O4

637 113 15
                                    

c h a p O 4 .
-
d a y  v e r s .
_______________

"Bangsat bagaimana caranya kau membawaku ke rumahmu hah?! Oh apa kau mau mengadu pada orang tua mu dan orang orang rumah bahwa aku yang menghabisimu tempo hari?! Cih dasar bocah cupu!" Makian kasar jihoon barusan membuat supir keluargaku mendelik menatap jihoon.

"Ah bukan apa apa paman, tidak usah dihiraukan" aku hanya bisa tersenyum membalas tatapan tajam paman kim dari kaca spion yang menggantung di atas dashboard mobil.

"Belagu sekali kau guanlin. Cupu saja banyak gaya cih" Jihoon mendelik sinis menatapku. Kenapa gengsi anak itu terlalu tinggi hanya untuk sekedar mengucap terimakasih sih? Benar benar imut. Aku tersenyum dan bertanya jahil.

"Jadi.. jihoon kenapa kau bisa imut tadi malam?" Jihoon terlihat tertegun sejenak. Lalu memasang raut wajah bingung yang baru aku sadari sangat manis.

"Apa?! APA APAAN SIALAN KAU MENGATAI AKU IMUT HAH?! AMIT!" aku tersentak sedikit terkejut dengan bentakannya. Tunggu apa itu? Pipi jihoon memerah? Waah sangat imut.

Kalau begini caranya aku malah semakin semangat mencari jawaban atas rasa penasaranku.

Yah bahkan banyak sekali rentetan pertanyaan yang memenuhi isi kepalaku kini. Tentang benarkah sosok yag kubawa tadi malam benar park jihoon? Aku bermimpi? Atau itu hanya setan yang persis menyerupai jihoon atau aku tidak yakin apa itu. Yang jelas, saat jihoon bangun dari tidurnya, ia kembali menjadi park jihoon yang biasanya. Park jihoon kasar yang hobi memaki. Park jihoon si preman sekolah.

Tapi yang masih mengherankan.. yang semalam itu apa?? Aku kini benar benar terlalu penasaran. Sial.

Aku meneliti wajah park jihoon yang sedang menatap jendela dengan raut kesalnya. Pasti sekarang jihoon sedang mengutuk dirinya sendiri karena melakukan hal yang memalukan.

Hei bayangkan saja jika kau sedang benci pada seseorang dan tanganmu gatal ingin menghajar orang itu setiap bertemu, lalu tiba tiba kau sudah bangun di kamarnya. Mandi dan sarapan enak di rumahnya, bahkan dipinjamkan seragam cadangannya dan berangkat sekolah bersama. Itu sungguh menggores harga diri park jihoon yang memiliki ego dan gengsi yang tinggi bukan?

Aku yakin akan hal itu, jihoon pasti sekarang benar benar sedang dilanda malu. Dan dia melampiaskannya lewat makiannya padaku sepanjang pagi ini.

Mobil berhenti di depan halte bus, memang selalu seperti ini. Aku benar benar tidak suka diantar jemput dengan mobil kecuali dalam keadaan mendesak. Aku bahkan lebih suka bepergian dengan angkutan umum kemana pun.

"Jihoon kau naik mobil ini saja, nanti paman kim antar" jihoon yang selalu bertampang garang tiba-tiba menoleh kebingungan. Wajah polosnya persis seperti jihoon tadi malam.

"Mau kemana bodoh?!" Bentakannya membuatku terkekeh. Ini dia jihoon yang aku kenal, bedanya kini dia tidak bisa berkuasa apa apa. Karena ini bukan wilayahnya dan dia pasti merasa asing jika berdua saja dengan paman kim yang tidak ia kenal. Sekarang dia hanya bisa bergantung padaku dan aku menyukai hal itu.

"Aku benci diantar, aku selalu pakai bis kalau pergi ke sekolah" park jihoon memasang raut wajah heran yang entah aku kesetanan apa tapi dimataku itu malah terlihat menggemaskan.

"Yasudah sana naik bis saja" jihoon melipat tangannya di depan dada, bibirnya terlihat sedikit maju mengerucut, tanda bahwa ia sedang kesal. Aku terkikik pelan.

dualism  [panwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang