I Still Want You

75 10 2
                                    

Son Hwamin menjatuhkan kepalanya di atas lipatan tangannya saat guru fisikanya tengah menjelaskan materi. Dia terlalu malas untuk mendengarkan celotehan wanita tua berkacamata kuda itu. Benar-benar membosankan. Sesekali dengusan nafas terdengar dari bibir mungilnya, tangannya sibuk memainkan bolpoint yang ada di tangannya.

Hwamin memejamkan matanya lalu menengokkan kepala ke jendela, ya dia memang sengaja mengambil tempat di samping jendela agar dia bisa melihat keadaan luar. Hwamin membuka matanya pelan lalu...

KYAAAAAA!! ” Teriaknya melengking yang berhasil menarik perhatian sesisi kelas.

Di tambah lagi dia jatuh terjengkang di lantai. Bagaimana tidak? Secara tiba-tiba saja wajah sahabatnya muncul tepat di depan kaca. Siapa yang tidak terkejut? Alhasil Hwamin terjengkang dan tentu saja menjadi bahan tertawaan teman-teman sekelasnya.

“ Nona Son, silakan keluar kalau kau tidak ingin mengikuti kelasku. ” Ucap wanita tua, yang berstatus sebagai guru fisikanya itu.

“ T... Tapi ssaem—

“ Keluar atau kau tidak kuizinkan mengikuti kelasku selama 1 semester! ” Hwamin mendesah pasrah. Berdiri dan berjalan keluar dengan kesal. Dia bersumpah akan segera menghajar sahabatnya itu.

Dan benar, saat keluar dari kelas. Hwamin segera menginjak kaki sahabatnya, namanya Kim Namjoon. Pria itu memekik lalu balas menjitak kepala Hwamin.

“ Kenapa kau menjitakku?! ” Marah Hwamin.

“ Kau yang menginjak kakiku lebih dulu! ” Kata Namjoon.

“ Kau membuatku dihukum, dasar koala! ” Teriak Hwamin dengan nafas terengah.

Bukannya minta maaf, Namjoon malah tertawa senang. Dia merangkul pundak Hwamin lalu mengecup pipinya. Hwamin melotot, dia tidak pernah tau apa yang dirasakan gadis itu. Sebuah sentuhan sekecil apapun mampu membuat Hwamin berdebar. Karena, Hwamin jatuh cinta pada Namjoon.

“ Sebagai gantinya, kau kutraktir latte. ” Dia membawa— lebih tepatnya menyeret Hwamin menuju kantin.

“ Tapi ini belum jam istirahat. ”

“ Hanya kurang 5 menit. Kau terlalu tunduk pada hukum. Dasar bodoh! ” Namjoon memaksa Hwamin agar duduk di sebuah kursi.

Dan benar, 5 menit kemudian bel makan siang berbunyi. Secara otomatis kantin segera dipenuhi oleh siswa-siswa.

Secangkir latte mampu membuat perasaan Hwamin membaik, dia tersenyum sambil menatap pria di depannya.

Gomawo. ” Kata Hwamin lalu meminum salah satu minuman favoritnya.

“ Aku lupa, aku ingin tunjukkan sesuatu padamu. ” Namjoon merogoh saku celananya.

Dia mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah darah. Mengeluarkan isinya dan mampu membuat Hwamin menganga saat secara tiba-tiba Namjoon menyematkan sebuah cincin di jari manis Hwamin.

“ N... Namjoon... K.... Kau? ” Gagap Hwamin.

“ Apa kau suka? ” Tanya Namjoon penuh senyuman.

Hwamin menatap pria itu dengan mata berkaca-kaca, dia benar-benar tidak menyangka. Apa Namjoon juga menyukainya?

“ Aku suka. ” Jawab Hwamin lalu mengangguk menatap pria itu.

Namjoon tersenyum lalu meraih kembali tangan itu, perlahan dia menarik keluar cincin yang sudah dia sematkan di jari Hwamin. Hwamin mengernyit, baru saja Namjoon memakaikannya lalu kenapa pria itu mengambilnya lagi?

“ Kalau begitu, aku yakin Grace akan menyukainya. ” Ucap Namjoon berbinar.

“ G... Grace? ” Hati Hwamin terasa seperti dihancurkan oleh Namjoon. Ditempa oleh bejana panas.

The Collaborating [RM'S Birthday Project]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang