20 agustus dini hari, haechan tiba-tiba menelepon jeno. meminta pemuda itu untuk membukakan pintu karena ia ada di pekarangan depan rumahnya. awalnya jeno kaget, pikirannya udah kemana-mana, segala kemungkinan ia pikirin. termasuk haechan yang diputusin somi, lalu cowok itu frustasi dan berujung ke rumah jeno.karena jeno tahu, tempat curhat di kelompok kecil mereka pasti dirinya seorang.
maka dengan kantuk yang teramat sangat, jeno terpaksa membukakan pintu untuk sobatnya tersebut. haechan dengan jubah hitam dan tangan yang memegang tongkat sihir itu lebih mirip hantu dibanding penyihir saat ini.
"lo abis ngapain?" tanya jeno heran.
haechan cuma cengengesan. "masuk ya, no."
"dasar." ceplos jeno saat melihat kelakuan temannya yang satu itu.
haechan tanpa permisi melengos begitu saja menuju dapur lalu mengambil segelas air putih dan meminumnya.
"seret no, hehe." cowok itu cengengesan. dan yang bisa jeno lakukan hanya geleng-geleng kepala.
"ada apa deh datang malem-malem begini? gue kira lo abis diputusin somi."
"ih amit-amit!" seru cowok itu. "gue tuh lagi kabur. tadi gue disuruh ngusir roh jahat gitu, tapi nyali gue ciut jadi gue kabur. numpang ya, no."
jeno hanya menggumam. nggak heran kalau penyihir yang baru dilantik seminggu itu ketakutan setengah mati sampe ngabisin 4 gelas air putih.
"udah chan, gitu doang? kenapa nggak ke rumah somi elah. nyungsep dari sekolah lo juga bisa." komentar jeno.
haechan menggeleng. "gak mau ganggu somi."
"ya lo ganggu gue jadinya bambang!" seru jeno lalu pemuda itu duduk di sofa dan menyenderkan kepalanya.
haechan nyengir kuda. ia ikut-ikutan duduk di sebelah jeno, membuat jeno berjengit.
"ngapain lo deket-deket?" tanyanya dengan nada sewot.
"numpang duduk, no, yaelah sensi mulu lo daritadi." jawab haechan. "eh, gue mau nunjukkin lo sesuatu. gue punya mantra baru!"
"nggak, chan! nggak usah! gue masih sayang badan, cukup somi aja yang berubah jadi ayam akibat mantra gagal lo!" tolak jeno sembari menggelengkan kepala dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
haechan berdecak. "gue jamin lo bakal terkagum-kagum sama mantra yang satu ini, no. liat ya!"
jeno—yang masih takut berubah jadi ayam atau binatang lain atau apapun yang ada dipikiran haechan saat ini, seperti yang pemuda itu lakukan minggu lalu—duduk meringkuk di pojok sofa sambil menutup matanya menggunakan bantal.
"cemen lu ah!" remeh haechan ketika ia mulai mengayunkan tongkatnya ke atas.
teman karib jeno sejak masih bocah itu menghadap ke atas, mulutnya berkomat-kamit membaca mantra entah apa itu.
"lo kalo sampe ngacak-ngacak rumah gue awas aja ya!" peringat jeno sengit.
haechan tidak menggubris. sebaliknya, ia malah mengucapkan mantranya dengan keras.
"rianiboe!"
sekitar tiga detik setelah haechan mengucapkan mantra, plafon rumah jeno dipenuhi bintang.
indah.
"wow." kagumnya.
haechan dengan tatapan bangganya pun memasukkan tongkat sihir ke dalam saku baju.
"keren 'kan? gue gitu loh!" ia menyombongkan diri. "tapi jangan bilang-bilang gue ngelakuin sihir disini, ya. ntar gue kena apes lagi kayak waktu masalah somi."
KAMU SEDANG MEMBACA
perchè : [6] charmspeak
Fanfictioneksistensi lee jeno dikalangannya seringkali diragukan, padahal pemuda itu memiliki kekuatan yang langka. pertengahan agustus tahun ini, sekembalinya jeno dari perkemahan, pemuda itu dihancurkan dari dalam. +lowercase, semi-baku © tteobokjin, 2018