Chapter 1

23.5K 1.3K 63
                                    

Malam ini, langit penuh bintang yang bertebaran, laksana perhiasan bagi rembulan yang memantulkan cahayanya.

Di sebuah kafe kecil di pinggiran kota, beberapa orang sedang duduk berkumpul. Asyik bercakap-cakap mengenai kesibukan mereka masing-masing. Di antara mereka, ada tiga orang yang menikmati sajian hidangan kafe sembari mengobrol kecil, selepas seharian sibuk di balik meja kantor. Obrolan yang tadinya terkesan santai dan humoris, mendadak berubah serius ketika salah satu mereka bercerita mengenai salah satu mitos yang beredar di kota itu.

"Masa sih? Aku kurang percaya mengenai hal begituan," ujar seorang pria tambun berkacamata.

"Kau sih bakal jadi makanannya, lihat saja nanti," kata teman ceweknya lain, lantas terkikik geli.

"Sialan kau, Cha!" umpat si pria tambun berkacamata. "Memang apa sih seramnya anjing itu? Kupikir sama saja dengan anjing lainnya,"

"Kau salah, Reno!" seru pria berambut klimis serius. "Mahkluk ini berbeda, konon kalau di rumahmu ada bau busuk daging yang dibiarkan berbulan-bulan, kemungkinan dia tak jauh dari lingkungan rumahmu," pria itu juga memperlihatkan beberapa berita pembunuhan misterius kepada Reno dan Cha melalui gawainya. "Kalian lihat, kan?"

Cha mendadak gelisah, awalnya sama seperti Reno dia kurang percaya. Tapi, melihat berita ini dia sedikit was-was.

Tapi, tidak bagi Reno...

"Cih, itu hanya berita yang dibesar-besarkan awak media, bisa saja kan hanya serangan anjing gila yang belum tertangkap," tukas Reno cuek. "Sudahlah Beny, lebih baik kita bersenang-senang saja malam ini," pria tambun ini menenggak minum keras langsung dari botolnya.

"Yah baiklah," kata Beny akhirnya menyerah dengan ceritanya, Cha pun berusaha menghilangkan ketakutannya.

Ketiganya kembali bercanda ria, melupakan cerita-cerita menyeramkan yang beredar liar di tengah masyarakat. Alunan musik kafe menambah malam syahdu bagi mereka bertiga.

Mereka bertiga memutuskan untuk segera pulang sebab malam sudah semakin larut, lagipula besok harus mengejar jadwal kereta pagi.

Beny pulang ke arah selatan, sementara Reno dan Cha tinggal dalam satu komplek perumahan.

Reno sedikit mabuk, kepalanya pusing, dan jalanannya sempoyongan. Dia harus dibopong Cha dan Sopir Taksi begitu sampai di depan rumah.

"Langsung tidur saja, kebanyakan minum sih," ucap Cha lantas pamit pergi masuk ke dalam taksi, meninggalkan Reno yang nyengir di balik pagar rumah.

Reno terhuyung-huyung melangkah menuju pintu depan rumah. Dia merogoh kantong bajunya.

"Ah jatuh lagi, sialan!" umpat Reno meraih kuncinya yang tergelincir dari saku, jatuh ke lantai.

Aroma aneh tertangkap oleh indra penciumannya, baunya seperti amis darah bercampur busuk.

Kepalanya yang sudah pusing, ditambah bau tidak sedap, membuat perutnya bergejolak, seluruh isi lambungnya keluar seketika, mengotori lantai depan. Reno merasa lemas. Dia menyeka bekas muntah di mulut dengan dasinya.

"Apa lagi sih?!" pikir Reno. Kali ini dia mendengar suara geraman binatang liar, geramannya semakin lama semakin mendekat. "Aku terlalu banyak minum rupanya, gara-gara itu cerita Beny terpaku di otakku!"

"GRRRRR!"

Reno reflek berbalik, karena tubuhnya lemas, kepalanya pusing. Dia menganggap kalau binatang berbulu hitam tebal, setinggi dadanya, dengan moncong berlumuran air liur, memandang dirinya dengan mata merah yang lapar, semua itu hanyalah imajinasinya. Reno pun menghiraukannya, dan malah berbalik memasukkan anak kunci ke dalam lubangnya.

Mitologi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang