3

18 0 0
                                    


Kemana kau slama ini

Bidadari yang ku nanti

Keluar dari toilet, aku tak langsung kembali duduk. Langkahku terhenti di balik daun pintu. Suara Karla dan Diany beradu. Mereka telah bertemu. Tapi bukan itu yang membuat langkahku terhenti. Sepotong kalimat dari suara Karla yang khas membuat tanda tanya besar dalam otakku.

"Nanti paket bridemaidsnya aku kirim pake apa nih? Kurir atau ojek online? Hahaha"

Respon Diany ku acuhkan, lalu kembali fokus dengan ucapan dari Karla.

"Yaudah sih Di, dari rumah kamu aja nampak tuh tendanya"

"Pada nginap sih Cuma karena rame jadi bagi-bagi di rumah tanteku yang di sebelah sebagiannya"

Karla? Akan?

Aku salah dengar pasti.

Bukan, pasti bukan Karla.

"Namanya juga anak cewe sendiri, Di. Terakhir buat ortu, mau yang paling maksimal mereka, katanya"

Karla Destaria. Anak ketiga dari tiga bersaudara. Kedua saudaranya laki-laki dan sudah menikah. Aku turut hadir pada pernikahan Bang Kamal si sulung, tiga tahun lalu dengan prosesi yang sederhana tapi tetap elegan. Aku masih menyimpan seragamnya. Bang Karka menyusul tahun berikutnya. Aku hanya mendengar beritanya lewat seorang teman yang menghadiri acara tersebut. Intinya bukan pernikahan Bang Karka yang mengangkat tema seperti abang sulungnya, tapi kehadiran Karla yang menawan.

Kami sudah berpisah pada saat itu sehingga aku tidak mendapat cerita apapun tentang keluarganya. Padahal Bang Kamal dan Bang Karka adalah salah dua skuat futsal terbaik yang pernah kutemui. Kami kerap bermain bersama, beberapa tahun lalu.

"Ya sebenarnya aku pengen kayak abang aja sih Cuma Mama sama Papa susah dibujuknya."

Baiklah aku tidak sanggup melanjutkan untuk 'menguping'. Aku memilih untuk mengemaskan barang-barang di meja tadi lalu menuju tangga sebelum Karla melihatku dan mengajakku untuk mendengar kabar bahagia yang ia bawa. Baginya bahagia. Bagi orang-orang dekatnya bahagia.

Aku menyadari pandangan Diany yang canggung. Beruntung, posisi Karla membelakangi tempatku. Diany mencuri pandangan lalu menundukkan kepalanya sebentar. Kembali ia seolah menyimak cerita-cerita Karla. Aku (terpaksa) tersenyum kearahnya meyakinkan bahwa semua baik-baik saja. 

Selamat, Karla!Where stories live. Discover now