maybe

43 8 6
                                    

"Aku tahu kau mencintaiku. Aku pun begitu"

"Tapi, mengapa kita tidak bisa bersama lagi?"

"Kita tak harus bersama, Lucas. Aku mencintaimu, kau mencintaiku. Itu sudah cukup"

"Tidak, aku tidak bisa tidur beberapa minggu belakangan karenamu"

"Bagaimana denganku yang tak pernah bisa tidur saat tidak mendapat kabar darimu?"

Mata biru milik Luke berkaca kaca.

Aku tersenyum lembut dan menangkup wajah Luke dengan kedua tanganku.

"Luke Hemmings, buatlah banyak lagu. Teruslah menyanyi, memainkan gitarmu, dan lakukan semua yang hal yang kau suka. Karena aku tidak menahanmu lagi. Aku sudah melepasmu"

Kami bertatapan lama. Sebentar lagi, aku akan merindukan mata biru yang bukan milikku lagi. Aku akan merindukan rambut berantakan yang selalu kuusap saat Luke menyandarkan kepalanya di pundakku. Aku akan merindukan semua tentang Luke.

"Jika takdir menginginkan kita untuk bersama, maka kita akan bersama lagi,"

"Sekarang, lakukan apa yang membuatmu senang. Kau tidak perlu memikirkan aku saat melakukan itu. Kau bebas, tidak ada yang mengganggumu lagi."

"Boleh aku memelukmu?" Pintanya

Aku tertawa kecil lalu mengangguk. Luke memelukku dengan erat, dan mencium puncak kepalaku lama.

Aku mengusap punggungnya yang bergetar. Berusaha membuatnya lebih tenang. Padahal, detik ini aku ingin menangis dan berteriak sekeras kerasnya.

"Kau ingat tanggal kita?" tanyaku pelan

" 2 hari sebelum ulang tahunku. 14 Juli"

"Aku kira kau lupa" 

"Aku selalu mengingatnya, tau"

"Berarti kau tahu kapan ulang tahunku, kan?"

"Tentu saya 2 November. Aku selalu memasang alarm sehari sebelum hari penting "

"Ulang tahunku termasuk hari yang penting?"

"Tentu saja"

"Sekarang, mana hadiahku?"

"Ini," Luke menciumku dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya

Kita sama sama tersenyum.

Walaupun ini akhir dari hubungan kita.




Pull Over  •LRH•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang