❝ I had all and then most of you
Some and now none of you ❞Aku pernah menyaksikan film lawas berjudul Forrest Gump yang diperankan oleh aktor kawakan, Tom Hanks. Itu adalah salah satu dari sekian film bagus dimana jalan hidup tokoh utamanya dipenuhi oleh keajaiban.
Kutipan yang paling kuingat adalah hidup manusia layaknya sekotak cokelat, kau tidak tahu cokelat apa yang akan kau dapat.
Hari ini aku menemukan betapa mungkinnya pepatah itu terwujud di kehidupan orang lain, bukan hanya pada tokoh fiksinya saja.
Aku tengah berdiri di hadapan dia—pria yang menawarkan satu kemasan tisu penawar luka miliknya sekitar dua tahun lalu.
Ia sedang menuturkan sumpah setia seumur hidup sembari menatap jauh ke dalam mataku.
Ingatan-ingatan mengenai malam pertemuan juga perpisahan itu tak kunjung enyah. Sewaktu mereka berdua ada di malam yang sama dan salah satunya berbisik 'hi' tatkala yang lainnya menyerukan 'goodbye'.
Dari sekian menyedihkannya pengalaman itu, lucunya aku dengan tanpa rasa khawatir justru mengundang cowok yang mencampakkanku untuk hadir di hari pernikahan kami. Tidak ada alasan baginya untuk tidak datang 'kan? karena ini adalah pernikahan istimewa antara dua insan yang pernah ia kecewakan.
Jadi ini adalah kesempatan emas baginya untuk memohon maaf. Walau pun aku telah lebih dulu memberikannya tanpa ia pinta.
Aku mengedarkan pandangan ke bangku-bangku pengunjung, tapi aku tidak menangkap sosok Yoongi. Padahal ia sudah berjanji akan datang dengan satu buket bunga Krisan raksasa dan melantunkan lagu yang ia buat sendiri.
Tapi ternyata dia ingkar.
Yoongi mungkin meninggalkan banyak kesan buruk di ingatanku. Tapi sejauh ini, setahuku, dia selalu tepat janji. Termasuk ketika ia memilih pergi dan tidak pernah berjanji untuk kembali, maka ia sungguh-sungguh melakukannya.
Prosesi pernikahanku berjalan sebaik yang kami rencanakan. Hari ini aku melemparkan bunga, bukan lagi menjadi tamu yang merebutkannya.
Ngomong-ngomong soal Yoongi, sesampai kami di rumah pun ia tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Jadi aku tidak berharap apapun lagi darinya termasuk hubungan baik.
"Kau tahu betapa sibuknya Yoongi kan? Jadi jangan khawatir." Ucap suamiku sembari memandangi langit-langit kamar dan memicing seakan ia menemukan hal menakjubkan di atas sana, "Tapi kenapa mengaku bisa hadir? Dengan iming-iming bakal menyanyikan lagu ciptaannya juga membawa bunga kan? yang paling besar dia bilang?"
Sebelumnya ia mencoba menenangkanku namun dalam sekejap berubah kesal sendiri. Menggemaskan!
"Iya 'kan? Dia juga membuat kita terus memikirkan dia, padahal kita yang menikah."
"Aish, bajingan itu!"
Aku tertawa karena berhasil membuat ia merutuki Yoongi, "Apa saat jadi sahabatmu, dia juga seringkali ingkar janji?"
Ia menggeleng, "Yoongi mungkin mudah sekali bosan, tidak pernah puas, tamak, dan susah dimengerti. Tapi anak itu," Ia beralih dari memandang langit-langit kemudian menatap mataku, "tidak pernah ingkar janji tuh."
.
..
.
Ponselku berdering tepat ketika aku nyaris tertidur, aku buru-buru meraihnya dan mengangkat panggilan tanpa melihat siapa yang sedang menelepon.Aku menunggu salam dari seberang dengan dibayangi rasa kantuk, namun yang sampai di telingaku hanya suara gemuruh tak beraturan. Semacam suara gemercik air yang jatuh ke mic ponsel? Sulit untuk menggambarkannya tapi aku dapat dengan jelas mendengar suara air yang tumpah.
"Halo? Siapa di sana?" Bukaku pada akhirnya.
"Yoongi."
Aku terkesiap lalu terhuyung-huyung pergi meninggalkan kamar, "Ada apa?"
"Aku akan datang."
"Huh?"
"Aku akan datang. Aku akan segera sampai."
Aku memijit sisi kepalaku yang terasa pening karena mendadak bangun kemudian terpaksa menghadapi panggilan dari orang yang tak diharapkan, "Tapi pernikahanku sudah selesai sore tadi dan kami akan segera tidur. Datanglah berkunjung besok."
"Tidak! Tidak bisa besok. Aku tidak punya banyak waktu..." Serunya di ujung panggilan. Suara seraknya membuatku bertambah pusing.
"Tapi suamiku sedang ti-"
"Kumohon, dia pasti mengerti." Sela Yoongi dan aku mendapati suaranya bertambah serak seakan nyaris hilang, diiringi suara berisik yang masih belum kupahami.
Aku pun menyingkap gorden lalu melirik ke luar jendela. Oh, aku mulai mengerti darimana suara berisik itu berasal. Hujan sedang melanda malam ini dan aku baru menyadarinya. Tapi apa Yoongi sungguh-sungguh menelponku di tengah derai hujan?
"Okay, datanglah."
Yoongi menutup panggilan segera setelah aku setuju. Ketika memperhatikan jam dinding, aku terkejut menyadari ini bukan lagi tengah malam melainkan dini hari.
02.15 AM
Aku akan menerima tamu pada pukul dua pagi dan gilanya tamu tersebut adalah satu-satunya mantan kekasihku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met | Min Yoongi
FanfictionKetika hanya salah satu dari kami saja yang menginginkan untuk kembali 🔺A short story / FICLET 🔺You X Min Yoongi BTS 🔺Song to Listen: The Night We Met - Lord Huron Written in August 29th | Cover by peach-nuc (02-09-2018 peringkat 61 di #ficlet) (...