,-EMPAT

40 12 0
                                    

"Eomma apa yang tejadi?!"

Jimin terbangun dari tempat tidur yang berada di rumah sakit, nafasnya terengah

"Di dimana aku? kau siapa? Dimana ibuku? Apa yang tejadi?"

Dengan mata yang sedikit buram jimin melihat ada sosok laki-laki yang menghampirinya

"Ka kau siapa?"

"Apa kau sudah siuman pria muda?"

Laki-laki itu memeriksa tubuh jimin dengan teliti

"Tolong jangan terlalu banyak bergerak dulu, kondisimu belum stabil. Apakah kau mempunyai keluarga?"

Jimin kebingungan, apa maksudnya dan apa yang terjadi

"Dokter? Apa yang telah terjadi? Mengapa tak ada yang membangunkan aku? Katakan padaku sekarang!"

Pertanyaan jimin keluar dari bibirnya yang terdapat sedikit luka disana

"Dokter dimana ibuku? Dimana dia?!"
Jimin meninggikan suaranya

"Mohon tenang dulu nak, aku akan mencarikan informasi untukmu. Sekarang kau istirahat dulu, aku akan pergi"

Jimin mendecak kesal, ia khawatir tentang ibunya, dan di dalam hatinya masih banyak pertanyaan, apa yang terjadi

Air mata keluar dari celah matanya, hatinya tidak tenang ia ingin bangkit dan bergegas mencari tahu apa yang telah terjadi, namun apa daya ia terkusai lemas di atas ranjang dengan tangan yang mendapat infus

"Apakah pesawat kami jatuh? Lalu dimana ibuku? Dimana dia." batin jimin

Dua jam setelah itu jimin meminta untuk mencari ibunya, ia keluar menggunakan kursi roda. Baru saja melewati palang pintu seorang wanita cantik lari menuju dirinya, jimin melihat ada beberapa laki-laki mengikuti langkah wanita itu

Jimin memperhatikan dan menyipitkan matanya kepada wanita yang menghampirinya

"Jimmm"

Wanita cantik itu memeluk jimin erat, namun jimin hanya diam di kursi rodanya





-

Flashback

"Ada apa ini, apakah kita sudah sampai? Aku harus segera kembali"

"Mengapa semua orang panik? Apa yang terjadii?!"

Untuk para penumpang harap tenang, ada sedikit gangguan pada pesawat ini.

"Apa maksudnya bagaimana kami bisa tenang, pesawat ini berguncang. dasar bodoh"

"Jiminnn!"

"Jiimmm!"

"Park jiminn!"

"Dimana jiminku ya Tuhan lindungi kami"

"Jimin anakku!"

Semua orang dalam pesawat panik sehingga ibu jimin tak mudah menemukan anaknya, ia tak tahu apakah jimin baik-baik saja atau tidak

Yang ia tahu, saat ini ia berada disebuah ruangan putih dengan pintu besar yang sangat bersinar

Ia tak selamat

---

"Hm?"

Jimin memperhatikan wanita cantik yang saat ini sedang berada di hadapannya

"Jim apakah kau baik-baik saja? Coba kulihat"

Wanita itu memeriksa setiap tubuh jimin yang ia lihat

"I'm fine, who are you?"

Wanita itu membulatkan matanya, se-tetes air hangat keluar dari celah matanya

"Apakah kau tidak mengenalku jim?"

Seulgi memegang kedua pipi jimin dan menatapnya

"Sepertinya aku mengenalmu, aku rasa aku mengenalmu, tapi aku.."

Jimin memegang kepalanya, ia merasa kesakitan ketika mencoba mengingat

"Ah sudahlah jangan kau pikirkan dulu sekarang kau harus kembali ke kamarmu dan istirahat jim, aku akan mengantarmu"

"Tidak, jangan bawa aku ke sana. Aku ingin mencari ibuku dulu, apakah kau tahu dimana ibuku berada?"

Jimin melihat seorang lelaki berlarian di belakang seulgi, ia menuju ke arahnya dengan membawa selembar kertas

"Ji jimin apakah kau baik-baik saja?"

Lelaki itu melangkahkan kakinya perlahan.

"Aku baik-baik saja"

"Ini untukmu jim"

Jimin menerima kertas yang ia berikan, dan membuka kertas itu. Tertera nama-nama penumpang pesawat yang ia tumpangi kemarin, ada yang selamat dan ada yang tidak

Setelah memeriksa setiap deretan nama, ia mematung

"Ada apa jim?" Seulgi penasaran

Jimin membuang kertas itu dan langsung menutup wajahnya sendiri, ia remas sedikit rambutnya

Tak sengaja air mata jatuh, bibir pucatnya ia gigit agar tak menimbulkan suara

Ia ingin berteriak, ingin menangis sejadi jadinya. Namun itu hanya akan sia-sia, karena ibunya telah pergi. Meninggalkan seorang jimin sendirian.

Setelah itu ia diam, tatapannya kosong. Entah apa yang sedang ia pikirkan

Seulgi, dan ke enam sahabatnya mencoba menenangkan jimin dan membawa jimin kembali ke kamar inapnya

Jimin hanya diam, tak mau bicara, tak mau bergerak lebih dari mengedipkan mata, tak mau menatap siapa pun

"Jim aku sahabatmu apakah kau mengingatku?

Pria berhidung lancip mendekati jimin, ia tak tahan melihat jimin yang begitu periang menjadi seperti ini.

"Jim, aku lupa memberimu selamat. Hm selamat ulang tahun ya"

Pria itu menepuk bahu jimin dan kembali ketempatnya, bersama yang lain

"Aku akan masuk"

S

eulgi menemui jimin, ia tak tahan melihat jimin yang seperti ini. Lagi-lagi air matanya jatuh


Seulgi duduk di samping jimin dan memperhatikannya, air mata tak kunjung habis, ia sangat sedih

Tangannya memegang tangan jimin, sesekali ia kecup tangan milik jimin

Tatapan kosong Jimin masih berlanjut, seulgi sangat khawatir tentang ini



🌻🌻🌻

,-gwaenchana || ᴶᴵᴹᴵᴺ°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang