1

3.6K 284 2
                                    

Ketika sore menjelang tampak seorang lelaki tampan sedang mengumpat kesal di sepanjang perjalanan. Kekesalannya berawal dikarenakan mobil miliknya yang tiba-tiba mogok ditengah jalan sehingga harus di derek. Sedang tepat di tempat mobilnya mogok sama sekali tidak ada taxi sehingga dia harus berjalan lumayan jauh menuju halte bis. Saat dia berjalan dengan gontai dan malas ada sebuah mobil di belakangnya yang secara sengaja hendak menabrak dirinya, namun karena kesigapan lelaki itu dia hanya terserempet dan terjatuh di tepi jalan yang dipenuhi bebatuan.

"aish! Sialan!" umpat Taehyung si lelaki tampan itu saat terjatuh sambil menatap tajam mobil yang menyerempetnya yang kini telah melaju menjauh.

"tidak salah lagi itu mobil Hanbin, dia benar-benar berniat membunuhku." Lirih Taehyung sambil meringis kesakitan memegangi sikunya yang berdarah terbentur batu.

"apa kau baik-baik saja?" suara dingin seorang wanita mengagetkan Taehyung yang masih sibuk mengumpat kesal menahan sakitnya.

"k..kau..."Taehyung menatap tak percaya gadis di depannya. Taehyung tahu benar gadis itu adalah teman sekelasnya di kampus namun dia tidak tahu siapa nama gadis itu, dan selama ini yang Taehyung tahu gadis itu adalah gadis yang sangat cerdas namun sikapnya yang dingin dan antisosial membuatnya dinilai sebagai gadis aneh.

Tanpa banyak bicara dan tanpa menggubris tatapan aneh Taehyung, gadis itu duduk di samping Taehyung yang masih tetap pada posisinya saat terjatuh. Setelah itu gadis tersebut mengambil tisu dari tasnya dan membersihkan luka Taehyung dengan hati-hati. Taehyung hanya terdiam memperhatikan gerak-gerik gadis di depannya yang tidak sedikitpun menatap wajahnya. Saat itu Taehyung mulai tersadar bahwa gadis yang dikenal dingin dan aneh itu ternyata memiliki wajah yang sangat cantik.

"ternyata kau sangat cantik" gadis itu menatap Taehyung datar tanpa memberi respon lebih dan kembali membersihkan luka di lengan Taehyung. Saat gadis itu mengambil plester dari tasnya tidak sengaja dia menjatuhkan sesuatu. Karena tidak sadar dia melanjutkan aktivitasnya dan menempelkan plester tersebut pada luka Taehyung. Setelah itu gadis tersebut berdiri dan berjalan meninggalkan Taehyung yang masih bengong.

"hey tunggu!" gadis itu menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke arah Taehyung yang menegurnya.

"ada apa?" tanya gadis itu singkat.

"terima kasih sudah menolongku, eum,,, namamu siapa?" tanya Taehyung.

"kurasa namaku bukan menjadi hal yang penting untukmu baik itu untuk sebelumnya ataupun untuk saat ini." gadis itu langsung beranjak pergi meninggalkan Taehyung yang terdiam menatap kepergiannya.

"dia benar-benar gadis aneh, saat setiap wanita berusaha mendekatiku justru dia pergi begitu saja saat aku menanyakan namanya. Kurasa dia berhasil membuatku penasaran" lirih Taehyung sambil berusaha berdiri, sejenak pandangannya terarah pada sebuah benda seperti kartu yang kini tergeletak di depannya.

"Jisoo, meski kau tak menyebut namamu tapi Tuhan yang memberikan namamu padaku." Taehyung tersenyum tipis sambil menatap kartu mahasiswa milik gadis dingin yang bernama Jisoo.

.....

.....

.....

Sepulang kuliah Jisoo langsung bekerja di cafe dan baru sampai di rumahnya saat jam menunjukkan pukul 11 malam. Saat sampai di depan rumahnya Jisoo mendengar suara tangisan dan rintihan seorang wanita yang tak lain adalah ibunya. Segera saja Jisoo berlari dan membuka pintu rumahnya.

"hentikan!" teriak Jisoo saat seorang lelaki paruh baya hendak menampar seorang wanita yang sudah tampak berantakkan seperti sehabis dianiaya.

"Kau jangan ikut campur! Aku hanya akan memberi pelajaran pada wanita sialan ini." Teriak lelaki itu geram.

"sudah cukup. Jangan sakiti ibuku lagi." Kali ini Jisoo mendorong tubuh lelaki yang tak lain adalah ayah tirinya hingga tersungkur di lantai. Dan Jisoo segera berlari menghampiri ibunya kemudian memeluknya erat.

"dasar bocah sialan." Ayah tiri Jisoo segera bangkit dan menjambak rambut Jisoo kasar.

"lepaskan!" ucap Jisoo dingin sambil menatap ayah tirinya tajam tanpa rasa takut.

"apa? Hah? Kau berani melawanku?" kini pipi Jisoo menjadi sasaran tamparan ayahnya sehingga darah segarpun keluar dari sudut bibirnya.

"lepaskan Jisoo , dia tidak tahu apa-apa. Aku akan memberikan apa yang kau mau tapi kumohon jangan sakiti Jisoo ." Rintih Ibu Jisoo sambil memegang kaki suaminya memohon. Lelaki itu tersenyum puas dan melepaskan jambakannya kemudian mendorong tubuh Jisoo hingga membentur lemari di depannya.

"sekarang cepat berikan cincinmu itu." Suara lelaki itu membuat amarah Jisoo semakin memuncak.

"ibu, jangan berikan cincin itu kumohon." Teriak Jisoo sambil menahan tangan ibunya saat hendak melepas cincin peninggalan suaminya yang merupakan ayah kandung Jisoo yang sudah meninggal.

"tutup mulutmu." Lagi-lagi pipi Jisoo menjadi sasaran kemarahan ayah tirinya. Tapi Jisoo tetap tak berkutik sedikitpun dan tetap menahan agar ibunya tidak menyerahkan cincin peninggalan ayah kandungnya.

"pukul saja aku sampai mati tapi tak akan kubiarkan kau mengambil peninggalan ayahku." Teriak Jisoo berusaha melawan ayahnya yang sudah habis kesabaran dan memukuli Jisoo yang kini berusaha melindungi ibunya dengan tubuhnya.

Setelah puas memukuli istri dan anak tirinya lelaki itu pergi meninggalkan rumah sederhana itu dengan umpatan kesal karena tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Sedang di dalam rumah Jisoo memeluk ibunya yang kini terisak. Sesakit dan seperih apapun luka yang Jisoo rasakan dia sama sekali tak mengeluarkan air mata. Baginya airmatanya sudah kering semenjak ayahnya meninggal dan saat ibunya menikah dengan Jiyong ayah tirinya yang selalu menyiksa dia dan ibunya sejak dia kecil.

"Jisoo maafkan ibu, maafkan ibu telah melakukan kesalahan menikah dengan lelaki itu, maafkan ibu." Ucap Kim Minjung sambil memeluk Jisoo .

"ibu tidak salah, tidak ada yang perlu dimaafkan, Jisoo hanya memohon jangan pernah berikan cincin peninggalan ayah kepada lelaki itu." Nyonya Kim mengangguk pasti mendengar permintaan anaknya.

To Be Continue....

Be Mine! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang