Guanlin sedang mengenggam sebuah kayu di tangan kirinya dan pisau lipat ditangan kanannya. Di amatinya dalam dalam dua benda itu.
" Bagusan make yang mana, ini apa ini" tanya Guanlin sambil memamerkan kedua benda tersebut.
" kiri sih menurut gue, yang kanan terlalu beresiko bro" jawab Woojin sambil mengisap rokoknya.
"Hyung, harus banget yah ?" tanya Seonho yang tampaknya tidak ingin ikut bergabung.
" Harus, harga diri kita, gue ga bisa biarin seenaknya anak sebelah lemparin puntung rokoknya ke Markas kita " jawab Guanlin kemudian.
" Lu ga usah ikut, ga bakal berani juga" saran Jinyoung yang terdengar seperti sindiran.
"Cih" Seonho berdecak lalu meninggalkan tempat yang mereka sebut Markas itu.
***
Suasana di persimpangan jalan sangat ricuh, sekitar 20 orang sedang beraksi melakukan tawuran . Melempari batu sama lain, memukuli dengan tangan bahkan menggunakan benda tumpul seperti kayu. Beberapa orang juga saling menyirami miras ke lawan. Dengan bertaruhkan kata harga diri mereka tidak akan menyerah dan akan terus melawan satu sama lain.
Salah satu diantara 20 orang itu, yang menjadi sumber keonaran ini sedang menatap lekat lawannya, lalu tanpa ampun di pukulnya lelaki di hadapannya dengan benda tumpul di lengannya. Siapa lagi kalau bukan Guanlin.
Kericuhan tidak juga kunjung redah.
Beberapa warga sekitar berusaha melerai, para pengguna jalan juga ikut mengamankan. Sampai akhirnya polisi datang dan mengamankan semuanya.***
"Masalah apa lagi yang kamu lakukan Guanlin" Bu irene selaku guru BK menatap Guanlin lekat.
" Seperti yang kakak lihat " jawab Guanlin sambil menopang dagunya.
"Berhenti memanggilku dengan sebutan kakak, aku guru mu Guanlin" Irene membulatkan matanya.
"Kakak cantik sih, jadi ga tega buat manggil ibu" jawab Guanlin sambil menyeringai.
Irene hanya merotasikan matanya, sudah tidak kuat dengan tingkah laku Guanlin.
"Kenapa kamu melakukannya ?" Kali ini Irene tidak bercanda lagi, suaranya mulai ditinggikan dan menatap Guanlin tajam.
" Hiburan (?)" Ntah jawaban atau pertanyaan yang di lontarkan Guanlin.
" Permainan mu tidak lucu sama sekali Guanlin" Irene benar benar tak habis pikir dengan pola pikir Guanlin.
" Drop out saja saya, dengan begitu saya bisa bebas melakukan apapun"
"Sayangnya saya tidak bisa melakukannya"
" aaah, Aku lupa kalau Ayahku pemilik saham terbesar disini, nikmat juga yah jadi penguasa" ucap Guanlin sambil mengangguk - angguk kecil.
" Orangtua mu harus di panggil"
" Reques dong bu, panggil ibu kandung saya aja bisa ga ?" Mendengar itu Irene justru menjadi iba.
" aaah aku lupa lagi, ibu udah dipanggil Tuhan deluan, hahaha" lanjut Guanlin.
"Guanlin...." kini Irene merendahkan suaranya, selembut mungkin.
"No no no, jangan manggil Ayah ga guna, paling juga bakal di wakilin, dia kan udah lebih sayang sama keluarga barunya, saya ini cuman aib keluarga, hahaha" potong Guanlin sambil tertawa renyah.
"Justru itu kamu harus berubah Guanlin" jawab Irene selembut mungkin.
" ha ? Membersihkan aula ? Seminggu ? Oke bu . Tapi ga bakal manggil orangtua kan bu. Oke oke"
"GUANLIN ! KAPAN IBU BILANG GITU"
" Saya hanya berinisiatif mengakhiri pembicaraan ini, saya di hukum dengan kesalahkan saya itu impaskan ? Saya hanya tidak suka di atur dan tolong jangan ikut campur masalah pribadi saya" ucap Guanlin dan meninggalkan ruangan tersebut.
***
Bel tanda pulang sudah berbunyi sejak 3 menit yang lalu. Sejumlah murid sudah berlarian untuk pergi meninggalkan sekolah. Somi masih tampak membereskan buku bukunya dan juga akan segera beranjak pulang."Som ada Guanlin tuh" ucap Sohye sambil menunjuk ke arah luar kelas.
" Ngapain dia kesini" Somi mengerutkan dahinya. Di angkatnya tasnya lalu berjalan ke arah pintu keluar kelasnya.
" Pulang bareng kali" yoojung ikut membuka suara.
" hmm maybe" bales Somi sekenanya.
Sesampainya di depan kelas, Yoojung dan Sohye segera berpamit pulang deluan, meninggalkan Guanlin dan Somi berdua disana.
"Nyari siapa" tanya Somi ke Guanlin
" Pacarku" Guanlin menegakkan tubuhnya, menarik lengan Somi dan membawanya ke arah Aula.
" mau kemana ?" Somi mengerutkan keningnya.
" ikut aja" ucap Guanlin kemudian.
Somi melihat tangannya yang masih di tarik oleh Guanlin, dia tersenyum, jujur mendengar kata "pacarku" membuat dia senang sekali. Dikarnakan Guanlin yang hampir tidak pernah menggunakan kata aku kamu, tetapi dia barusan mengatakannya dan mengklaim bahwa benar Somi miliknya.
***
" Som, yang cepat dong. Udah kesorean nih" ucap Guanlin sambil terlentang tidur disalah satu kursi panjang aula.
" Ya bantuin, biar cepat kelarnya" Somi menghentakkan kakinya dan memanyunkan bibirnya.
" cape" bales Guanlin malas.
Padahal dari awal masuk aula, Somi yang membersihkan seluruhnya, Guanlin hanya sibuk memperintah dan tiduran.
" Som, kenal Jiheon kaga ? Cantik yeh orangnya, lucu imut gitu" ucap Guanlin sambil ngescrool beranda ig nya.
Somi hanya diam tak mengubris Guanlin.
" anjay, ngegas amat si dede, gua di ajak makan sama jiheon, haha" ucap Guanlin lagi
" Gua bawa makan dulu kali ya, trus gua grepe, duh manis amat dah" lanjut Guanlin.
Pletak...
Somi melempar pelnya ke sembarangan arah, menatap Guanlin intens, lalu menarik napasnya panjang sebelum bersuara.
" Lu ngotak ga sih ! Cih!" Setelah melontarkan kalimat itu Somi pergi meninggalkan Guanlin sendiri di Aula.
"Ntar lu juga balik, ngadu ga ada yang anterin" bales Guanlin
~~~~
TbcLike n coment juseyo 😚
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Apologize
FanfictionGa tau gimana ceritanya Somi bisa punya pacar sebejat Guanlin #150918