9

67 14 7
                                    

Sarang tak bisa bergerak sedikit pun.

Mulutnya terbuka lebar dan matanya membelalak. Sementara itu, manik gelapnya mengikuti pergerakan sebuah presensi yang ada di hadapannya.

Kim Taehyung, dengan handuk putih tersampir di atas kepala, kaus putih polos yang agak basah, celana longgar selutut, dan segelas air putih di tangan, sedang berjalan ke arah kulkas dan membukanya dengan santai.

Eum, tunggu sebentar.

WHAT THE HELL?!!

“A-apa?!” Sarang mulai mengerjapkan kedua kelopak matanya, mencoba meyakinkan diri bahwa kesadarannya masih ada dan utuh.

Taehyung menjalankan matanya ke sekeliling kulkas, mencari tahu apa yang bisa dimakan dan memuaskan perutnya yang berbunyi marah ingin makan. “Kan sudah kubilang,” katanya, masih sibuk mencakari semua benda yang di simpan di kotak besar pendingin itu, “mulai sekarang aku tidur di sini.”

Sarang membuka mulutnya, tapi terhenti dan menutupnya kembali. Namun sejurus kemudian sebuah pemikiran masuk dan ia membuka mulutnya lagi, tapi tetap berakhir dengan menutupnya. Layaknya ikan. Menyedihkan sekali.

“A-apa maksudmu?” Sarang berjalan mendekati Taehyung, tas sekolahnya masih terampir di salah satu pundaknya, membuat bunyi gemericing dari gantungan berbahan logam yang dipasang di tasnya terdengar nyaring. “Aku tadi salah dengar. Kukira kau bilang kalau kau akan tidur di sini.”

Taehyung menegakkan tubuhnya, menghela napas panjang sekali; antara jengah dengan pertanyaan bodoh dari Sarang atau karena tak mendapat apa pun yang bisa dimakan sambil menonton. Dia berbalik, tak lupa menutup kulkas kembali, “mulai sekarang, aku akan makan, tidur, bahkan buang air di sini.” Kemudian dia melangkah melewati Sarang dan melompat ke arah sofa panjang lantas menyelonjorkan kakinya ke atas meja.

Seakan dia adalah tuan rumah.

Sunbae!” Sarang mengerang kesal, mengikuti langkah kaki Taehyung sambil memindahkan pegangan tas ke tangan kanan. Dalam sedetik selanjutnya, tas itu sudah tercampak ke pundak Taehyung hingga lelaki itu mengadu kesakitan. “Ini rumahku! Pergi jauh-jauh!”

Taehyung mendecak sebal sembari mengusap pundaknya. Sejak kapan Chae Sarang berani seperti ini padanya? Astaga, Taehyung harus menjinakkannya kembali.

“Kau tidak mau menampungku? Hanya beberapa hari saja,” ucap Taehyung, menatap Sarang dengan pandangan merajuk yang bisa ia lakukan. Meskipun sebenarnya bagi Sarang itu terlihat jauh lebih menjijikkan daripada boneka rusak yang dipungut keponakannya dari tempat pembuangan sampah.

Sunbae, kau kan punya teman banyak. Kaya lagi. Kenapa harus di rumahku?” Sarang berkacak pinggang, tak lupa menendang kaki Taehyung pelan agar ia berlaku sopan di rumah orang lain.

Tampaknya, Taehyung semakin jengkel. Dia menyingkarkan satu kakinya, hanya untuk memposisikannya berada di sisi kaki Sarang yang lain. Mengurungnya agar tak bisa pergi ke mana-mana.

Sunbae!” Sarang menggerak-gerakkan kakinya agar Taehyung mau melepasnya. Sayangnya, lelaki itu tidak kunjung melakukannya. Buruknya, si marga Kim paling menyebalkan di dunia itu malah menarik tangan Sarang hingga tas gadis itu terjatuh ke atas lantai. Chae Sarang yang tidak bisa mempertahankan keseimbangannya pun hampir saja terjatuh ke depan dan menimpa Taehyung kalau saja lelaki itu tidak menahan pinggangnya dengan sigap.

Sarang membelalak. Semuanya terlalu cepat untuk bisa diproses dalam satu waktu. Satu tangannya masih dipegang Taehyung, berada di samping wajah lelaki itu. Sedangkan tangan yang satunya refleks menahan berat tubuhnya dengan menopang di dada kanan atas Taehyung. Dan tangan Taehyung memegang pinggangnya.

To Infinity and Beyond//KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang