, aku memang seorang kriminal kecil. Tepat seperti yang dikatakan jieqong nuna.

Seketika aku merasa bahwa napasku tiba tiba tercekat, dan aku baru menyadari kalau jihoon sudah menatapku dengat sangat tajam dan penuh emosi. Kedua tangannyaa bahkan dengan kuat sudah mencekikku tanpa perasaan.

"cepatlah ceritakan apa yang terjadi padaku lai guanlin"

Bukannya menurut aku malah semakin penasaran.

"tapi.. kenapa?"

"aaaarrggghhh!" jihoon berteriak kesal, tangannya yang sedang mencekikku pindah untuk menjambak rambutnya sendiri.

Aku terdiam, kini jihoon terlihat seperti orang frustasi. Sungguh aku tidak berbohong.

"kenapa hah?! Kenapaa?! KARNA SI BAJINGAN ITU AKAN DATANG KESINI HARI INI!" jihoon terjatuh ke lantai, berjongkok sambil terus menjambak rambutnya.

"hiks.." dan dalam 17 tahun hidupku, aku tidak pernah membayangkan preman sekolah ini terisak dihadapanku secara langsung.

"ji-?" dengan segera aku memposisikan diriku untuk ikuta duduk disampingnya, mengelus lembut pundaknya berusaha menenangkannya. Entah kenapa, tapi yang jelas aku sedang panik! Sangat panik mendengar isakan kecil itu.

dualism  [panwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang