|B|

294 72 14
                                    

"KAMU BODOH? Sudah 4 bulan kita putus dan kamu tidak mengenali wajahku? Dan berhenti memanggilku Baby!!" bentakan Ve sukses membuat beberapa mahasiswa menoleh dan mendekat. Kantin bukan pilihan yang bijak untuk bertengkar, sangat banyak orang mengantri disini untuk makan, dan juga... melihat Ve dan lelaki berkemeja biru muda itu beradu mulut.

Lelaki itu kemudian tertawa terbahak-bahak, "Oh Valerie, tentu saja. Kamu banyak berubah beberapa bulan terakhir. Lalu siapa anak kecil di sebelahmu?"

Bib menghentakkan kakinya, apa yang dimaksud lelaki itu sebagai anak kecil? Dirinya? Oh ayolah! Apa tidak normal mahasiswi dengan tinggi kurang dari 160 cm?

"Dia temanku, jangan ganggu dia." Ve lalu menggandeng Bib menjauh, menuju meja di pojok kantin.

***

"Tidak ada yang mau dijelaskan?" tanya Bib sambil menusukkan garpunya ke tahu bakso.

Ve menggeleng lalu tertawa, "Masa lalu Bib, dan dia bukan Langit" Ve jelas menekankan intonasinya pada kata "Langit".

Bib mengangguk-angguk layaknya burung hantu.
"Tidak seambisius itu aku mencari tahu siapa Langit." ucapnya sambil melirik Ve, ia penasaran ekspresi apa yang ditunjukkan Ve padanya.

"Syukurlah" ucap Ve sambil mengelus dadanya, seperti seorang ibu yang berhasil membujuk anaknya agar tidak bermain lumpur.

"Kamu bersyukur? Aku tidak percaya kamu melakukan itu padaku." Bib kemudian menuangkan sambal secara langsung di mangkok Ve, yang membuat Ve menjerit kesal.

"Hei!"

Orang yang baru saja berkata "Hei!" itu mengibas-ngibaskan kemeja batik putihnya, alisnya terangkat saat melihat Ve.
"Rio! Seenggaknya sebelum mutusin mantanmu ajari dia sedikit sopan santun."

Lelaki yang bertengkar dengan Ve tadi rupanya bernama Rio.
Rio hanya terkikik puas melihat ekspresi seseorang yang memanggilnya tadi.

Bib langsung mencari tisu basah untuk mengelap kemeja seseorang itu sebelum niat baiknya itu dicegah oleh seorang gadis bertubuh tinggi.

"Eeeh... udah gapapa, biarin aja. Kalau di lap sama tisu basah nodanya makin meluber. Toh cuma percikkan sambal." Gadis itu tersenyum ramah.

"Baunya itu Kin, bau sambal."

"Stop bertingkah kayak bayi Dirga! Dan minta maaf sama Valerie, bercandaanmu kelewatan!" Kinara mulai memukuli punggung dan lengan Dirga.

Dirga membuang mukanya, "Maaf tadi keterlaluan."

Ve hanya mengangguk. Menunduk.

"Maaf juga tadi kesalahanku karena main-main sambal," ujar Bib tulus, ia lalu memberikan secarik kertas berisi nomor teleponnya.
"...Um, kamu bisa hubungi aku untuk nge-laundry kemejamu."

Dirga mendecak kesal, Kinara yang melihat gelagat temannya itu kemudian menerima kertas Bib.
"Langit bisa nyuci sendiri kok!"

Bib terkesiap, "Maaf, kamu tadi bilang  namanya Langit?."

Konspirasi YogurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang